SANG PRESIDEN DENGAN ROTI KEJU

Kata Michel Foucault, kekuasaan itu adalah penderitaan. Banyak orang memilih menderita karena jalan kekuasaan.

Mungkin kita kenal siapa Mahmoud Ahmadinejad, pria yang lahir di daerah pertanian Aradan Iran 28 oktober 1956—sang presiden keenam Republik Iran yang menjabat sejak 3 agustus 2003. Sesaat setelah dilantik ia melakukan perubahan secara mendasar dilingkup istana. Protokoler kepresidenan dirombaknya agar memudahkan para menterinya bisa langsung keruang kerjanya. Karpet mahal diistana disumbangkan keseluruh mesjid² lalu menggantinya dengan karpet biasa yang mudah dicuci dan dibersihkan.

Ahmadinejad selama menjabat tidak mengambil gajinya dengan alasan bahwa sebagai pemimpin hanya diamanahkan untuk menjaga negaranya dan rakyatnya bukan memperkaya dirinya. Gajinya hanya diperoleh dari statusnya sebagai dosen. Dan ruang istana pun ia minta kepada protokoler agar menghentikan menghidangkan jamuan mewah untuk presiden. Hingga Ahmadinejad hanya berbekal sarapan roti keju dimasukkan dalam tasnya menuju ke istana sebagaimana sang istrinya memoersiapkannya setiap pagi.

Ahmadunejad pun tidak tinggal di istana, selama menjadi presiden ia memilih tinggal dirumah pribadinya—ia menganggap istana itu simbol kepemilikan rakyat, maka rakyatlah yang harus menempatinya. Dan setiap ia mau ke istana Ahmadinejad harus berjalan kaki melewati gang menuju jemputan para pengawal presiden.

Kadang sang presiden tidur diruang tamu dirumahnya—selepas para pengawalnya pergi. Tidak memanfaatkan posisinya untuk merebut sesuatu atas nama presiden. Kadang sang isteri menangis melihat sang presiden tertidur pulas diruang tamu dengan jas coklat kesukaannya. Sang tokoh reformis Islam itu memilih kesederhanaan dalam pengabdiannya.

Adakah Ahmadinejad² yang bisa kita temukan diera saat ini?, kesederhanaan dan kesehajaan begitu sulit kita temukan—sebab pemimpin diproduksi dengan biaya yang mahal sehingga tampilannya pun lebih mentereng.

Semoga para pemangku jabatan dinegeri ini bisa mengambil pelajaran dari tokoh sekaliber Mahmoud Ahmadinejad.***