TANJUNGPANDAN: Tokoh masyarakat Aik Pelempang Jaya Alopius Iskandar harap pemkab Belitung, untuk bisa berdayakan berbagai potensi budaya yang ada di Belitung. Hal ini dapat membantu pengembangan wisata alternatif baru bagi kabupaten Belitung.
Tokoh Masyarakat Aik Pelempang Jaya, Alopius Iskandar tunjuk seperti kegiatan antraksi budaya yang digelar peringatan ulang tahun 26 Dewa Thai Shong Lo Khiun Di klenteng Shong Lo Khiun, yang dipusatkan di Klenteng SUHU ATO Jln. Prumnas Aik Baik Dalam – Belitung, Desa Aik Pelempang Kecamatan Tanjungpandan layak dikembangkan dan bisa menjadi agenda tetap pariwisata setiap tahun.
“Kita pantau kemarim hadir acara tersebut dari warga atau wisatawan luar daerah, Belitung. Mereka nginap di hotel hotel untuk nyaksikan even tersebuf,” ungkapnya.
Alopius harap antraksi budaya yang telah ada tentunya jangan sampai dimatikan khas pelestarian budaya di Belitung.
“Selain untuk pariwisata, cukup baik dikembangkan untuk pelestarian budaya daerah,” kata Alopius.
Sementara itu, Suhu Atok ungkap siap bila kegiatan antraksi budaya ini menjadi salah event dalam kunjungan wisata di Belitung.
Seperti diketahui, Ratusan orang padati peringatan ulang tahun 26 Dewa Thai Shong Lo Khiun Di klenteng Shag Lo Khiun, yang dipusatkan di Klenteng SUHU ATO Jln. Prumnas Aik Baik Dalam – Belitung, Desa Aik Pelempang Kecamatan Tanjungpandan.
Cukup ramai dikunjungi, lantaran ulang tahun Dewa Thai Shong Lo Khiun ini dimeriakan dengan berbagai acara. Mulai dengan kegiatan ritual, penampilan barongsai, serta antraksi budaya lainnya hingga grup musik yang ikut menghibur para hadiran di klenteng Thai Shong Lo Khiun untuk memeriakan acara tersebut. Sambil menikmati hiburan, para yang hadirin disediakan makanan dan minuman yang disajikan pihak panitia.
Suhu Ato ungkap agenda ini selalu dilakukan setiap tahun dalam perayaan ulang tahun Dewa Thai Shong Lo Khiun Di klenteng.
Pantauan trawangnews.com, sore hingga malam, warga Thionghoa mulai berdatangan ke kelenteng tersebut, mulai dari anak-anak, dewasa. Mereka secara inisiatif satu persatu warga mulai mengambil garu dan membakarnya. Disela-sela warga lakukan aktivitas sembayang, suhu ato mulai melakukan berbagai atraksi. Mulai tusuk besi di pipi, iris bagian tubuh dengan pedang, dan berbagai antraksi lainnya.
Memang saja, tontonan antraksi ini, ada yang panik, atau juga khawatir. Bahkan, ada yang sudah biasa menyaksikannya tanpa rasa takut. Dan bila tak biasa, mungkin akan memalingkan mukanya ke belakang.
Tentu saja, berbagai rangkaian peringatan klenteng ini berakhir pada malam hari atau tngah malam sesua dengan tradisi yang dilakukan. *trawangnews.com