Dibanyak peristiwa banyak pula sejarah mengabadikannya. Perang maupun peristiwa lain yang mengharukan. Semua tercatat menjadi “sulam emas” bagi pelakunya. Sejarah banyak bercerita tentang tokoh yang ada dibaliknya.
Sebut saja Abdullah bin Hudzafah, salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, ketika menjadi tawanan perang di kerajaan Romawi dan beberapa tawanan muslim lainnya. Hingga suatu ketika Abdullah bin Hudzafah dihadapkan pada raja—dan sang raja pun berkata, wahai Abdullah, sekiranya engkau ingin melepaskan keinginanmu untuk masuk dalam agama Nasrani maka akan aku berikan semua yang kamu minta termasuk harta dan kekayaan yang aku miliki kata sang raja.
Namun, Abdullah bin Hudzafah pun menjawab dengan tenang, sekalipun engkau berikan seluruh kekayaan tanah Arab kepadaku, maka aku tetap memilih Islam menjadi agamaku. Sontak sang raja begitu berang dan marah.mendengar jawaban Abdullah bin Hudzafah.
Dan sang raja pun memerintahkan algojo untuk menghukum mati Abdullah bin Hudzafah—setiba dituang gantungan, sang raja pun berkata, wahai Abdullah,…hukum gantung ini akan aku batalkan bila engkau mengikuti permintaanku—tetapi jawaban Abdullah bin Hudzafah tetap konsisten dan tidak pernah berubah. Lalu sang raja justru memutuskan menurunkan Abdullah dari tiang gantungan.
Selang beberapa waktu, sang raja pun kembali memerintahkan beberapa algojo istana—agar memanaskan air mendidik diatas tungku dan kuali—lalu secara emosi melemparkan tawanan muslim lainnya kedalam kuali. Namun, apakah Abdullah bin Hudzafah harus takut dan menurunkan prinsipnya agar mengikuti titah sang raja?…justru Abdullah bin Hudzafah tidak sedikit pun gentar dengan perilaku sang raja.
Hingga malam pun datang, Abdullah bin Hudzafah—seketika menangis tersedu² terdengar dari pengawal istana, lalu Abdullah bin Hudzafah pun dihadapkan kepada raja. Sang raja pun bertanya kepada Abdullah bin Hudzafah—-wahai Abdullah, kenapa engkau menangis?, apakah kamu sudah berubah pikiran?,… Abdullah bin Hudzafah pun menjawab,…wahai sang raja—aku menangis karena aku membayangkan sekiranya nyawaku sama jumlahnya dengan helai rambutku—maka aku akan menikmati rasa sakit dan perihnya kematian itu.
Sang raja pun tertunduk—mendengar ucapan Abdullah bin Hudzafah, dalam hati kecilnya ia berkata, sungguh keimanan seseorang itu begitu kuat hingga ia terus berjuang dan mempertahankan. Malu rasanya kekuasaan ini ternyata begitu tak berarti apa² bahkan begitu lemah ketika dihadapkan pada iman dengan prinsip yang kuat—dan Abdullah bin Hudzafah telah memperlihatkan itu kepadaku ucap sang raja.
Hingga Abdullah bin Hudzafah dibebaskan dari sebagai tawanan raja Romawi karena keteguhan hatinya untuk memperjuangkan yang Haq (kebenaran) sekalipun berada ditengah musuh.
Maka hikmah dari sepenggal naratif ini adalah, bahwa kekuatan terbesar seseorang bukanlah pada kekuasaan, tetapi kekuatan terbesar ada pada iman yang kuat serta prinsip dasar yang menjadi keyakinan.
Dan sang raja (penguasa) pun tunduk atas titah keyakinan itu.
# Catatan_Malam
Dari sejarah kita mengenal.












