SIJUK – Senyum cerah tampak di wajah Pratiwi Perucha,S.S.,M.H.,NL.P, Kepala Desa Keciput, saat kabar gembira itu datang. Desa kecil di Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, yang selama ini dibangun dengan gotong royong dan semangat warganya, akhirnya meraih salah satu desa wisata di Bangka Belitung.
Prestasi ini menambah daftar panjang destinasi wisata Bangka Belitung yang mendunia. Hal ini juga diperkuat dengan penghargaan bergengsi dalam ajang Anugerah Indonesia 2025.
“Ini bukan hanya kemenangan kami, tapi kemenangan masyarakat Keciput,” tutur Pratiwi dengan mata berkaca-kaca.
Desa Keciput memang bukan sekadar tempat dengan pantai berpasir putih dan laut biru yang memikat, sebut saja kawasan Pantai Tanjungkelayang.
Di balik keindahan alamnya, ada cerita tentang masyarakat yang sejak lama menjaga budaya, mengelola wisata berbasis kearifan lokal, dan membuka pintu rumah mereka bagi para tamu dari berbagai belahan dunia.

Penghargaan ini pun tak datang begitu saja. Perjuangan warga Keciput dimulai dari kesadaran bahwa wisata tak hanya soal pemandangan, melainkan juga pengalaman. Mereka bersepakat menjaga dan merawat tradisi tari dan musik lokal, hingga mengembangkan homestay sederhana yang kini jadi incaran wisatawan asing.
Apresiasi pun datang dari Ketua Panitia Kerja Standardisasi Desa Wisata Komisi VII DPR RI, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, saat berkunjung ke Babel belum lama ini. “Desa wisata di Bangka Belitung memiliki daya tarik luar biasa. Sudah selayaknya diberikan standar pengelolaan yang jelas agar dapat terus berkembang secara berkelanjutan,” ujarnya.
Bagi masyarakat dan pemerintah desa Keciput, penghargaan ini bukan akhir, melainkan awal perjalanan panjang.
“Kami masih butuh banyak dukungan. Tapi yang terpenting, kami ingin terus menjaga desa ini agar tetap hidup, lestari, dan membanggakan,” tutur Pratiwi.
Kini, setiap kali matahari terbenam di ufuk barat Belitung, pantai di kawasan desa wisata Keciput tak hanya menyajikan panorama indah, tetapi juga cerita tentang harapan, kerja sama, dan cinta warga desa pada tanah kelahirannya. Sebuah kisah sederhana yang akhirnya menggemakan nama Keciput ke pentas nasional, bahkan internasional.*










