Mengulang Sukses Kejayaan Pulau Seliu di Masa Lalu

Serepat subuh masih menggantung. Tapi, Jasmin, warga Pulau Seliu sudah bangun dari pembaringannya. Kalau belum ke laut untuk mukat ikan, ia duduk di kursi sandar rumahnya, Jasmin minum segelas kopi pahit, serta makanan ringan pengisi perut.

Selepas subuh Jasmin sudah turun ke laut. Ia kemudian membawa pukat dan peralatan lainnya, layaknya seorang nelayan. Sepagi itu, ia mengitari dan mengarungi laut di pinggir kawasan laut di Pulau Seliu. Hingga siang hari, Jasmin sudah pulang dari melaut dan membawa ikan hasil tangkapannya. Hasilnya, dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tapi apa yang dilakukan Jasmin sebetulnya tergantung dari posisi air laut. Bila musim selatan, biasanya air laut selalu kering pagi. Sedangkan musim barat, biasanya air kering malam.

Pencariaannya tergantung dari posisi air laut,Tentu saja, potret kehidupan itu hanya dapat disaksikan pada masyarakat Pulau Seliu. Kebanyakan dari aktivitas warga Pulau Seliu yang sehari-harinya berprofesi sebagai nelayan. Memang, Jasmine tak sendiri.Ada lagi yang berfrosesi sama seperti Safrudin, dan Kamarudin. Dan tentu banyak yang lainnya yang berprofesi sama sebagai nelayan.

Tak berlebihan bila kehidupan ekonomi masyarakat di Pulau Seliu adalah sebagai nelayan.”Delapan puluh lima persen masyarakat berprofesi sebagai nelayan, selebihnya hidup dari sektor yang lainnya,” ungkap edyar, Kepala Desa Seliu yang baru kepada Trawang usai pelantikannya sebagai kepala desa periode 2011 2017.

Tentu saja, sejak 20 tahun belakangan keberadaan Pulau Seliu sudah berubah. Masyarakat petani berubah menjadi nelayan. Dulunya, wilayah ini dikenal sebagai penghasil kopra terbesar. Kini tampaknya hanya tinggal kenangan. Padahal, Seliu dulunya terkenal dengan kopranya. Bahkan waktu itu, kopra diangkut ke luar daerah, bahkan diekspor ke Singapura. Kopra diolah sebagai minyak goreng dan derivate ikutan lainnya.
Nama Seliu pun dikenal di Jakarta. Orang Jakarta lebih banyak menyebut pulau Seliu indentik dengan Belitong. Ini lantaran waktu itu Seliu sebagai penghasil kopra.

Begitu juga nama Pulau Seliu, selalu melekat dengan gadis-gadisnya yang cantik dan berkulit putih mulus. Banyak warga yang terpikat dengan dayang Seliu. Hingga orang Seliau pun bertabur biar. Di Tanjungpandan, kampong orang Seliu terdapat di Rahat Dalam, Tanjungpandan.
Kini Seliu mulai berbenah, sejak kepimpinan kades yang baru, Edyar mengaku harus banyak berbenah buat wilayah Pulau Seliu.

“Mohon partisipasi dan dukungan masyarakat Seliu,” ucapnya kepada Trawang. Dia dilantik Bupati Belitung sebagai Kades pada pertengahan Maret 2011.
Memang saja, masalah Pulau Seliu banyak harus dibenahi. Seperti soal jalan-jalan di sekitar Dusun I dan Dusun II. Meski masih bisa dipergunakan, namun jalan itu sudah saatnya dilakukan perbaikan.
”Kalau belum dapat hotmix, tentu yang biasanya tak masalah.Yang penting tidak rusak,” ungkap Husin, warga masyarakat Seliu.

Begitu juga, saat ini masalah pengembangan masjid di Pulau Seliu juga harus mendapat perhatian di kalangan masyarakat sekitar. “Banyak yang harus direhab, dan diperbaiki. Karena kondisinya agak sedikit yang mesti diperbaiki,” tambah Husein.

