Menimalisir Banjir, Ini Cerita Pekerja Proyek Drainase Kampung Amau 1990

TANJUNGPANDAN: Pertengahan tahun 1990 an, ada sebuah proyek pembangunan talud/ saluran drainase sepanjang Kawasan Amau menuju kawasan Siburik, dibangun dengan kedalaman sekitar 2 meter , dari Dinas PU pengairan Provinsi ( Belitung masih bergabung dengan Provinsi Sumatera selatan).

Ketika dibangun, belasan tahun bisa diminimalisir banjir, namun akhir akhir ini terjadi karena proses pendangkalan, maka banjir selalu datang bila musim hujan dengan intensitas tinggi, dan gelombang pasang laut tiba.

Hal itu diutarakan salah seorang pekerja Rosalin, yang disapa pak lin, yang mengerjakan proyek pembangunan drainase/talud di sepanjang kawasan Amau hingga kawasan Siburik yang dikerjakan tahun 1990 an. Dugaannya, banjir terjadi akhir akhir ini akibat pendangkalan dan solusinya perlu dinormalisasi kembali untuk memininalisir banjir.

IMG 20191206 WA0000.jpg

“Idealnya, saat dibangun dulu kedalaman 2, 05 meter, dan sekarang diperkirakan hanya tinggal 40 cm karena pendangkalan (hanyut pasir dan sampah karena pembiaran), dan ketika hujan lebat dan gelombang pasang laut naik, maka tumpahan air merembes, keluar talud atau saluran,” katanya.

Ia sebut upaya terobosannya adalah dengan melakukan pengerukan hingga posisinya dikembalikan ke dasar awal dengan dibangun kedalamannya 2, 05 meter. Bila ini dilakukan bisa meminimalisir persoalan banjir akhir akhir ini.
Kalau diminta dari pemerintah daerah, Pak lin siap memaparkan sejarah dibangun proyek tersebut karena hal ini untuk kepentingan bersama.

“Mau tidak mau, ini kewajiban semua pihak, dan tanggungjawab bersama bagaimana agar banjir tidak terjadi lagi,” kata pak lin.
Memang saja, kalau posisi aman minimal harus dibebaskan lahan masyarakat di sekitar kawasan drainase untuk dilakukan pembuatan/ pelebaran badan jalan guna penangganan lebih lanjut.

“Jalan di seputar kawasan saluran drainase di pinggiran rumah warga harus dibebaskan 3 meter, lalu dibuatkan tambahan saluran drainise, yang sekarang ini lebar 2 meter lebih (tergantung titik lokasi pembangunan) hingga nantinya jadi lima meter, tapi ini kesepakatan pemerintah daerah dan masyarakat.

Kalau tidak selesai ini masalah berkepanjangan. Semuanya ada solusi bila ada niat untuk kebersamaan, jangan sampai seperti Jakarta saat ini yang dilanda banjir. Maka saatnya untuk berbenah,” kata Pak Lin.*trawangnews.com