Ramli, satu sekian dari ratusan nelayan yang biasanya mangkal di kawasan tambat labuh nelayan di Suak Kemang, Desa Petaling, Kecamatan Selat Nasik, Kabupaten Belitung merasakan dampaknya.
Ini lantaran sejak beberapa hari ini, tambat labuh nelayan di Suak Kemang rubuh, dengan kondisi yang memprihatinkan. Papan penyangga jerambanya berserakkan. Ada yang jatuh ke laut dan ada berserakkan tak tentu arah.
Kondisi rubuhnya tambat labuh ini sangat berdampak bagi nelayan. “Binggung dengan kondisi demikian,” kata Ramli kepada media.
Kini jembatan ini tak bisa lagi digunakan, Bila dipaksa, harus meniti dengan ekstra hati hati. Tak pandai pandai bisa jatuh ke laut.
Sebab itu, bila memaksakan untuk lewat tambat labuh, nelayan harus menggunakan sampan. Selanjutnya kira-kira 600 meter hingga menuju perahu nelayan.
“Karena kondisi tambat labuh rusak, terpaksa gunakan sampan alternatif melewati tambat labuh tersebut,” katanya.
Lain dengan Ramli, Lain juga dengan nelayan lainnya. Praktis tambat labuh tak layak pakai, nelayan hengkang ke tambat labuh ke pelabuhan nelayan selat nasik. Untuk yang satu ini, hampir setengah nelayan lewat pelabuhan nelayan. Hanya saja, bila lewat pelabuhan ini nelayan pun bertambah ongkos. Paling biaya bolak balik dari petaling ke pelabuhan selat nasik.
Memang saja, upaya untuk merehabilitasi tambat labuh suak kemang ini dilakoni. Bila ada tanda kerusakan. Para nelayan pun bahu membahu memperbaiki. Dana rehab pun urunan dari para nelayan. Hanya saja sempat ada dukungan dari LPM (lembaga pemberdayaan masyarakat setempat. Namanya hanya tambal sulam sementara. Bila rusak direhab.
Diusulkan untuk direhab. Sempat diusulkan. Bahkan dalam musrencam hingga musrenbang pun diusulkan. Namun tak kunjung direhab.
Ditinjau oleh pihak terkait. Dari desa hingga dinas kelautan provinsi sudah dilaksanakan. Namun belum ada penyelesaiannya.
Bahkan belakangan ini gubernur Babel pun sempat mengecek ke lapangan. Namun kini belum ada solusinya
Lantas kemana lagi harus mengadu?”Yang jelas jalan terakhir hanya kepada tuhan, solusi terakhir,” katà nya berharap kepada pimpinan daerah untuk segera membantu upaya mencari jalan keluarnya.
“Tidak ada yang tidak bisa, semuanya adalah niat. Bila ada niat yang kuat pasti direhab,” kelakarnya.*Tim