Beberapa dekade belakangan wacana tentang permintaan maaf sebagai komunikasi politik begitu marak dipertontonkan. Wacana itu pun tak dapat dilepaskan dari pelbagai pernyataan sebagian politisi, birokrat, aparat, bahkan tokoh masyarakat. Intinya berhenti publik menyalah-nyalahkan sejarah dan elit.
Seperti menjadi budaya politik baru. Nicolaus Mills, menyebut permintaan maaf sebagai unsur yang relatif baru dalam budaya politik. Permintaan maaf sebagai tindakan komunikasi politik itu semakin lazim dilakukan dalam era pasca perang dingin. Paus Johanes Paulus II pernah meminta maaf atas kesalahan² gereja katolik selama dua milenia. Presiden Jerman pernah meminta maaf pada bangsa Yahudi. Perdana menteri Inggris Tony Blair pernah meminta maaf pada bangsa Irlandia.
Diskursus publik semakin banyak belajar dari etika serta sifat informal dari diskursus privat. Dalam kehidupan pribadi perilaku meminta maaf adalah sudah menjadi ajaran kehidupan.
Dalam.kehidupan publik, permintaan maaf biasanya hanya diucapkan oleh mereka yang lemah kepada yang berkuasa. Tetapi selama dua dasawarsa komunikasi politik yang memakai diksi minta maaf, justru datang dari mereka.yang lebih kuat dan lebih dewasa. Dan bangsa² lain telah menyuguhkan itu.
Padahal.dalam.sejarah, permintaan maaf bagi mereka yang berkuasa seringkali dianggap sesuatu yang tabu. Kenapa, disana ada arogansi dan ke “Akuan”. Mills juga membedakan permintaan maaf yang tulus (genuine apology) dengan permintaan maaf yang palsu (phony apology). Permintaan maaf palsu adalah bentuk perilaku tanpa ikhtiar yang sungguh².
Menurut Mills, permintaan maaf bangsa Jepang berkaitan dengan iugun ianfu kalaupun dianggap bukan permintaan maaf palsu, tetapi.bida dianggap dangkal. Apalagi permintaan maaf Kiri Samphan (Kmer merah) dalam kaitannya dengan tragedi yang direpresentasikan dalam film”The Killing Fields”, itu juga tak lepas dari phony apology.
So, permintaan maaf apakah hanya sebatas komunikasi politik?, Pemaaf adalah perilaku bijak, Nelson Mandela pun membangun Afrika hanya dengan kata maaf. Nabi.Muhammad pun begitu terkenal dengan perilaku memaafkan.
Lalu, apakah permintaan maaf ini hanya milik mereka yang lemah?, penguasa pun paling tidak memiliki rasa memaafkan agar tak ceroboh dalam bertindak. Memaafkan bukan dibangun dari posisi kekuasaan, tetapi memaafkan adalah dibangun dari kekuatan hati.
Kekuasaan dan memaafkan, kenapa tidak.
#catatan_TENGAH.