SMKN 1 Badau Pentaskan Drama Kepahlawanan Hanandjoeddin

BADAU – Kisah kepahlawanan H AS Hanandjoeddin menginspirasi para pendidik dan siswa siswi SMK Negeri 1 Badau untuk membuat sebuah karya drama teatrikal dan mementaskannya di panggung sekolah.

Pementasan drama kepahlawanan ini berlangsung pada Senin 5 September 2022, di halaman SMKN 1 Badau, Jl. H. AS Hanandjoeddin Desa Badau Belitung. Selain mengangkat kisah kepahlawanan H AS Hanandjoeddin, para siswa juga mementaskan kisah pahlawan nasional Pangeran Diponegoro, Ir. Soekarno, Jenderal Soedirman dan RA. Kartini.

IMG_20220907_161556

Pementasan drama kepahlawanan ini bertujuan untuk menanamkan jiwa nasionalisme dan patriotisme yang menjadi bagian dari Projeck Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sebagai implementasi Kurikulum Merdeka Belajar.

Menurut Kepala SMKN Badau Kusniardi S. Pd. pemilihan tokoh pahlawan H. AS Hanandjoeddin selain sebagai bentuk dukungan sekolah terhadap pengusulan H. AS Hanandjoeddin sebagai pahlawan nasional, juga untuk ‘membumikan’ sejarah perjuangan H. AS Hanandjoeddin khususnya generasi penerus bangsa di Kecamatan Badau.

“Beliau tokoh pejuang kemerdekaan RI yang telah mengangkat harkat dan martabat rakyat Belitong, dan yang menarik beliau berlatar orang teknik, jadi sudah sepantasnya menjadi role model pelajar masa kini,” tandas Pak Kus, sapaan akrab Kepala SMKN 1 Badau.

Sepekan sebelum pementasan drama, pada 29 Agustus 2022, pihak sekolah sengaja mengundang Haril M Andersen, penulis buku biografi H AS Hanandjoeddin untuk menjelaskan kisah perjuangan H AS Hanandjoeddin kepada siswa siswi.

Acara sosialisasi kepahlawanan Hanandjoeddin yang berlangsung sekitar 1.5 jam di ruang pertemuan sekolah, selain diisi pemaparan riwayat hidup H AS Hanandjoeddin juga tanya jawab seputar perjuangan sang pahlawan yang berasal dari kecamatan Badau ini. Yang menarik, pertanyaan bukan hanya dilontarkan oleh siswa siswi , namun juga guru bahasa Jerman yang menjadi koordinator P5 SMKN 1 Badau, Muryono, S. Pd.

Pak Muryono bertanya dari mana Bapak Hanandjoeddin memperoleh ilmu dan kepandaian memperbaiki pesawat terbang? Haril menjawab.

“Ilmu dasar teknik mesin beliau dapatkan ketika belajar di sekolah teknik setingkat SMP, Ambacht Manggar, 1931-1934. Sedangkan kepandaian memperbaiki mesin pesawat beliau peroleh dari bekal pengalaman bekerja di bengkel otomatif perusahaan Maskapai Timah Belanda, GMB dan ketika bekerja sebagai montir di bengkel pesawat terbang militer Jepang di Malang, tahun 1942-1945.

Mendengar jawaban ini Muryono langsung menanggapi. “Dari jawaban ini saya menarik satu kesimpulan bahwa Pendidikan teknik di Pulau Belitung telah mencetak sumber daya manusia andal bernama Hanandjoeddin yang telah memberikan sumbangsih besar untuk kemerdekaan Indonesia. Jika Pak Long dengan segala kesulitan dan keterbatasan pada masa itu mampu memperbaiki 37 pesawat terbang untuk disumbangkan kepada bangsa dan negara, seharusnya dengan fasilitas pendidikan yang diberikan negara saat ini, kita bisa berbuat lebih dari beliau. Ini harus menjadi renungan bagi kita semua, ” tandas Muryono yang disambut tepuk tangan para siswanya.**