Pengabdian Anak Desa Gempolan Tanah Deli Hingga Ke Negeri Laskar Pelangi

Romiwin Hutasoit Sosok tegas tetapi bersahaja menjadi punggawa Lapas Kelas IIB Tanjungpandan sejak Desember 2019. Pria yang akrab disapa Romi ini akhirnya keluar dari Sumatera Utara ditugaskan untuk memimpin satu – satunya Lembaga Pemasyarakatan di Pulau Belitung. Pria kelahiran Deli Serdang 20 Juni 1967 mendapatkan Promosi jabatan memimpin Lapas Kelas IIB Tanjungpandan menggantikan Kalapas sebelumnya Seno Utomo, Bc.IP, SH, M.Si.

Terlahir dari seorang ayah ST. Alfared Hutasoit dan Ibu Rengsi BR Silaban disebuah Dusun yang jauh dari perkotaan membuatnya memiliki mimpi untuk mengakhiri kemiskinan keluarganya dengan cara bersekolah. Terlebih dirinya merupakan anak Sulung dari 6 bersaudara. Sebagai anak seorang petani, masa kecilnya harus berbeda dengan anak-anak sebayanya. Ia harus membantu ayahnya bertani sepulang dari sekolah. Nyaris tidak ada waktu bermain yang ada hanyalah belajar dan membantu pekerjaan orang tua disawah.

Semangatnya untuk terus melanjutkan pendidikan memang membutuhkan perjuangan keras. Setamat Sekolah Dasar dirinya harus mengayuh sepeda sejauh 30 Km setiap hari menuju SMP Negeri 1 Seirampah. Pilihannya melanjutkan ke sekolah negeri bukan tidak beralasan, meskipun jarak yang jauh tetapi pilihan sekolah yang gratis harus diambil karena ekonomi kedua orang tua sangat tidak mendukung.

Setelah menamatkan jenjang pendidikan SMP, Romiwin harus berpisah dengan teman – teman disekolahnya yang hampir seluruhnya meneruskan pendidikan ke SMA. Dirinya harus memutuskan melanjutkan pendidikan ke Sekolah Tekhnik Mesin (STM) dengan harapan selain mendapatkan ijazah, dirinya juga mendapatkan skill dan siap kerja.  Berbekal uang upah dirinya menjadi buruh tani, Romiwin berangkat ke Kota Medan untuk menggapai harapannya. Tiga tahun masa putih abu –abu dihabiskannya di STM Teladan Medan.  Masa yang sangat indah bagi sebagian remaja, tetapi menjadi masa penuh liku dan air mata bagi dirinya. Dirinya harus bekerja serabutan sepulang sekolah demi memenuhi kebutuhan hidupnya di Kota Medan.

Keputusannya melanjutkan pendidikan dibangku STM ternyata menjadi keputusan yang tepat. Setelah menerima ijazah kelulusan dengan predikat nilai yang sangat memuaskan, dirinya pulang dan mengabarkan kepada orang tuanya perihal kelulusannya sekolah di Kota Medan. Dirinya sempat menceritakan niatnya ingin melanjutkan Pendidikan di Bangku perkuliahan mengikuti jejak teman – temannya sesama STM. Kedua orang tuanya bukan tidak mengizinkan, tetapi memang kondisi ekonomi yang saat itu tidak memungkinkan membiayai kuliahnya.
InShot 20200804 062204617
Keputusannya untuk langsung bekerjapun sudah matang. Sebagai anak sulung dirinya harus memberi contoh kepada adik – adiknya. Berbekal ijazah STM dan sisa uang yang didapatnya bekerja sesama sekolah, berangkatlah Romi ke Kota Medan untuk mengadu nasib. Setiap hari dirinya nongkrong di Terminal Bus Antar Kota sembari mencari informasi pekerjaan. Tidak ada satupun perusahaan yang memanggilnya untuk bekerja atau sekedar wawancara dari lamaran yang dikirimnya. Untuk tetap menyambung hidup dan mengirim uang untuk keluarga dikampung Romiwin akhirnya menjadi Sopir Angkutan Kota. Tetapi, tidak selamanya Kopi itu pahit, sembari beristirahat siang diwarung kopi sebuah terminal, dirinya membaca pengumuman Penerimaan CPNS Departeman Kehakiman kala itu. “Pendaftaran Tidak Dipungut Biaya”, kalimat itulah yang membuatnya bergegas menulis lamaran dan bersemangat dengan harapan bisa diterima menjadi abdi negara.

Berbagai rangkaian tes diikutinya, hingga akhirnya pada Bulan Maret 1992 dirinya mendapatkan pengumuman kelulusan dan menyandang predikat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil dan langsung ditempatkan sebagai Penjaga Tahanan pada Cabang Rutan Baros Sibolga Tapanuli Tengah dengan Pangkat Pengatur Muda / IIA.  Kabar gembira tersebut sampai ke telinga orang tua dan adik adiknya di Dusun, hingga ketika pulang dirinya disambut dengan air mata kebahagiaan.

