TP2GD Babel Tinjau Monumen Tanjung Kelayang, Perkuat Pengusulan HAS Hanandjoeddin sebagai Pahlawan Nasional

SIJUK –Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah atau disingkat TP2GD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) melakukan peninjauan langsung ke kawasan Monumen Tanjung Kelayang, Desa Keciput, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, pada Rabu 15 oktober 2025. Peninjauan ini menjadi langkah awal dalam upaya memperkuat pengusulan nama HAS Hanandjuddin sebagai pahlawan nasional.

Rombongan dipimpin oleh Wakil Ketua TP2GD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Brigjen TNI Arif Cahyono. Turut hadir anggota TP2GD Beltim Mayor Cke Ihsan yang juga Danramil 414-1/Tanjungpandan, Bambang Sutrisno, Ares Faujian dan Mirhamudin, penulis buku HAS Hanandjoeddin Haril Andersen, serta perwakilan TP2GD Kabupaten Belitung Bakri Hauriansyah.

Brigjen TNI Arif Cahyono mengatakan, peninjauan ini dilakukan untuk melihat langsung, lokasi bersejarah yang menjadi jejak perjuangan Hanandjoeddin pada era 1970-an.

“Saya terpanggil ke sini, dalam rangka menindaklanjuti proses yang sudah dimulai setahun yang lalu, ketika saya masih menjabat sebagai Kepala Dinas Sejarah Angkatan Darat, yaitu dalam rangka pengusulan gelar pahlawan nasional Bapak HAS Hanandjoeddin,” ujarnya.

Ia menegaskan, langkah ini merupakan kelanjutan dari upaya pengumpulan data dan dokumen sejarah.

“Bersama Pak Haril, kami mengumpulkan data yang diperlukan untuk mendukung proses pengusulan, gelar pahlawan nasional bagi Bapak Hanandjoeddin,” lanjutnya.

Di Monumen Tanjung Kelayang, telah terukir berbagai peristiwa penting yang mencatat peran besar Hanandjoeddin, dalam perjuangan pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Jejak Sejarah Ikrar Bersama Tanjung Kelayang

Penulis buku HAS Hanandjoeddin yang juga Anggota TP2GD Provinsi Babel, Haril Andersen, mengungkapkan bahwa monumen Tanjung Kelayang menjadi simbol penting perjuangan itu.

“Di lokasi Monumen ini dahulu terjadi Ikrar Bersama Tanjung Kelayang pada 29 September 1968. Peristiwa bersejarah dalam proses perjuangan pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Itu tidak lepas dari peran Pak Hanandjoeddin sebagai inisiator pertemuan pimpinan tiga daerah se-Bangka Belitung waktu itu,” jelas Haril.

Pertemuan bersejarah tersebut dihadiri oleh tiga kepala daerah: Pak Hanandjoeddin (Bupati Belitung),Bapak M. Arub, S.H (Bupati Bangka), dan Bapak Drs. Rustam Effendi (Wali Kota Pangkalpinang).

Selain para kepala daerah, hadir pula Ketua DPRD Gotong Royong (GR) se-wilayah Bangka Belitung. Pertemuan itu digelar di Pesanggrahan Tanjung Kelayang—atau Hotel Nyiur Melambai—yang didirikan oleh H.AS. Hananjoeddin pada 1967.

Pertemuan tersebut menghasilkan pembentukan Presidium Pembentukan Provinsi Bangka Belitung, dengan ketiga kepala daerah sebagai ketua presidium dan Pak Jahja Jakub sebagai ketua pelaksana. Gerakan ini semakin gencar dalam beberapa bulan berikutnya, hingga ke tahap pembahasan, rancangan undang-undang pembentukan Provinsi Bangka Belitung di Senayan pada 1970.

“Meskipun kala itu belum disetujui pemerintah pusat karena situasi politik nasional, perjuangan ini menjadi pondasi pemekaran wilayah di masa berikutnya,” tambah Haril.

Menurutnya, peran HAS Hanandjoeddin sangat besar sebagai tokoh pendobrak. Dokumen perjuangan tersebut, bahkan pernah dimuat dalam Majalah TEMPO edisi September 1971 dalam laporan utama berjudul “BB Bergolak”.

Kajian sejarah ini memperkuat alasan pengusulan Hanandjoeddin sebagai pahlawan nasional, mengingat peran besarnya dalam sejarah perjuangan, pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada era 1970-an.*