Kemeriahan dan Penuh Sejarah! Pulau Seliu Rayakan Hari Jadi ke-129 dengan Semangat Budaya dan Kebersamaan

Dengan semangat kebersamaan dan fondasi sejarah yang kuat, Pulau Seliu siap melangkah menuju masa depan yang lebih cerah, menjadikan Hari Jadi ke-129 bukan hanya sebagai perayaan, tetapi juga titik tolak perubahan menuju kemajuan

PULAU SELIU, BELITUNG — Selasa, 29 Juli 2025 menjadi hari yang sangat istimewa bagi masyarakat Pulau Seliu, Kecamatan Membalong, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Pasalnya, hari ini merupakan peringatan Hari Jadi ke-129 Pulau Seliu, sebuah momen bersejarah yang dipenuhi dengan berbagai kegiatan budaya, tradisi lokal, dan refleksi sejarah.

Adapun acara ini dihadiri Wagub Babel Helyana, Bupati Belitung bapak Djoni Alamsyah, Staf khusus bapak Ir. H. Darmansyah Husein Noviarto, Forkominda Belitung, Pimpinan OPD (organisasi perangkat daerah), Camat Membalong, Lembaga Adat Melayu Belitung, Forum Kedukunan Adat Belitong,  Kepala Desa Pulau Seliu, Edyar, S.H., Jajaran BPD, Para tokoh agama, tokoh masyarakat termasuk Sekretaris Komunitas Diskusi 17 Belitong H. Hasimi Usman sekaligus Ketua Tim Perumus Hari Jadi Seliu.

Acara dimulai sejak pagi dengan selamatan dan syukuran, dilanjutkan dengan lomba bekarang kimak kimpang dan kerang — tradisi menangkap makanan laut secara tradisional — yang disambut antusias warga dari berbagai kalangan. Tidak kalah menarik, diadakan pula jalan santai keluarga, dan fashion show anak-anak nelayan yang menampilkan pakaian khas masyarakat pesisir, hingga dimeriahkan hiburan musik dari pulau Bangka.

IMG 20250729 WA0150

Adapun rangkaian acara kegiatan ini, Salah satu agenda paling sakral adalah ziarah ke makam K.A. Mahmoed, tokoh penting yang dikenal sebagai Mandor (Kampong/Lurah) pertama Pulau Seliu, yang diangkat secara resmi oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1896.

Pulau Seliu, Jalur Rempah yang Tercatat Sejak 1582

Kepala Desa Pulau Seliu, Edyar, S.H., menyampaikan bahwa Pulau Seliu memiliki akar sejarah yang sangat kuat, bahkan telah dikenal secara internasional sejak abad ke-16.

“Sejak tahun 1582, Pulau Seliu sudah tercantum dalam peta Sumatra terbitan Prancis dengan nama Hio of Leo. Ini membuktikan bahwa Seliu merupakan bagian dari jalur laut kepulauan yang penting dalam perdagangan rempah dunia,” jelas Edyar.

Ia menambahkan, Pulau Seliu pernah menjadi jalur strategis bagi kapal-kapal dari Eropa dan Tiongkok. Banyak kapal besar yang pernah berlabuh, dan beberapa bahkan karam di sekitar perairan Seliu. “Sayangnya, banyak benda bersejarah dari kapal-kapal karam tersebut yang telah diambil secara ilegal,” imbuhnya.

IMG 20250729 WA0147

Warisan dan Identitas Pulau yang Harus Dijaga

Dengan sejarah panjang dan potensi budaya yang luar biasa, Edyar mengajak masyarakat untuk terus menjaga dan merawat identitas Pulau Seliu, serta menjadikannya sebagai kekuatan untuk membangun masa depan yang lebih baik.

“Hari Jadi ke-129 ini bukan sekadar perayaan, tapi juga momen refleksi atas perjalanan panjang Pulau Seliu. Kita memiliki warisan sejarah yang tidak dimiliki banyak desa lain di Indonesia,” ujar Edyar.

