Tulisan ini bukan sebatas frase, bila (mungkin) ada yang bertanya mana ada miskin tapi kaya atau bisa juga sebaliknya kaya tapi miskin. Tentu ini adalah fenomenologi dimana sejarah membincangkannya. Frase ini adalah bukanlah yang bersifat materialisme tetapi lebih pada pengayaan Dialektika.
Kekayaan kadang menjadi variabel kehormatan, menjadi ukuran kebangsawanan seseorang, sebaliknya kemiskinan (fakir) selalu disematkan pada jelata dan tak berpunya. Tetapi makna esensialnya tak terdikhotomis pada kaya atau miskin.
Kisah Uwais Al Warni, adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW hidup sezaman dengannya tetapi tidak pernah bertemu. Rasulullah mengagumi Uwais al-Qarni, hingga beliau memerintahkan kepada Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib untuk menemuinya.
Dan suatu ketika Umar dan Ali kedatangan sekelompok kabilah, lalu keduanya bertanya, adakah diantara kalian yang bernama Uwais al-Qarni?….tak satupun yang menjawab. Dari belakang rombongan itu berkata, wahai Umar, sesungguhnya orang yang engkau cari saat ini ada ditengah Padang Arafah.
Lalu berangkatlah Umar bin Khattab menemuinya,…hingga di Padang Arafah, Umar mendekati seorang lelaki dan memperhatikan secara seksama dengan penampilan pakaian yang penuh tambalan. Lalu Umar, bertanya, apakah engkau adalah Uwais al-Qarni?,….lelaki itu menjawab dengan tenang dan suara yang serak berwibawa, ya benar aku adalah Uwais.
Umar bin Khattab pun melanjutkan maksud dan tujuannya menemuinya setelah 10 tahun ia diperintahkan Rasulullah untuk menemuinya. Umar bin Khattab bertanya dalam hati kecilnya,…ada apa dengan Rasulullah menyuruhku menemui Uwais al-Qarni,…apa yang ada dalam diri Uwais al-Qarni?…
Lalu Umar bin Khattab pun kembali menemui Rasulullah, lalu Umar bin Khattab bertanya,…wahai Rasulullah…aku telah menemui Uwais al-Qarni,…dan aku bertanya ada hal apa pada pribadi Uwais al-Qarni?… Rasulullah dengan tenang menjawab,.. Uwais al-Qarni, adalah sosok yang hidup sezamanku…sahabatku karena Allah, namun aku tak pernah ketemu sekalipun,… tetapi ia memiliki ketaqwaan, kecerdasan dan kekayaan yang luar biasa. Bahkan setiap doa dan permohonannya selalu dikabulkan oleh Allah.
Umar, kata Rasulullah,… mungkin engkau menjumpainya dalam keadaan yang hina dina, dalam keadaan fakir,…tetapi ia memiliki kekayaan yang melebihi isi dunia ini,…karena ketaqwaannya kepada Allah. Kenapa aku memintamu bersama Ali untuk menemuinya?…agar aku di doakan darinya. Umar bin Khattab pun tertunduk mendengar ucapan Rasulullah.
Uwais al-Qarni begitu dikagumi oleh Rasulullah hingga ia meminta untuk di doakan. Bahwa fakir secara fisik belum tentu adalah miskin yang sesungguhnya.
Pilihan-pilihan hidup adalah jalan untuk memperoleh “pengakuan”, tetapi bukan untuk Uwais al-Qarni, yang memberi pelajaran berarti, bahwa kekayaan terbesar adalah ketaqwaan.
Semoga kita dapat mengambil hikmah didalamnya.
# CatatanRingan
Dari sejarah kita mengenal.