TANJUNGPANDAN – Suasana hangat, akrab, dan penuh semangat mewarnai diskusi santai bertajuk “Begalor” yang digelar Grup Wadah Perubahan Belitung. Bertempat di Jalan A. Yani Dalam, Tanjungpandan, ditemani aroma kopi hitam dan gurihnya singkong goring, diskusi ini jadi ajang berkumpulnya para pemerhati daerah untuk “ngalor-ngidul” seputar arah pembangunan Belitung ke depan.
Meski dalam balutan kelakar dan canda tawa, obrolan tersebut justru membedah isu-isu krusial terkait lima bulan lebih kepemimpinan kepala daerah dan wakil kepala daerah Belitung yang baru. Mulai dari investasi, lapangan kerja, perbaikan birokrasi, hingga gerbong kepariwisataan tak luput dari pembahasan.
“Kami mengkalkulasi pokok-pokok pikiran berdasarkan kondisi riil masyarakat, serta masukan dari berbagai elemen,” ujar Azwardi, tokoh Wadah Perubahan Belitung yang akrab disapa Bang Memet.
Menurutnya, Belitung membutuhkan perhatian serius dalam hal investasi. Bukan sekadar mendatangkan modal, tapi membangun sistem dari hulu hingga hilir, agar berdampak langsung pada penciptaan lapangan kerja dan perputaran ekonomi lokal.
Tak kalah penting, Bang Memet juga menyoroti wajah birokrasi Belitung yang dinilai harus segera dibenahi. “Pemerintahan harus sigap, pelayanan publik jangan dipersulit. Kita butuh birokrat yang lincah, cakap, dan pro-rakyat,” tegasnya.
Kelakar pun bergeser ke sektor strategis lain seperti perikanan, pertanian, perkebunan, hingga potensi kelautan. Semua disorot dalam semangat membangun Belitung dengan konsep perubahan yang inklusif dan partisipatif.
Diskusi ala “Begalor” ini pun menjadi bentuk nyata partisipasi masyarakat sipil dalam menjaga arah pembangunan. Bukan sebagai oposisi, melainkan mitra kritis yang peduli akan nasib daerahnya.
“Ini bukan soal kritik. Ini soal menjaga semangat perubahan tetap hidup, agar Belitung melangkah lebih baik, lebih berani, dan lebih berpihak pada rakyat,” tutup Bang Memet, sambil menyeruput kopi yang mulai dingin.*