Akar Sejarah yang Kuat

Penetapan Hari Jadi Pulau Seliu yang diperingati setiap 29 Juli tak lepas dari akar sejarah yang kuat. Kepala Desa Pulau Seliu, Edyar, S.H., menjelaskan bahwa penetapan tersebut merujuk pada pengangkatan K.A. Mahmoed sebagai Mandor (lurah) pertama Pulau Seliu oleh Pemerintah Hindia Belanda pada 29 Juli 1896 di Pangkal Pinang.

“Berdasarkan kesepakatan rakyat dan bukti sejarah, tanggal itu menjadi tonggak lahirnya Pulau Seliu secara administratif,” jelas Edyar dalam keterangan resminya.

IMG 20250729 WA0149

Jejak Sejarah dan Keturunan Pemimpin Lokal

Edyar mengungkapkan bahwa K.A. Mahmoed merupakan keturunan Ngabehi Belantu Datuk Ahmad dari Mempawah, Pontianak, yang pernah ditunjuk langsung oleh Raja Belitong IV Depati Cakra Diningrat, K.A. Bastam, sebagai pemimpin adat. Garis kepemimpinan tersebut terus berlanjut dari K.A. Mahmoed hingga generasi ke-11, termasuk Edyar sendiri.

“Dari K.A. Ali lahir tiga anak — K.A. Mahmoed, K.A. Sabarudin, dan K.A. Djalil. Karena K.A. Djalil tidak memiliki keturunan, maka K.A. Mahmoed diangkat sebagai Mandor. Estafet kepemimpinan terus berlanjut ke K.A. Yunus, K.A. Musa, hingga keturunan K.A. Sabarudin,” paparnya.

Selain itu, sejarah Pulau Seliu juga diperkaya dengan keberadaan terdapat kuburan Tionghoa yang tersebar di berbagai titik pulau, termasuk makam leluhur Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Ibu Hellyana, yang turut hadir memberikan dukungan kepada warga Seliu.

Dari Kejayaan Kopra Menuju Masa Depan yang Lebih Cerah

Selama empat tahun terakhir, masyarakat Seliu secara konsisten memperingati Hari Jadi ini. Menurut Edyar, semangat tersebut harus dijaga agar rakyat Pulau Seliu tak hanya mengenang masa lalu, tetapi juga membangun masa depan yang lebih sejahtera.

“Kita pernah berjaya lewat kopra, hingga mendapat kunjungan Menteri Koperasi Bustanil Arifin pada tahun 1983. Namun, kejayaan itu jangan membuat kita terlena,” tegas Edyar.

Kini, Pemerintah Desa telah menyusun tata ruang wilayah yang mencakup zona pemukiman, perikanan, pariwisata, pertanian, dan perkebunan. Bahkan, telah dibangun instalasi listrik khusus kawasan wisata senilai Rp10 miliar sebagai modal awal pengembangan ekonomi desa.

Untuk mendukung mobilitas dan pelayanan masyarakat, dua unit kendaraan pick-up bantuan investor juga telah diterima. “Kami terus mendorong masuknya investasi baru, baik dari Pemda Kabupaten Belitung maupun Pemprov Babel,” tambah Edyar.

IMG 20250729 WA0056

Dukungan Wakil Gubernur: Seliu Menuju Pusat Ekonomi Baru

Wakil Gubernur Babel, Hellyana, dalam sambutannya menyampaikan komitmennya dalam membantu desa-desa potensial seperti Pulau Seliu.

Ia bahkan mewacanakan mendatangkan Presiden RI, Jenderal Prabowo Subianto, jika panen raya tambak udang mendatang berjalan sukses.

“Saya dukung penuh usaha Kepala Desa dan masyarakat Pulau Seliu untuk menghadirkan investor besar. Mari kita buat Seliu semakin dikenal secara nasional,” tandas Hellyana.

Dengan semangat kebersamaan dan fondasi sejarah yang kuat, Pulau Seliu siap melangkah menuju masa depan yang lebih cerah, menjadikan Hari Jadi ke-129 bukan hanya sebagai perayaan, tetapi juga titik tolak perubahan menuju kemajuan.*