TANJUNGPANDAN: Dua kades (kepala desa) di Belitung jadi narsum (nara sumber) dalam rubrik “kelakar kampong kite”, yang disiarkan radio BFM 104, 6 Belitung, jalan Jenderal Sudirman, Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, pada Jumat Malam, 5 Mei 2023.
Adapun dua kades yang jadi narsum adalah kades Perawas Yahya SE dan Kades Keciput Pratiwi Perucha , S.S., M.H. Keduanya dalam acara kelakar kampong kite, memaparkan cerita singkat selayang pandang kinerjanya.
Selama dua jam, Kedua kades ini memaparkannya berbagai program, dan kegiatan kinerja desanya yang dipandu oleh penyiar Radio BFM 104,6 Indra Pablo.
Baik Kades Perawas Yahya SE maupun Kades Keciput Pratiwi Perucha , S.S., M.H sampaikan uraian terkait tupoksi kades, fungsi dan peranan tugas dari perangkat desa serta hal-hal lainnya berkenaan dengan desa.
Disampaikan pula, dua desa punya program kegiatan kemasyarakatan, sosial adat dan budaya. Dan dua desa ini masing-masing punya rumah adat melayu.
Dengan ada rumah adat ini, tentu, ujar kedua kades ini berharap langkah ini adalah pengembangan adat dan budaya yang salah satunya upaya untuk melestarikan kearifan lokal daerah, guna mendukung kepariwisataan di Belitung.
“Target kita. Disatu sisi hadirnya rumah adat, bukan hanya sebatas soal pengembangan adat dan budaya namun juga rumah adat juga tempat berbagai kegiatan kemasyarakatan,” ungkap mereka.
Dua kades ini juga menambahkan bahwa masing-masing posisi desa sangat vital dan strategis. Hal ini karena lokasj Desa Perawas berada di jalan protokol yang menjadi pintu gerbang masukknya wisatawan ke Belitung dan Desa Keciput merupakan salah satu tempat atau kawasan pusat pariwisata di pulau Belitung.
“Dua desa ini sebetulnya, sangat penting dan perlunya sinergi antara desa, dan kabupaten dalam hal mendukung sektor kepariwisataan, di Belitung. Tentunya, kabupaten pun diharapkan ikut memoles agar mampu mengangkat pariwisata seperti halnya dicanangkan satu desa, satu destinasi wisata,”Katanya.
Hanya saja dalam penuturanya di radio BFM 104.6, kendala yang dihadapi dari dua desa ini, adalah dalam hal membuat model pembangunan yang mampu mensejahterakan masyarakat, namun hal itu terkendala finansial, ketahanan pangan di setiap desa sebagai upaya pengembangan pembangunan dan pelayanan publik.
Diakhir wawancara singkat, harapan dari dua kades ini kedepan menganggap diperlukan sinergitas antara desa dan pemerintah kabupaten agar tidak terhambat komunikasi dalam hal membangun kebersamaan di daerah menuju desa yang mandiri, mampu melayani dan memberikan yang terbaik di Kabupaten umumnya dan khususnya di tingkat desa..
“Kami kira itu saja yang dapat kita sampaikan dalam wawancara singkat ini, kurang lebih mohon maaf kalau masih ada kekurangan dari kami. Kritikan konstruktif akan kami tampung dan sangat kami harapkan demi perbaikan dua desa ini kedepan menjadi lebih baik,” katanya.*