Menjadi Penjaga Tahanan bukanlah pekerjaan yang mudah, banyak godaan yang  memaksa dirinya untuk menggadaikan integritas dan nama baik institusi. Hanya doa dan kenyakinan akan pertolongan Tuhan dirinya berserah. Selama bertugas Wajah Kedua Orang Tua menjadi benteng yang kuat dirinya bisa menahan diri untuk tidak melakukan penyelewengan dalam tugasnya.Pengabdiannya dalam menjaga nama baik institusi membuat dirinya beberapa kali diundang dari Kantor Wilayah Sumatera Utara untuk menerima Penghargaan. Bahkan pada tahun 2010 dirinya menerima Apresiasi dari Direktur Jenderal pemasyarakatan kala itu atas upaya menggagalkan Narkoba masuk kedalam Lapas. Atas dedikasinya dalam menjalankan tugas pada tahun 2008 dirinya juga menerima Satya Lencana Karya Satya 10 Tahun dari Presiden Republik Indonesia.

Hidup sendiri dengan menjalankan tugas yang penuh rintangan tentu tidaklah mudah. Perlu pendamping yang bisa mengimbangi dalam mengambil keputusan dan bertindak. Keputusannya untuk mengakhiri masa lajang jatuh pada Wanita Bernama Nuriana Silaban. Pernikahan sederhana namun Sakral secara Kristiani dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 1996. Perjalanan mengarungi rumah tangga dimulai sejak janji suci diikrarkan, janji menyatu dan hanya dipisahkan maut. Pahit dan manis dalam rumah tangga dilalui ketika Romiwin memboyong Nuriana untuk tinggal berdua disebuah rumah kontrakan kecil didaerah Baros Tapanuli Tengah.

Tahun 2003 Romiwin memutuskan untuk mengajukan mutasi ke Lapas Kelas IIB Tanjung Balai. Keputusannya untuk pindah dengan alasan agar dirinya bisa melanjutkan pendidikan Strata 1. Setelah dirundingkan, Hal tersebut didukung oleh istrinya. Bersama istri dan ketiga anaknya kala itu, Romiwin menetap di Tanjung Balai dan masih tetap mengontrak. Dirinya melanjutkan Pendidikan Strata 1 Jurusan Hukum Pidana di Universitas Asahan. Dirinya menjadi 2 sisi sebagai seorang Petugas Pemasyarakatan dan sebagai seorang Mahasiswa. Ditengah kesibukannya, Tuhan pun memberikan karunia pada tahun 2005 lahirlah 1 orang anak laki laki, hingga menggenapkan 4 orang anak dari buah cintanya bersana Nuriana.

Kesibukannya bekerja sambil kuliah dan membantu istri mengurus rumah tangga tidak menyurutkan semangatnya menuntaskan pendidikannya di bangku kuliah. Gelar tersebut akhirnya bisa pada tahun 2008 dirinya di wisuda dan resmi menyandang gelar Sarjana Hukum.

Sebagai seorang Pendamping, Nuriana tidak berdiam diri sembari mengurus rumah tangga saja. Dirinya meirintis berbagai usaha untuk membantu perekonomian keluarganya. Nuriana merupakan sosok yang mudah bergaul sehingga sangat mudah menjalin hubungan kemitraan dengan berbagai relasi. Kerja keras pasangan suami istri ini terbayar ketika tahun 2010 mereka akhirnya bisa memiliki Rumah KPR Subsidi di daerah Kisaran Kabupaten Asahan. Setelah 15 tahun menikah, impian memiliki rumahpun akhirnya baru bisa terwujud. Selang dua tahun kemudian pada tanggal 28 Juni 2012 Romiwin mendapatkan SK Promosi Jabatan sebagai Kepala Sub Seksi Pelaporan & Tata Tertib di Lapas Kelas IIB Siborong Borong Kanwil Kemenkumham Sumatera Utara. Firman Tuhan “Ganjaran kerendahan hati dan takut akan Tuhan adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan.” (Amsal 22:4).

InShot 20200804 062747445

Kabar gembira tersebut ia sampaikan kepada kedua orang tua dikampung. Sayangnya saat itu kondisi kesehatan sang ayah sudah semakin memburuk. Dalam pelukan sambil berbaring, ST Alfared Hutasoit membisikkan, “Romi, kalau kau nanti berada diatas jangan kau injak orang dibawahmu, sekalipun dulu kita diinjak saat berada dibawah”. Menangis Romiwin memeluk sosok lelaki hebat yang tak pernah berkeluh kesah. Meskipun hanya bermodalkan Cangkul, sosok Alfared mampu menanamkan nilai – nilai Ketulusan dan Perjuangan dalam diri anak – anaknya. Tiga bulan sudah Romiwin menjalani tugasnya sebagai Pejabat Eselon V di Lapas Kelas IIB Siborong Borong. Kabar Duka menghampirinya. ST Alfared Hutasoit Meninggal Dunia. Hanya foto – foto diruang tamu rumah dikampung yang meninggalkan cerita bersama sang ayah. Memori bersama sang ayah adalah memori perjuangan mengarungi hidup, tak ada lagi sakit yang mendera, Selamat jalan Ayah.

