Sejarah manusia adalah sejarah ia menemukan peradabannya. Sejarah selalu hidup pada cerita dan kisahnya. Dibanyak tempat dan waktu kita akan mengenal apa dan siapa dibalik kisah itu. Sejarah selalu saja melukiskan “heroisme” dan bersifat “episteme” agar kita dapat menemukan sesuatu dibaliknya.
Dalam sejarah kenabian Muhammad SAW, banyak kisah disekitarnya yang menyentuh hati dan perasaan. Heroisme? Tentu bukan. Abdullah bin Mas’ud salah satu diantaranya, hanya seorang budak yang mengembalikan kambing dari seorang majikan kaum Quraisy. Hidup jauh dari hiruk pikuk kota Mekkah.
Mekkah saat itu dalam ketegangan politik, Rasulullah bersama para sahabatnya dalam situasi ancaman para kaum Quraisy. Dan suatu ketika Rasulullah beserta sahabatnya kemudian mencoba menghindari konflik, maka memilih meninggalkan kota Mekkah untuk sementara waktu.
Perjalanan pun dilakukannya—dikejauhan Rasulullah melihat satu pondok kecil, dalam niatnya pun ia bersama sahabatnya untuk mampir sejenak untuk melepaskan lelah. Karena memang Rasulullah dalam keadaan haus setelah dalam perjalanan panjangnya melintasi bukit dan gurun yang tandus.
Sesampai dipondok itu, Rasulullah melihat seorang anak muda sedang menggembalakan kambing, rupanya dan kulitnya yang terbakar karena terik matahari. Lalu Rasulullah mendekatinya—lalu Rasulullah berkata, wahai anak muda bolehkah aku meminta sedikit susu dari ternakmu?,…karena aku begitu haus. Anak muda (Abdullah bin Mas’ud) pun menjawab dengan tegas maaf, aku tidak akan memberikannya…karena aku diamanahkan untuk menjaga ternak ini dari majikanku bukan untuk memberikan kepada orang lain, sekalipun setetes air susunya. Maafkan aku tuan ucap Abdullah bin Mas’ud. Rasulullah pun dengan nafas panjang menjawab subhanallah, maha suci Allah yang telah memberikan hati mulia.
Mendengar ucapan itu sontak Abdullah bin Mas’ud kaget—ternyata yang didepannya adalah sosok mulia Rasulullah SAW, Abdullah bin Mas’ud pun begitu gembira dan tak bisa menahan keharuannya sesekali ia menyeka air matanya. Lalu ia berkata wahai Rasulullah ijinkan aku untuk selalu bersamamu dan melayani apapun kebutuhanmu. Hingga saatnya Abdullah bin Mas’ud pun mengikuti terus dimana pun Rasulullah berada. Dalam keadaan mandi pun Abdullah bin Mas’ud menjaganya.
Hingga suatu ketika Rasulullah berkata, bahwa wahai Abdullah bin Mas’ud engkau akan selalu bersamaku termasuk di syurga kelak. Airmata Abdullah bin Mas’ud pun sulit untuk dibendung. Abdullah bin Mas’ud, lalu berkata, aku bukan siapa² Rasulullah, aku hanya budak, aku hanya pengembala, aku bukan orang terhormat, aku bukan pula bangsawan. Tetapi Rasulullah memegang pundaknya lalu berkata,…tetapi engkau adalah bangsawan di syurga.
Benarlah kata Allah SWT dalam kitabNya, bahwa tidak ada yang mulia diantara kalian kecuali yang bertaqwa. Maka jadilah bukan siapa-siapa tetapi bisa memberi arti. Abdullah bin Mas’ud bukan siapa-siapa, tetapi membuat Rasulullah mengaguminya.
Maka tak perlu menjadi siapa untuk menjadi berarti.
# CatatanPagi
Dari sejarah kita mengenal


















