TANJUNGPANDAN: Saban hari ketika sudah memasuki puasa, sejak Pukul 11.00 Wib, sosok wanita paru baya ini menjunjung kue dagangan berjalan dari rumahnya Aik Kongkeng, Pangkal Lalang, Kecamatan Tanjungpandan Belitung. Teriknya matahari membuat tak ada rasa putus asa dari sosok wanitia tersebut yang mengilingi berjualan kue seputaran pangkal lalang. Cucuran peluh keringat didahinya pun tak membuat lelah. Kue dagangan yang dijunjung diatas kepalanya dibawa kemana-mana dengan berjalan kaki. Mulai berjalan dari kediamannya hingga keliling seputaran lewat jalan Hayati Mahim, Rahat Dalam, Air Ketekok, pangkal lalang,jalan bukit dan kawasan lainnya.
Nah, sosok yang satu ini adalah Ny Rodia, penjual kue dagangan dengan kebiasaan berjalan kaki. Bagi masyarakat, lebih mengenalnya bu dia. Sejak tahun 1987, Dia sudah berprofesi penjual kue. Bu Dia memang hanya sebatas penjual kue, dan bukan pemiliknya. Dia mendapatkan upah dari hasil penjualan kue dengan diberikan ‘ fee’ oleh pemilik tiap-tiap satu kue dagangannya. “Memang yang punya jualan masih keluarga, jadi aku hanya tukang jual aja. Dan aku dapat upah per kue dengan fee yang diberikan kepada aku,” ungkapnya.
Bahkan ketika kru trawangnews.com siang hari, pada hari Rabu 7 Juni 2017, memasuki hari kesebelas puasa, secara kebetulan lewat jalan Hayati Mahim Tanjungpandan, bu dia tampak berjalan menjunjung kue dagangannya. Dengan berjalan kaki menuju dari kiri kanan ruas jalan di rumah-rumah warga. Warga pun kerap mendengar kedatangan bu Dia, karena suaranya mengaung, menyebut kata-kata ‘kue-kue.

Trawangnews.com saat melewati jalan Hayati Mahim tersebut mencoba menghentikannya dan langsung menghampirinya.”Bu mau beli ,” kata Kru trawangnews.com. Bu dia pun langsung berhenti.”Ada pak, ini beli kue untuk berbuka puasa, silakan pak,” ucapnya kepada trawangnews.com.
Memang saja, di bulan puasa ini Bu dia mengakui mendapat berkah yang luar biasa dibandingkan dengan hari-hari biasanya. Maklum, di hari biasa, pendapatannya tak seperti di bulan ramadhan. Artinya, tergantung laku dan tidak lakunya kue dagangannya.”Bila banyak, maka upah pun banyak. Jadi tergantung lakunya,” ujarnya Bu Dia yang statusnya hanya sebatas penjual yang mendapat upah dari sang pemilik.
Namun lain di saat bulan ramadan ini. “Alhamdulilah di bulan ramadhan ini penghasilannya bertambah. Orang tiap hari berbuka puasa beli kue,” katanya. Di bulan ramadhan ini ‘Bu Dia harus menjual kue sejak pukul 11 siang hari hingga sampai sore hari jelang berbuka puasa. “Habis tidak habis, kue tetap pulang. Dan terus berjualan kue ini sampai dengan menjelang akhir puasa. Biasanya kalau sudah lebaran, berhenti untuk beberapa minggu, selanjutnya seperti hari biasa, saya pun tetap berjualan kue kembali,” ucapnya.
Bagi Dia, kegiatan berjualan kue ini udah dijalani sejak puluh tahun silam. “Sejak masih dayang sebelum berkeluarga, saya sudah berjualan kue,” kata Ny Dia yang sekarang ini sudah punya cucu. Dia mengakui berjualan kue praktis dijalani hampir separuh hidup. Sejak berkeluarga, Dia sudah terbiasa berdagang kue keliling kampong dengan berjalan kaki. “Tahun 1987, saya baru nikah, dan sampai sekarang pun saya tetap berjualan kue,” ungkap Ny Dia yang memilikinya semuanya bekeraja serabutan. Dengan berjualan kue ini, Dia bisa menghidupi anaknya hingga tamat SMA. Bahkan kini, dia pun bisa membantu cucu-cucunya. Sebuah pekerjaan yang luar biasa bagi Bu Dia. “Yang penting halal pak,” katanya.*trawangnews.com












