Setiap sejarah punya cerita. Setiap cerita adalah punya orangnya, dan setiap orang memiliki perjalanan. Dan setiap perjalanan adalah kepingan² waktu yang akan dilalui seseorang. Sejarah dan kisah—adalah dua lapusan yang tak terpisah. Disana ada keharuan dan kesedihan—dan mungkin juga kebahagiaan.
Dalam sejarah Islam, kita mengenal Abu Bakar As Siddiq, orang pertama yang masuk Islam dan orang pertama yang mengakui kenabian Rasulullah Muhammad SAW. Dan orang pertama yang mengakui peristiwa isra’ mi’raj disaat orang Quraisy tak mengakuinya.
Abu Bakar ra, dikenal santun dan berwibawa, Rasulullah pun begitu menghargainya. Walaupun Rasulullah menantu darinya. Semua harta dan kekayaan Abu Bakar habis dihibahkan dalam perjuangan menegakkan Islam.
Dan suatu ketika Aisyah putrinya yang juga istri Rasulullah, mendapati ayahnya terbaring sakit. Lalu Aisyah menyarankan sang ayah agar berobat pada ahli pengobatan,….Abu Bakar pun berkata wahai anakku, ayah sudah berobat, dan ahli pengobatan mengatakan bahwa…ayah dipersilahkan melakukan apa saja. Itu artinya wahai anakku—bahwa ayah tak lama lagi menuju jalan kematian untuk bertemu Allah Subhana Wataala.
Dan Aisyah pun—berderai airmata mendengar ucapan sang ayah. Ayah, ucap Aisyah….sekiranya ayah wafat kain yang mana yang aku kafankan ke ayah?….Abu Bakar pun menjawab, wahai anakku jadikan pakaian yang selalu aku pakai ketika bersama Rasulullah. Lalu Aisyah mengatakan, pakaian itu sudah lusuh ayah. Abu Bakar pun menjawab,…wahai anakku hanya pakaian yang baru bagi mereka yang hidup,….untukku cukuplah pakaianku yang lusuh itu sebagai kafanku kelak.
Aisyah semakin bersedih dan tak dapat membendung linangan air matanya. Baiklah ayah kalau itu sudah menjadi permintaan ayah.
Kemudian Abu Bakar menarik tangan Aisyah, lalu ia berkata,….anakku,…ayah tak meninggalkan harta, dirham dan dinar. Dan sepeninggalku,…kembalikan semua kain bludru, tempayang, penerangan, pedang dan kuda kepada Umar Bin Khattab, karena semua itu milik negara.
Mendengar hal demikian Umar Bin Khattab—begitu terharu, lalu ia berkata, sungguh mulia wahai engkau amirul mukminin, dan kami lelah setelahmu.
Dan detik demi detik…hingga waktunya Abu Bakar pun menghembuskan nafas terakhirnya.
Mungkin hikmah yang bisa dipetik adalah,…masih adakah sosok Abu Bakar dizaman sekarang ini?,…hartanya habis digunakan untuk perjuangan, dan mengembalikan semua milik negara setelah ia meninggal. Ia miskin untuk rakyatnya demi merindukan kekayaan hakiki diakhirat.
Semoga kita semua bisa meneladaninya.
# CatatanJumatBarokah
Dari sejarah kita mengenal.












