AYAH (TAK) MENUNGGUMU

Ibu yang kita rindukan, seringkali menjadi sayatan hati ketika kita mengingatnya. Di hampir semua kelopak mata masih terus ada tersisa airmata. Tak ada anak manusia yang tak rapuh___ketika sang ibu menjadi tugu ingatan. Di sana kesedihan dan kebahagiaan bercampur.

Tapi bagaimana dengan ayah?
Sebagian orang selalu mengenyampingkan sosok ayah dalam ruang rindu. Ayah selalu dalam sebut sebagai sosok yang kuat, kokoh, perkasa dan tanpa airmata. Tetapi tidak demikian adanya, sebab ayah menyimpan banyak butiran airmata yang jarang di keluarkan walaupun ia dalam keadaan lelah dan bersedih.
___________________
Suara sang ayah,..
Ayah tak butuh kehebatan kita, nama besar kita, segudang kejayaan kita, tetapi ayah butuh kita di saat sama di waktu kecil.

Ayah menggendongku di saat kita belum bisa berdiri. Saat kita terjatuh ayah mengangkatmu dan merengekmu di punggung ayah.

Seiring waktu, usia kita bergerak, tubuh kita bertumbuh, dan ayah tak bisa lagi menggendongmu, namun ayah gandeng tanganmu, dan ayah tak bisa lagi merangkulmu karena badanmu semakin semampai anakku ketua sang ayah___

Tapi suatu saat dirimu tau ayah lagi sakit, datanglah, kunjungilah___jumpailah ia, genggamlah tangan dan jemari ayah, tangan yang pernah menggendong dan mengusap kepalamu, dan menuntunmu anakku.

Jemari inilah yang pernah mengasuhmu memberimu nafkah yang engkau tidak tau bagaimana ayah berjuang memenuhinya.

Dan ketika aku terkujur kaku menjadi mayit, mandikanlah ayah, seperti ayah memandikanku di saat kecil. Lalu angkatlah ayah turun ke alam kubur, walau berbeda cara ayah mengangkatmu di saat kecil anakku.

______
Begitulah percakapan tubuh sang ayah dan anak. Dan berbahagialah bagi mereka yang masih memiliki ayah.

Kunjungilah ia…

# CatatanPinggir