PERAN PEREMPUAN MUHAMMADIYAH DAN MODERASI BERAGAMA

Indonesia merupakan Negara yang sangat kaya akan keberagaman, dan tidak bisa dipungkiri keberagaman tersebut menjadi salah satu kekuatan penopang Negara ini jika dikemas dengan sangat baik tentunya.

Keberagaman akan muncul sebagai satu kekuatan yang maha dahsyat ketika di satukan dalam jalinan kuat nan indah dengan pondasi pemahaman yang kokoh antara satu dan lainnya.

Terkadang dalam kehidupan nyata yang kita jalani masih muncul percikan-percikan kecil akibat dari keberagaman dan perbedaan, percikan kecil tersebut akan berhembus menjadi besar disaat tidak ada unsur/bagian yang melakukan gerakan perdamaian atau ikhtiar penyatuan dari berbagai perbedaan tersebut.

Negara ini membutuhkan konsep moderasi beragama untuk  menjaga keharmonisan dalam meneruskan perjuangan yang masih sangat panjang. Dibutuhkan mentalitas yang kuat untuk mampu berdiri kokoh bergandengan tangan menyongsong masa depan yang gemilang. Peran wanita sangat dibutuhkan sebagai penjembatani kelembutan dalam hubungan yang berbeda-beda tapi akan menghasilkan cita-cita yang sama untuk kemajuan Bangsa.

Menurut Lukman Hakim Saifuddin, dalam istilah moderasi beragama harus dipahami bahwa yang dimoderasi bukan agamanya, melainkan cara kita beragama. Hal ini karena agama sudah pasti moderat, hanya saja ketika agama membumi, lalu hakikatnya menjadi sesuatu yang dipahami oleh manusia yang terbatas dan relatif. Agama kemudian melahirkan aneka ragam pemahaman dan penafsiran. Oleh karena itu, moderasi beragama merupakan keniscayaan untuk menghindari penafsiran yang berlebihan dan paham keagamaan yang ekstrem, baik ekstrem kanan maupun kiri.

Moderasi beragama seperti istilah moderasi Islam. Agama Islam tak perlu dimoderasikan lagi, namun cara seseorang berislam, memahami Islam, dan mengamalkan Islam yang senantiasa harus dijaga pada koridornya yang moderat.

Ada dua poin penting dalam melihat Moderasi Islam. Pertama, senantiasa adil, yakni memposisikan diri ke tengah tidak condong ke salah satu sisi. Dalam konteks beragama, seseorang harus adil melihat berbagai sudut pandang berbeda asalkan masih dalam koridor moderat. Jika mengarah ke sudut pandang ekstrem, maka itu tak bisa ditoleransi.

Berbicara tentang moderasi beragama, maka Muhammadiyah sejak kelahirannya sudah menampilkan moderasi beragama. Jelas moderasi beragama adalah salah satu karakter utama, yang membuat Muhammadiyah tidak hanya mampu bertahan, tetapi terus melangkah maju di tengah berbagai perubahan zaman yang menghadirkan beragam tantangan. Memang ada segelintir warga Muhammadiyah yang cenderung ketat atau konservatif pada satu pihak atau sebaliknya cenderung longgar pada pihak lain, tetapi mayoritas Muhammadiyun tetap berada ‘di tengah’, memegang dan mengamalkan moderasi beragama, ungkapan ini disampaikan pada Seminar Munas Majelis Tarjih, PP Muhammadiyah, pada tanggal 13 Desember 2020

Peran Perempuan sangat dibutuhkan untuk mewujudkan moderasi Bergama ini, karena ketegasan dan kelembutan perempuan sangat dibutuhkan sebagai perekat. Terkadang unsur bermain dengan perasaan sangat dibutuhkan dalam menguatkan hubungan sesama manusia. Keterampilan intra dan inter personal yang dimiliki oleh kaum hawa akan membawa kesejukan tersendiri. Disinlah hadir Penokohan Perempuan Muhammadiyah yang muncul di berbagai komunitas pertemanan positif yang heterogen. Perempuan Muhammadiyah bukan hanya konsen dengan kegiatan aisyiah dan Kajian rutin pekanan, akan tetapi sudah melangkah ke jenjang yang lebih luas, yaitu salah satunya menyatukan diri dengan komunitas Perempuan Lintas agama dengan segala keberagaman dan perbedaannya. Perempuan Muhammadiyah di kabupaten Belitung telah mampu mengambil bagian penting menjadi unsur masyarakat yang mengkampanyekan moderasi beragama. Melakukan pergerakan dengan mengambil peran penting sebagai Perempuan Lintas agama yang akan selalu bergandengan tangan, bergotong royong mewujudkan Belitung yang aman, nyaman, dan damai serta tetap kuat dengan pemahaman Aqidah yang kokoh sesuai dengan agama yang dianut. Menyaksikan para Perempuan Muhammadiyah mampu berdampingan secara harmonis dengan semua kalangan yang beragam merupakan sebuah anugerah, karena Islam adalah Rahmatan Lil’aalamiin. (*)

*)Penulis adalah Mahasiswa Prodi Doktor Pendidikan Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Malang