BADAU: Para nelayan pegantungan Desa Pegantungan Kecamatan Badau, Kabupaten Belitung, kini menghadapi tantangan besar dengan anjloknya harga kepiting rajungan. Harga per kilogram daging kepiting yang hanya dihargai Rp 40 ribu membuat banyak nelayan terpaksa gigit jari, salah satunya Jader, seorang nelayan lokal yang sudah puluhan tahun mengais rezeki di laut.
Dalam wawancaranya baru-baru ini, Jader mengungkapkan kekecewaannya. “Dengan harga Rp 40 ribu per kilogram, kami tidak pulang modal. Malah terbebani dan sangat merugikan,” keluhnya. Biaya untuk mengupas kepiting saja mencapai Rp 20 ribu, sehingga keuntungan yang didapat hampir tidak ada.
Menurut Jader, harga ideal yang diharapkan oleh para nelayan adalah sekitar Rp 120 ribu per kilogram. Harga tersebut dianggap cukup untuk menutupi biaya operasional dan memberikan sedikit keuntungan bagi nelayan.
“Kalau hanya Rp 40 ribu, ini parah. Bayangkan biaya yang kami keluarkan untuk hasil tangkapan kepiting, mulai dari umpan hingga Solar, mencapai sekitar Rp 87 ribu. Jadi, dengan harga daging kepiting yang hanya Rp 40 ribu, jelas kami tidak pulang ongkos,” jelas Jader.
Penurunan harga ini menjadi pukulan telak bagi para nelayan yang mengandalkan hasil tangkapan kepiting sebagai sumber utama penghidupan. Mereka berharap ada intervensi dari pemerintah atau pihak terkait untuk menstabilkan harga kepiting rajungan, sehingga kesejahteraan para nelayan bisa terjamin.
Sementara itu, nelayan lainnya juga menyuarakan hal serupa. Mereka mengungkapkan betapa sulitnya kondisi yang mereka hadapi saat ini, dengan pendapatan yang jauh dari mencukupi untuk menutupi biaya operasional.
Banyak pihak berharap agar harga kepiting rajungan bisa kembali normal sehingga kesejahteraan para nelayan bisa terjaga. Jika kondisi ini terus berlanjut, dikhawatirkan banyak nelayan yang akan gulung tikar dan meninggalkan profesi yang telah lama mereka geluti.*