Indonesia Tourism Support (ITS) menyelenggarakan webinar dengan tema “Isu Isu Strategis dalam Pengembangan Poduk Pariwisata Minat Khusus”, pada hari Rabu, 12 Agustus 2020, pukul 14.00 -16.00 Wib.
Terkait dengan hal itu, Budi Setiawan dari Belitung akan menjadi salah satu narsum (narasumber)/pembicara pada acara diwebinar tersebut.
Adapun penyelenggaraan dalam bentuk webinar ini agar nantinyadapat dijadikan masukan dalam menyusun Strategi Pengembangan Pariwisata Minat Khusus.
Seperti diketahui, dalam kegiatan webinar ini selain Budi Setiawan (Founder Belitung Wildlife Adventure), Juga akan menghadirkan pembiacara DR. Frans Teguh, MA (Plt Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan, Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan & Konservasi Kemenpar RI, Guntur Meydan (Founder Desa Wisata Sempur, Kerinci), Josie Salumeti (Pebisnis cerutu impor dan lokal, Cigar Roller, Wisata Cerutu) dengan moderator Priadi Wibisono (Co Founder ITS) dan juga Andi Indra Mataram (observer of tourism).
Sementara itu, dalam keterangan tertulis yang disampaikan oleh Thamrin Bachri, senior advisor Indonesia Tourism Support yang juga mantan DirJen Pemasaran Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Kemenpar RI Periode 2003-2008 ini sampaikan bahwa di tengah pariwisata yang berkualitas (quality tourism) menjadi tren dunia, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggeser pendekatan pengembangan pariwisatanya yang mengejar kuantitas (quantity tourism) menjadi pariwisata yang berkualitas (quality tourism).
“Pendekatan pengembangan pariwisata ini akan berdampak positif bagi masa depan pariwisata Indonesia, karena pariwisata yang berkualitas akan memberikan prestasi langsung terhadap upaya-upaya pengembangan yang berkelanjutan Indonesia yang kaya akan sumber daya alam dan budaya serta memiliki potensi untuk meningkatkan keanekaragam produk wisatanya yang salah satunya adalah pariwisata minat khusus (Special Interest Tourism) atau sering disebut “niche tourism” karena wisatawannya mempunyai minat khusus sehingga mencari atraksi-atrasi wisata yang dapat memenuhi permintaannya, seperti misalnya wisata gua, wisata religi, wisata ke pedesaan, wisata kuliner, wisata sungai, wisata petualangan dan banyak lagi” ujar Thamrin Bachri.
Menurut Thamrin, Pariwisata minat khusus sifatnya lebih fleksibel, layanannya lebih personal dan memberikan lebih banyak pengetahuan, pendidikan, dan informasi. wisatawan minat khusus ini biasanya berwisata dalam kelompok kecil, sifat permintaanya lebih inelastis, lama tinggal relatif lebih lama, dan banyak yang menjadi repeaters, serta mereka lebih peduli dan sensitif terhadap lingkungan dalam arti Luas (TAB:20).
Senada dengan hal tersebut, Budi Setiawan salah satu narasumber dari Belitung yang diundang untuk menjadi pembicara pada webinar tersebut menyampaikan bahwa pulau Belitung dengan ratusan pulau kecil disekitarnya, keragaman dan keunikan biodiversity, seni budaya dan keseharian masyarakat, memiliki banyak potensi wisata minat khusus yang sangat kuat untuk disajikan kepada wisatawan.
“Namun untuk siap disajikan, disitu masalahnya. Sebagian besar belum tergali dan terkelola dengan baik. Hal ini diantaranya disebabkan oleh keterbatasan SDM yang mampu mendampingi pengembangan wisata minat khusus tersebut, pendampingan untuk pemetaan detail untuk menemukan kekuatan utama dan juga model pengemasan, serta dukungan seperti sarana aksessibilitas dan juga keterbatasan guide lapangan yang piawai dalam menjalankan paket wisata dengan genre minat khusus ini. Semoga urun rembug dan sharing dengan kemenpar kali ini beserta praktisi dari berbagai tempat di Indonesia, bisa memberikan gambaran akan kondisi terkini serta intervensi apa yang harus dilakukan sehingga ini bisa berjalan lebih maksimal kedepannya,”katanya.*