Bukan hanya masjid atau jalan saja, tapi masalah yang dihadapi nelayan Seliu, adalah perlunya dibangun pabrik es untuk pengawetan ikan. Selama ini, warga nelayan membeli es dari Tanjungpandan. Es dibawa dari Tanjungpandan, menuju kawasan Teluk Gembira, Membalong. Dari teluk gembira dibawa dengan kapal motor menuju pelabuhan Seliu. “Bayangkan, berapa ongkos yang harus dikeluarkan oleh nelayan,” ungkap Husein. “Bisa-bisa sampai ke Seliu esnya sudah jadi air.”
Husein melihat bila dibangun pabrik es prospek sangat menjanjikan. Saat ini, terdapat ratusan kapal motor yang dimiliki warga nelayan di Seliu. Kapal-kapal itu semuanya menggunakan es. ”Satu kapal bisa gunakan tiga balok es, bayangkan bila sampai 100 kapal, berapa es yang harus dibutuhkan,” tambah Husein.

Husein melihat penempatan pabrik es bisa dilakukan di mana saja, asal di kawasan Kecamatan Membalong.
“Memang lebih baik, di Pulau Seliu, tapi kalau tak bisa yang di Padang Kandis itu, tak masalah. Sebab di kawasan itu, ada pengisian solar untuk nelayan. Jadi bisa sekaligus,” ungkap Husein.
Terhadap berbagai permasalahan itu, Kepala Desa Edyar mengaku hal itu akan menjadi prioritas utama bagi pemerintahan desa untuk mengatur akselarasi pembangunan. ”Memang masalah jalan, masjid dan pembangunan pabrik es, menjadi upaya kita untuk mengusahakan agar permasalahan itu bisa diatasi bersama, dengan dukungan semua lapisan masyarakat serta aparat-aparat terkait,” ucap Edyar.

Untuk pembangunan masjid, tambah Edyar, pihak desa akan memanggil seluruh panitia pembangunan masjid untuk menyinkronkan kembali upaya perbaikan dan pembenahan masjid. ”Kemarin kan pas Pak Bupati bicara, beliau mau bantu kubah dan atap, kalau masjid ini diperbaiki,” ucapnya.
Begitu juga tambah Edyar, soal pembangunan pabrik es, desa sangat mendukung terrealisasinya hal itu. ”Saat ini 85 persen penduduk sebagai nelayan. Kalau tak bisa di Pulau Seliu, di Padang Kandis juga tak masalah. Tergantung situasi dan soal teknis,” ucapnya.

Edyar tampaknya tak mau lagi seperti kades-kades yang terdahulu. Berbagai program jangka panjang bakal digelar. Seperti rencana penanaman sengon dan karet. Dua jenis pohon ini dinilai sangat prospektif untuk perkembangan ekonomi masyarakat. Untuk soal tanah tak masalah. Bahkan bisa menjadi pengganti kopra yang dulu sempat membuat kejayaan bagi Pulau Seliu. Meski memprogramkan dua jenis tanaman alternative, namun dia tak melupakan yang lainnya.

Seperti pengembangan baguk (Red: Melinjo) terus digalakkan serta penanaman pohon mangga juga diberdayakan di kalangan masyarakat. ”Memang kalau melinjo itu dari hutan, tapi memang harus digalakkan ke depan. Begitu juga, mangga salah satu produk buah-buahan dari Pulau Seliu,” ucap Edyar.

Selain itu, Edyar juga mengundang para pengusaha yang ada di daerah atau di luar daerah untuk berinvestasi menangkap peluang-peluang usaha di pulau ini.

”Kami dari pemerintah desa, terbuka kepada siapa pun investor yang akan membuka usahanya di Seliu,” ungkap Edyar. Agaknya, harapan agar Seliu mengulang masa kejayaan masa lalu kini menjadi tumpuan dan harapan bagi masyarakat. Peran aktif desa, kecamatan dan pemeritnah daerah tentunya untuk ikut peduli memikirkan nasib pulau Seliu ke depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *