Sekelumit tentang Perjalanan H. Djoni Alamsyah Hidayat (Djoni) menuju Bupati Belitung, berikut pernak-pernik yang mempengaruhinya.
Psikoanalisa
Tanpa mengurangi arti dan makna kehidupan beliau yang terlahir di Tanjung Rusa, Membalong, Belitung (Induk), yang memiliki semangat hidup untuk maju. Karakter keteguhan yang ingin merubah kehidupan yang berkemajuan, perjuangan beliau dari merantau ke Jakarta lalu lanjut ke Banjarmasin, sungguh mempesona.
Singkatnya, beliau memulai hidup mandiri berawal dan berkecimpung di dunia bisnis. Dari kerja dengan orang lain sampai mendirikan usaha sendiri.
Kegigihan beliau membuahkan hasil gemilang jika takarannya ekonomi (cq. keuangan). Memang belum optimal, tetapi setidaknya dalam ukuran rata-rata manusia Indonesia, apalagi Belitung, beliau dipandang sukses.
Setelah sukses di bisnis lalu beliau berniat untuk berbuat dan mengabdikan dirinya bagi tanah kelahirannya, Belitung. Salah satu ikhtiarnya adalah menjadi Pemimpin Belitung. Kegigihan dan keteguhan beliau tak terbendung, meski tampak luarnya begitu datar dan cool. Hanya orang-orang tertentu yang mampu menangkap sinyal semangat perjuangan hidup beliau.
Sikap teguh itu bukan tanpa perhitungan. Bahkan sangat detail. Tempaan usahawan memang cenderung mengakar. Dari pikiran strategis sampai hal-hal teknis-taktis selalu dalam kerangka tindakan.
Dinamisasi Parpol
Lebih singkat lagi, bahwa sejak sekitar 5-6 tahun lalu, beliau mulai mempersiapkan terwujudnya angan menjadi Pemimpin Belitung. Dia sangat sadar bahwa sesuai ketentuan yang berlaku, pintu masuk jadi Bupati adalah politik. Hampir 180° atau lebih 90° perbedaan aktivitas di kewirausahaan dengan politik. Lewat kecepatan beradaptasi dan sifat lenturnya beliau berhadapan dengan setiap insan, maka tak terlalu sulit melakukan sosialisasi diri.
Sarana-sarana yang biasa dilakukan di dunia marketing beliau manfaatkan, mengenalkan diri yang efeknya pada popularitas. Baliho, spanduk, MMT dan sejenisnya, menghiasi sudut-sudut jalan protokol Belitung. Dan itu berpuncak semakin gencar ketika beliau di percaya oleh partai koalisi untuk menjadi Bakal Calon Bupati Belitung.
Setiap perjalanan hidup, siapapun dia, selalu berhadapan pada dua sisi. Peluang dan Tantangan. Djoni mampu membaca itu. Tanpa hingar bingar dia menyesuaikan dengan kondisi riil di mekanisme partai.
Ketika partai-partai mulai melaksanakan rekrutmen kepada para Calon yang berminat, baik dari Kader Partai maupun Luar Partai, dan pendaftaran mulai di buka. Pendaftar terbanyak adalah mereka yang berminat menjadi Bakal Calon Wakil Bupati (Bacawabup). Hampir 30 orang. Untuk Bakal Calon Bupati (Bacabup) ketika itu tak lebih dari 5 jari.
Di konteks Djoni, justru terdapat perbedaan. Sesuai jadual beliau malah melaksanakan Ibadah Haji. Memenuhi panggilan dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Khusu’. Beliau abaikan gemuruh pendaftaran Bacabup dari Partai-Partai. Memang adab berhadapan dengan Allah SWT, Tuhan YME, sewajarnya seperti itu. Fokus! Salah satu ciri khas beliau.
Sebelum melaksanakan Ibadah Haji dan popularitas semakin meningkat, dia memantapkan dan memantaskan diri dengan menjadi salah seorang fungsionaris DPW Partai (Propinsi) yang di Belitung sedang “naik daun”. Tentu dengan tetap menjalin komunikasi intens dengan beberapa partai yang memiliki chemistry dengan beliau.
Saat pendaftaran Bacalon, di masyarakat dan partai, terjadi perbincangan hangat. Pro-kontra timbul. Tak terkecuali di internal partai dimana beliau sebagai Kader. Mengutamakan kader sendiri atau “outsourcing”. Perdebatan wajar terjadi karena perbedaan orientasi. Antara idealis dengan pragmatis. Dan seperti dimaklumi bahwa wacana pragmatisme di partai sangat kental dan mendominasi.
Si Mawi (sebut saja begitu) sebagai Pendaftar Bacabup di beberapa partai, sempat menikmati kesejukan udara persiapan Pilkada, karena anginnya menguat ketika itu. Sosialisasi diri lewat sekian banyak kegiatan ia lakukan dengan gencar.
Bahkan di sudut-sudut gang sempit ada yang memiliki prediksi dan beropini akan terjadi pemborongan partai. Dan itu berarti akan berhadapan dengan “Kotak Kosong (Koko)”. Artinya, Pilkada Belitung akan memiliki Calon Tunggal. Sekali lagi itu isue yang berkembang di publik, tak terkecuali di warung kopi sampai meja rapat.
Pulangnya Djoni dari Mekah, dia langsung menaikan speed, memasang persneling 3 (karena persneling 1 dan 2 telah diusahakan), dalam lobbying ke partai-partai, mulai dari tingkat daerah sampai Pusat (DPP).
Semua menghasilkan apa yang diharapkan beliau bersama Tim. Lancar jaya, meski terdapat “krikil-krikil” sebagai pemanis perjuangan. Ketika quota telah terpenuhi sesuai ketentuan berlaku, dia dan Tim berhenti bermanuver.
Pucuk di cinta ulam tiba, bahwa terdapat partai potensial secara perolehan kursi di DPRD berdasarkan hasil Pileg Pebruari tahun ini, yang belum memiliki kolaborasi dengan koalisi partai pengusung. Partai tersebut bergabung ke Paslon Djoni-Syamsir (DJOSS).
Ikhtiar dan kekuatan sudah di pandang lengkap. Konsolidasi dimulai untuk menyatukan langkah-langkah berikutnya. Buah awal dari konsolidasi tersebut adalah terbentuknya Tim Pemenangan DJOSS.
Masa Kampanye
Settingan segera dipersiapkan dengan matang. Mulai dari Visi-Misi-Program sampai penjadualan kampanye sesuai aturan KPUD. Intensitas makin meninggi memasuki masa kampanye, dialogis maupun debat publik. Terus bergerak, istirahat berkurang. Alhamdulillah semangat dan stamina terjaga.
Karena prinsip dan motivasi sebuah kompetisi adalah mencari pemenang, maka sangat wajar jika setiap Paslon berorientasi ingin menang, mengungguli pesaingnya. KPUD, sebagai penyelenggara Pilkada, menciptakan sarana/lapangan pertandingan tersebut. Kampanye sebagai candradimukanya.
Masa ini betul-betul dimanfaatkan oleh semua Paslon. Mengeluarkan segenap energi, bahkan terjadi extra effort. Beradu strategi dan taktis. Dan terkadang tidak jarang menerapkan pameo: “halal haram hantam.” Mulai dari sindiran, cibiran sampai fitnahpun dilakukan Paslon dan Para Pendukungnya. Meski sadar secara etika dan moral tidak terpuji. Tujuannya, memperlemah semangat lawan dan membangun opini publik.
Tak terkecuali Paslon DJOSS mendapatkan serangan negatif yang tak masuk kategori substansial di konteks membangun Belitung. Mulai dari sewa gedung milik BUMD untuk menunjang kegiatan Tim Pemenangan sampai menyinyiri keliru memberikan pernyataan saat debat publik.
Dan terakhir, pasca pencoblosan, hitung cepat berdasarkan data yang di dapat Para Saksi di TPS, yang diramaikan oleh Paslon lawan, dengan ingin mempermasalahkan ke BAWASLU Belitung.
Karena begitu tingginya tekanan aktivitas, beliau sempat berseloroh untuk “berhenti di tengah jalan dan berharap ada penggantinya”. Namun lewat pandangan beberapa pihak yang intinya memotivasi untuk yang bersangkutan “jalan terus”. Beberapa kaum bijak (adage) mengatakan: “bahwa kebaikan apapun yang dilakukan, tak selalu memuaskan semua pihak.” Sering pula kami katakan bahwa di pertandingan Pilkada ataupun Pemilu, bahkan setiap pertandingan yang menggunakan wasit, selalu memiliki 3 musuh. Yaitu: Internal (Tim), Penyelenggara (Wasit) dan 2 Paslon yang ada (Kontestan). Dan itu sangat dipahami oleh seorang Djoni.
Sesuai jadual nasional sebelum memasuki masa tenang, kampanye berakhir tanggal 23 November 2024. DJOSS ditetapkan di tanggal ini. Pelaksanaan dilakukan di Gedung Nasional dengan menghadirkan Juru Kampanye dari Partai Pengusung, bahkan dihadirkan Prof. Yusril Ihza Mahendra selaku pentolan Partai Bulan Bintang (PBB) yang juga menjadi partai koalisi DJOSS. Oleh banyak pihak, Kampanye Akbar ini dipandang berhasil, terutama dengan memakai ukuran ramainya audiens, juga dibandingkan dua Paslon yang mendapat jatah lebih dahulu.
Simbolisasi Batu Karang
Bersamaan berakhirnya masa kampanye, prosesi Pilkada memasuki masa tenang untuk menunggu puncak dari Pilkada, yaitu pencoblosan di TPS oleh pemilik hak suara.
Perjalanan Djoni di prosesi menuju Pilkada Kabupaten Belitung penuh dengan warna-warni. Layak jika dipadankan dengan awal kepergian beliau dari Tanjung Binga menuju Jakarta dengan menumpang kapal kayu yang bisa dipastikan diperjalanan akan bertemu dan menghindari dari batu-batu karang, di depan maupun di samping kapal.
Dalam dunia nyata perpolitikan membuktikan bahwa niat baik untuk orang ramai pun belum cukup. Butuh pengorbanan, waktu, pikiran, tenaga dan finansial. Tak terbilang investasi sosial yang dilakukan Djoni. Entah berapa banyak keluarga yang berpenghidupan lewat kegiatan persiapan Pencalonan Djoni. Pandangan-pandangan “minor” pun tetap saja muncul, di segelitir orang. Tak semua mampu Djoni puaskan.
Mengambil analogi Pelayar, bahwa Nakhoda Hebat adalah ia yang berlayar tidak di air tenang, tetapi kemampuannya di uji oleh gelombang air dan batu-batu karang yang dilaluinya. Berpikir antisipatif dan jauh memandang ke depan menjadi kunci bagi Sang Nakhoda. Leadership dan Manajerial punya peran penting.
Belitong Bersatu
Meski secara resmi hasil Pilkada menunggu perhitungan KPUD, bertebaran hasil perhitungan publik atas perolehan suara bagi kontestan Pemilihan tanggal 27 November 2024 lalu. Angka (sementara) perolehan tertinggi adalah Djoni-Syamsir untuk Kabupaten Belitung dan K. Muten (Afa)-Khairil untuk Beltim.
Harapan masyarakat bagi kemajuan Belitong (2 Kabupaten) disematkan kepada kedua pasangan tersebut. Mereka sudah milik semua rakyat Belitong. Tapi percayalah bahwa untuk pengelolaan pemerintahan yang efisien dan efektif, kedua pasangan tersebut butuh dukungan segenap warga.
Maksudnya, sudah saatnya segenap komponen masyarakat fokus pada dukungan dan pengawalan atas seluruh kebijakan Bupati-Wakil Bupati tersebut, termasuk penunaian janji-janji di masa kampanye maupun implementasi atas ketentuan per-UU-an yang berlaku.
Sejatinya Pemimpin itu dalam gerak langkahnya memposisikan berada diatas peraturan normatif, hukum positip Republik ini.
Karena terdapat ketentuan yang tak tertulis berupa moral, norma dan nilai-nilai yang berkembang di masyarakatnya.
Selamat kepada keempat orang yang mendapatkan amanah rakyat Belitong.
Salam dan selamat berakhir pekan!.