SEHELAI SORBAN

Tak ada kesedihan yang pailng mendalam, ketika kita kehilangan cinta. Dibanyak.kisah yang mengharukan selalu ada luka dan tangis. Ada pameo bilang, cinta itu kodrat siapapun memilikinya, dan cinta selalu harus dibangun dengan orang lain. Ketika Tuhan menyebutkan bahwa telah kujadikan engkau laki² dan perempuan saling kenal mengenal (Lita arafu), dan tidak ada yang paling baik diantara kalian kecuali taqwa. Taqwa adalah esensi cinta kepada Allah sang pemilik cinta.

Esensi cinta—taqwa biasa dilakukan dalam keheningan malam yakni disepertiga malam, seakan terjadi dialog yang transendental antara manusia dengan Allah. Kecintaan itu kadang di dialogkan dalam bentuk airmata. Kekhusyukan seakan menjadi leburan cinta.

Buya Hamka dalam kisahnya, selalu bersenandung sendiri, menyepi dalam butiran tasbih. Disuatu ketika ia bercerita kepada anaknya kenapa ia harus menyepi?, kenapa harus bersenandung?, Buya Hamka—begitu bersedih sepanjang hidupnya setelah istrinya meninggal dunia, cintanya begitu dalam. Hingga ia menyepi karena ia takut kecintaannya pada istrinya mengalahkan cintanya pada Allah Azza wazallah.

Bagaimana dengan Siti Khadijah? istri sang mulia Nabi Muhammad SAW, kecintaannya pada Islam dan perjuangan Rasulullah. Dalam sejarah sepertiga kekayaan kota mekkah adalah milik Siti Khadijah. Hingga suatu saat Rasulullah bertanya, wahai istriku, menyesalkah engkau bersuamikan Muhammad?, sebab karenaku hartamu telah habis dan kita tak lagi memiliki apa². Siti Khadijah pun dengan airmata bercucuran menjawab demi Allah, suamiku…aku tak pernah menyesal sedikitpun, sebab aku mencintai islam dan mencintaimu dengan tulus.

Hingga akhirnya Siti Khadijah jatuh sakit, di detik² terakhir hidupnya, ia berbisik ditelinga anaknya Fatimah Azzahra, lalu ia bilang, anakkku,…bilang kepada ayahmu, ketika aku meninggal dunia tolong aku jangan dikafani, tapi mintalah sorban ayahmu yang dipakai sewaktu ia menerima wahyu,…aku malu mengatakan kepada ayahmu. Fatimah Azzahra, memegang tangan ibunya dengan erat seakan tak akan ada perpisahan diantara mereka. Mendengar permintaan itu, Rasulullah mengatakan wahai istriku,….sesungguhnya Allah telah menunggumu disyurga. Derai airmata dari kedua pipi Siti Khadijah sulit terbendung. Saat itulah disebut sebagai ‘Alamu Huzni (saat² yang menyedihkan).

Tak lama kemudian turunlah Malaikat Jibril membawa kain kafan sebanyak empat, lalu Rasulullah bertanya untuk siapa saja kain kafan itu wahai Jibril?…Jibril pun menjawab, kain kafan adalah untuk Siti Khadijah, untuk Fatimah, untukmu ya Rasul, dan untuk cucumu Hasan. Lalu Rasul bertanya kenapa tidak ada untuk cucuku yang satu lagi Husein?, Jibril pun menjawab tidak ada untuk Husrin, karena Husein siati saat nanti ia tidak dikafankan karena ia terbunuh, seluruh tubuhnya tak dikenali hingga ia dimakamkan. Rasulullah lalu tertunduk sedih mendengar ucapan Jibril.

Setelah Jibril pulang, Siti Khadijah pun pelan² menarik nafas dengan berpegang di sorban Rasulullah—hingga ia berucap Lailaha Illallah.

Makna yang dapat dipetik dari sebaik kisah ini adalah, bahwa kehidupan akan berakhir pada waktunya,…bukan sederet pangkat dan sebanyak harta yang akan kita minta untuk bersama dialam kubur dan alam akhirat—tetapi yang kita minta hanya cinta. Gugusan² amaliyah adalah tumpukan harta yang akan dipetik hari kemudian.

Pendeknya, jangan takut miskin untuk memperoleh kekayaan yang hakiki.

# Catatan_Muhasabah
Dari aejarah kita mengenal.

News Feed