Habis Debat, Terbitlah Perdebatan

Pilkada Belitung 2024 hendaknya menjadi momen refleksi bagi masyarakat untuk menilai kembali kriteria pemimpin yang ideal. Pilihan seharusnya didasarkan pada kapasitas, intelektualitas, dan integritas calon

Debat Pilbup Kabupaten Belitung 2024 menjadi panggung yang menarik untuk diikuti. Di arena ini, kemampuan berbicara, menjawab, hingga bertanya para calon bupati dan wakil bupati diuji. Tidak hanya kepada panelis, tetapi juga kepada sesama calon. Dalam era demokrasi langsung, debat telah menjadi uji publik yang penting, memberikan masyarakat kesempatan untuk mengenal lebih dekat calon pemimpin mereka. Namun, meski menjadi sarana penting, debat bukanlah satu-satunya tolok ukur untuk memilih pasangan calon.

Masyarakat perlu melihat rekam jejak politik dan latar belakang para calon. Sebelum terjebak dalam subjektivitas penilaian, penting bagi masyarakat untuk memahami esensi politik. Sebab, selama ini politik sering kali hanya menjadi milik para elite, sementara masyarakat hanya menikmati pilkada sebagai pesta sesaat. Padahal, pemahaman yang benar tentang politik dapat mencegah penyimpangan arah. Dengan begitu, pemimpin yang terpilih diharapkan mampu mengurus rakyat secara bijaksana.

Politik untuk Kesejahteraan

Hakikat politik adalah mengurus kepentingan rakyat secara menyeluruh demi tercapainya kesejahteraan. Maka, tata kelola politik tidak boleh asal-asalan atau sekadar memenuhi ambisi pribadi. Jika politik dipahami secara benar, jawaban para calon dalam debat akan lebih teknis, logis, dan solutif—bukan sekadar retorika atau gagasan kosong.

Namun, masyarakat sebagai penonton debat juga perlu lebih aktif dan kritis dalam mencermati beberapa aspek:
1. Sistem yang Dibawa Calon Pemimpin
Kepemimpinan tidak hanya soal sosok, tetapi juga sistem yang diusung. Pemimpin hanya akan bekerja dalam kerangka sistem yang diterapkan. Jika sistem tidak berubah, pergantian pemimpin hanya menghasilkan perbedaan dalam gaya dan pencitraan, bukan dalam substansi.

2. Program Pembangunan yang Jelas dan Realistis
Masyarakat harus mencermati visi dan program pembangunan yang disampaikan calon. Jangan terpukau oleh jawaban populis tanpa dasar atau yang tidak menguasai persoalan. Program yang tidak jelas hanya akan menjadi wacana kosong tanpa penerapan.

3. Filter Kritis Masyarakat
Masyarakat perlu menjaga kewarasannya dalam memilih. Jangan mudah terpesona tanpa alasan yang logis. Sikap kritis ini penting untuk menghindari pengaruh politik yang menyesatkan.

4. Debat sebagai Cerminan Pemerintahan
Debat publik seharusnya menjadi gambaran bagaimana calon akan memimpin ke depan. Jawaban yang diberikan perlu merefleksikan komitmen mereka untuk memenuhi janji saat menjabat nanti.

5. Refleksi Visi-Misi
Debat juga menjadi kesempatan bagi calon untuk merefleksikan visi dan misi mereka. Masyarakat perlu mengevaluasi apakah visi-misi tersebut benar-benar pro-rakyat atau sekadar jargon kosong.

Peran Masyarakat sebagai Pengontrol Kekuasaan

Sebagai subjek dalam politik, masyarakat memiliki tugas penting untuk terus mengawal jalannya pemerintahan. Politik yang berjalan dalam demokrasi langsung harus menjadi topik diskusi di berbagai ruang publik.

Perbincangan mengenai debat dan analisis calon tidak boleh hanya dilakukan oleh segelintir pihak, tetapi harus melibatkan masyarakat luas. Sikap kritis ini akan mendorong pemimpin lebih peduli pada urusan rakyat, sebab amanah kepemimpinan adalah tanggung jawab besar.

Pilkada Belitung 2024 hendaknya menjadi momen refleksi bagi masyarakat untuk menilai kembali kriteria pemimpin yang ideal. Pilihan seharusnya didasarkan pada kapasitas, intelektualitas, dan integritas calon. Dengan demikian, masyarakat tidak akan mudah terombang-ambing oleh permainan politik yang penuh intrik.

Kesadaran Politik sebagai Kunci

Kesadaran politik masyarakat perlu terus ditingkatkan melalui edukasi di ruang publik. Masyarakat tidak boleh apatis terhadap politik, karena politik yang benar seharusnya mampu memuaskan akal, menenangkan jiwa, dan sesuai dengan fitrah manusia. Sebagai bagian dari rahmatan lil’alamin, politik yang sehat akan membawa kedamaian dan kasih sayang bagi sesama manusia dan alam sekitar.*)penulis adalah Harfanizar yang merupakan  Mantan anggota KPU Belitung dan Panwascam