Perjalanan masih panjang, tak urung semangat karena kepergian sang ayah Romiwin justru tancap gas dengan dedikasi ketulusan dalam bertugas. Selang 2 tahun kemudian pada tanggal 8 Oktober 2014 dirinya menerima SK Promosi Jabatan sebagai Kasi Binapi Giatja Lapas Kelas IIB Asahan, hanya butuh waktu 3 Tahun dirinya kembali dipromosikan sebagai Kepala Rutan Kelas IIB Tanjung Pura. Bukan tanpa prestasi, disaat memimpin Rutan Tanjung Pura jajarannya berhasil mengamankan Seorang Pembesuk yang akan menyelundupkan Narkoba Jenis Sabu – Sabu didalam Pasta Gigi. Dirinya menanamkan kepada jajarannya bahwa Kecurigaan seorang Petugas Pemasyarakatan adalah bentuk Kasih Sayang kepada Warga Binaan. Pengalamannya yang meniti karir dari Penjaga Portir (Sekarang P2U) selalu dibagikan kepada jajarannya.

Tahun 2019, Kasih sayang Tuhan Yesus menghantarkan Romiwin mendapatkan Promosi kembali sebagai Kepala Lapas Kelas IIB Tanjungpandan. sebuah Jabatan yang tak pernah terbayangkan oleh seorang mantan Supir Angkutan Umum yang meniti karir dari jenjang bawah dan bukan dari Alumni AKIP. Tidak berhenti disitu saja, Kini Romiwin resmi menyandang gelar Strata 2 Magister Hukum setelah diwisuda dari Universitas Pembangunan Panca Budi.

10 Januari 2020, dirinya menginjakkan kaki di Negeri Laskar Pelangi. Negeri yang dikenal dengan Keindahan Alam Pantainya. Daerah yang sangat aman dan rendah tingkat kriminalitas. Memegang jabatan strategis sebagai Kepala Lembaga Pemasyarakatan tentu bukan hal mudah. Namun ia percaya Doa istri dan kasih sayang Yesus selalu menyertainya. Ia mulai dengan menata tampilan Lapas agar indah dan menghilangkan kesan angker ataupun kumuh. Renovasi dimulai dari pembangunan Lobi, Toliet Gender dan Toilet Disabilitas, dan banyak hal penataan yang dilakukannya untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Belitung juga terus dilakukannya. Kemitraan bersama Pemerintah Daerah tidak bisa dibuang, sekalipun kita Instansi Vertikal, kita harus bermitra dan bersama – sama memajukan daerah ini, hal inilah yang ditanamkan oleh Romowin. Berbagai kegiatan bersama jajaran Forkopimda dihadirinya tanpa diwakilkan sebagai bukti dirinya ingin menjalin silaturahmi yang baik antara Lapas dan Pemerintah Daerah. Saat ini Romiwin tengah mengikuti Diklat PIM III Yang diselenggarakan oleh BPSDM Kemenkumham RI untuk terus meningkatkan kompetensinya.

Selama Memimpin Lapas Kelas IIB Tanjungpandan, Para petugas dan WBP dianggapnya sebagai Saudara. Ia menekankan kepada jajaran agar menyayangi pekerjaan, jangan khianati keluarga yang menanti dirumah berangkatlah dari rumah untuk mencari rejeki bukan untuk menggadaikan harga diri.

Kini 28 Tahun Perjalanan telah dilaluinya dari berbagai Lapas dan Rutan. Dirinya telah menebus janji pada dirinya sendiri untuk memutus kemiskinan keluarganya dengan sekolah telah Ia tunaikan. Anaknya yang kedua saat ini tengah mengikuti Pendidikan di Politekhnik Ilmu Pemasyarakatan (Poltekip), Anaknya yang ketiga saat ini sedang mengikuti Test Penerimaan Catar Poltekip mengikuti jejak abangnya. Sedikit demi sedikit Romiwin mulai memanen keringat dan air mata yang ia tumpahkan kebumi. Berbagai usaha yang digeluti istrinya kini berkembang pesat baik itu Perdagangan maupun usaha Perkebunan. Kini sang istri Nuriana Silaban menjabat sebagai Anggota DPRD Kota Tanjung Balai Sumatera Utara. Pengabdian memberikan pelayanan untuk masyarakat mengharuskan mereka berpisah jarak. Tuhan tidak tidur, Tuhan Mendengar dan Menjawab Setiap Doa Umatnya.  * Ditulis oleh : Yovie Agustian