KaKan Kemenag Beltim Beri Khotbah Di Masjid Agung Darussalam

MANGGAR: Kepala Kantor (ka kan) Kemenang Beltim Drs H. Masdar Nawawi menjadi khotib di Masjid Agung Darussalam Manggar, dengan Imamnya Hanafi Sur’ ie pada pelaksanaan kegiatan sholat Idul Adha yang bertempat di Masjid Agung Darussalam.

Dalam khotbahnya, Masdar mengungkapkan bahwa lima syarat yang bisa ditangkap dari sejarah pelaksanaan ibadah haji, yang sekaligus menjadi kunci untuk memperbaiki dan selamatkan kehidupan Bangsa.

Pertama, berbaik sangka kepada allah swt. Sikap ini sangat penting karena dari sinilah kita akan menjalani kehidupan seperti yang ditentukan Allah SWT. Nabi ibrahim dan istrinya Siti Hajar telah menunjukkan sikap yang sangat positif terhadap Allah SWt. Nabi ibrahim diperintahkan untuk mengungsikan hajar dan anaknya Ismail ke Mekkah terasa berat untuk melakukan hal ini bukan semata harus berpisah dengan istri dan anaknya tapi juga karena Mekkah pada waktu itu masih sangat sepi tidak ada kehidupan dan tidak ada manusia tumbuh tumbuhan, binatang bahkan air sekalipun.

Namun Ibrahim dan Siti Hajar tetap berbaik sangka kepada Allah SWT. Mereka yakin bahwa tidak mungkin allah swt punya maksud buruk dalam memerintahkan sesuatu. Begitu pula, denfan perintah menyembelih anaknya, Ismail as. Harus kita sadari ketika allah swt, memerintahkan sesuatu berarti Allah ingin mewujudkan kemaslatan dan kebaikan. Sebaliknya, ketika allah melarang berarti allah ingin mencegah terjadi kerusakan dan mudharat bagi hambanya.

Kedua, Disiplin dalam syariat. Kita seorang muslim telah bersangka baik kepada Allah Swt, maka apa pun yang diperintah allah akan dilaksanakan. Inilah yang disebut disiplin dalam syariat. Ibadah haji dan kurban adalah pelaksanaan dari salah satu syariat yang diturunkan Allah SWT. Ini berarti seorang muslim harus menunjukan kedisiplinan untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan prinsip syariat atau hukum undang undang dari Allah SWt baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat maupun berbangsa dan bernegara.

Ketiga : Kejujuran. Ini adalah kunci penting dalam perbaikan bangsa. Seluruh peribadatan mendidik kita untuk menjadi orang jujur. Begitu banyak korupsi, kolusi, dan Nepotisme, karena kehilangan kejujuran. Begitu banyak persoalan yang tidak bisa diatasi karena kejujuran yang hilang padahal kejujuran adalah pangkal kebaikanndan kebaikan adalah kunci meraih kejujuran.

Keempat: Pengorbanan. Idul Adha adalah hari raya Kurban. Sebuah hari yang mengingatkan kitackepada nabiyullah Ibrahim as yangbsiap mengorbankan putra kesayangan Ismail As demi memenuhi tuntutan Allah Swt atas dirinya. Bagi Ibrahim perintah Allah diatas segala-galanya diatas kecintaan pada anak dan keluarga. Ibrahim As adalah suri tauladan abadi, ketundukkan pada nilai-nilai dan tata aturan ilahi selalu menjadi contoh yang hidup sepanjang masa. Orang yang mau berkorban berarti orang yang menyadari masa depan yang lebih penting daripada sekarang sekaligus sebagai cerminan kesolehan sosialnya.^trawangnews.com