TANJUNGPANDAN:Anggota Kelompok 1 Badan Sosialisasi MPR RI mengadakan kunjungan silaturahmi yang hangat ke Rumah Adat Melayu Belitung pada Senin, 8 Juli 2024.
Rombongan diterima dengan penuh kehormatan dalam nuansa tradisi adat yang kental sejak langkah pertama mereka menginjak halaman rumah adat.
Saat tiba di pintu masuk, rombongan disambut dengan payung pengantin dan payung lilin, simbol tradisional kehangatan dan sambutan di tanah Belitung.
Tradisi selanjutnya menghadirkan penggunaan tipak, sebuah properti yang diisi dan diberikan kepada tamu kehormatan sebagai simbol keterbukaan dan kegembiraan dalam menyambut kedatangan.
Di dalam rumah adat, para anggota Kelompok 1 Badan Sosialisasi MPR RI diterima oleh Wakil Ketua LAM Shafwan AR, Sekretaris Ismail Mihad, dan Bendahara.Hadir pula Alpian dari Ketua Lembaga Melayu Kecamatan Tanjungpandan, Arpandi dari Ketua Lembaga Adat Melayu Desa Air Raya, dan Herry Gunawan dari Ketua Lembaga Adat Melayu Kelurahan Pangkal Lalang.
Sedangkan dari Anggota Kelompok 1 Badan Sosialisasi MPR RI diantaranya Senator Bangka Belitung Ir. H. Darmansyah Husein, H. Abidin Fikri S.H. dari Fraksi PDI-Perjuangan DPR RI, Dr. Hj Saniatul Lativa SE, M.M. dari Fraksi Partai Golkar DPR RI, serta Saadiah Uluputty, ST. MM dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPR RI.
Ketua Lembaga Adat Melayu Belitung Achmad Hamzah melalui Wakil Ketua LAM Belitung, Safwan Ar, dalam pertemuan tersebut menggarisbawahi pentingnya lembaga adat Melayu Belitung dalam mendukung kehidupan berbangsa dan bernegara, dari tingkat kabupaten hingga desa.
Dalam pertemuan itu, Ia menjelaskan bahwa payung lilin dan tradisi makan bedulang adalah bagian tak terpisahkan dari identitas lokal Belitung, dengan makna yang dalam dan luas.
Menurut Safwan, payung lilin merupakan Identitas lokal daerah yang sudah dituangkan dalam instruksi pj Bupati Belitung terkait sosialisasi mengenai keberadaan payung lilin.
Dia menambahkan bahwa Payung lilin sebagai payung symbolik yang menjadi piranti dalam perkawinan adat masyarakat Belitung. Ini katanya, menyiratkan pesan kuat atas tanggung jawab pemimpin untuk menjadi pelindung sekaligus penerang atau lentera bagi yang dipimpinnya.
Begitu juga makan bedulang, yang merupakan warisan budaya tak benda yang memiliki maknanya dari bagaimana tata cara maupun saat makan bedulang hingga berakhirnya makan bedulang.
Ditambahkannya, makan bedulang ialah mengandung nilai filosofinya sosial yaitu, sarana pengikat tali silaturahmi, menunjukan kesetaraan dan kebersamaan, kerukunan, tali persaudaraan, toleransi, rasa bersyukur, saling menghargai, saling membantu.
Senator Babel Ir. H. Darmansyah Husein menekankan bahwa kunjungan ini bukan hanya sekadar silaturahmi, tetapi juga upaya untuk menggali dan memperkuat nilai-nilai budaya Belitung yang dikaitkan dengan empat pilar MPR RI.
“Jadi, selain silatuhrahmi juga ingin menggali unsur budaya Belitung yang dikaitkan dengan empat pilar MPR RI dan bagaimana budaya makan bedulang itu terkandung dalam nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya misalnya kesetaraan, kebersamaan, toleransi dan saling hormat menghormati,” katanya.
Abidin Fikri S.H. dari Fraksi PDI-Perjuangan DPR RI menambahkan, “Tradisi makan bedulang bukan hanya mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila, tetapi juga mengandung pesan tentang kesetaraan dan religiusitas. Ini adalah warisan budaya yang harus dilestarikan sebagai perekat keutuhan bangsa, sebagaimana simbol kuah dalam hidangan yang melambangkan persatuan dalam keberagaman.”
Ia menambahkan bahwa nilai yang terkandung dalam trasisi adat makan bedulang mengandung unsur makna nilai luhur pancasila.
“Bagaimana dalam maknanya ada kesetaraan, religiusitas. Misalnya, saat mulai makan bedulang, piring makan lebih awal diserahkan kepada yang lebih tua, lalu diikuti kemudian yang muda. Dan ini maknanya yang muda menghormati yang tua. Itu salah satu nilai yang tumbuh dan berkembang dalam tradisi makan bedulang. Sampai tadi juga dijelaskan saat makan bedulang bahwa hidangan ada yang mengandung kuah, ini menunjukan bahwa negara Kepulauan ini disatukan dengan lautan. Dan kelautan bukan jadi pemisah tapi menjadi perekat dalam keutuhan RI. Saya menyebut nilai-nilai pancasila hidup di pulau Belitung. Dan banyak lagi hal-hal yang mengandung nilai luhur pancasila,” katanya.”
Kunjungan ini memberikan bukti nyata akan komitmen para pemimpin negara dalam menjaga dan memperkuat hubungan dengan budaya lokal, serta mempromosikan harmoni dan persatuan di Pulau Belitung, semoga semangat ini terus menginspirasi generasi mendatang dalam membangun bangsa yang lebih besar dan lebih baik.*