Komunitas Diskusi 17 Belitong Gelar Diskusi Mengenang Moektamar Rakyat Indonesia Pulau Belitong  di Desa Simpang Tiga

SIMPANG TIGA: Komunitas Diskusi 17 Belitong secara resmi menyelenggarakan diskusi mengenang Moektamar Rakjat Indonesia, Pulau Belitong yang bertempat di Desa Simpang Tiga, Kecamatan Simpang Renggiang, Kabupaten Belitung Timur, pada Minggu, 13 Juli 2025.

Acara monumental ini dihadiri putra asli Belitong yang juga tokoh nasional, HM Muas – anggota DPR RI era Presiden Soeharto dan Habibie, Anggota DPD RI Ir. H Darmansyah Husein yang diwakili Stafnya Noviarto dan Jasri, Wakil Gubernur Bangka Belitung Hellyana, para anggota DPRD Provinsi Babel seperti H Muhtar Motong, Sarifah Amelia, Taufik Rizani, Edi Nasapta, dan Masinun, Ketua DPRD Belitung Vina Crystin Ferani, Bupati Belitung Djoni Alamsyah, Wakil Bupati Beltim Khairil Anwar, dan Sekda Belitung Marzuki, Forkopimda dari Belitung dan Beltim.

Kepala Desa Simpang Tiga, Wasni, sebagai tuan rumah menyambut hangat kehadiran para tamu dan peserta. “Ini adalah momentum kebangkitan semangat persatuan Belitong,” ungkapnya.

Acara yang dikemas dalam bentuk diskusi ini menampilkan empat narasumber utama. Pada sesi pertama, tampil Budayawan Belitung Salim YAH dan Sekretaris Pengarah Moektamar Rakyat Indonesia ke 78 pulau Belitong Abdul Hadi Adjin, diikuti oleh Mantan Wagub Babel Pertama, Suryadi Saman dan anggota tim pengarah Nazalius pada sesi kedua, dengan Sekretaris Komunitas Diskusi 17 Belitong Haji Hasyimi sebagai moderator.

Abdul Hadi Adjin membuka diskusi dengan menyampaikan pesan moral dari para pejuang terdahulu. Sementara Salim YAH mengulas latar belakang historis pelaksanaan Moektamar, yang sarat makna perjuangan dan persatuan.

Suryadi Saman dalam sesinya menyampaikan, “Sejarah bukan untuk dikenang semata, tetapi untuk dimaknai. Visi kita adalah satoe pulau, satoe Belitong. Tidak ada sekat, tidak ada batas. Kita semua satu tujuan.”

Senada, Nazalius menekankan pentingnya menjadikan Moektamar ini sebagai refleksi kebersamaan dan penguat identitas. “Kegiatan ini harus menjadi perekat eksistensi Belitong dan pembentuk kekompakan lintas generasi,” katanya.

Tokoh nasional asal Belitong, HM Muas, dalam sambutannya menyampaikan bahwa dalam rangka muktamar kedua napak tilas 78 tahun, perjuangan masyarakat paal satu Belitung, sampai selat nasik, dan akhirnya kini tentunya menjadi hal pokok untuk bisa ditelaah atau ditinjau kembali oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel). Diantaranya Hak-hak keadilan rakyat bagi rakyat belitong khususnya dan bangka umumnya, serta masalah tambang, agar ditegakkan rasa keadilan bagi masyarakat, selanjutnya, para pejuang yang akan dimunculkan sebagai pahlawan harus betul betul dijadikan barometer perjuangan bangsa indonesia di Bangka Belitung,” “tegas HM Muas yang pernah menjabat sebagai anggota DPR RI di era Soeharto.dan Habibie

Dalam kesempatan ini, Wakil Gubernur Babel, Hellyana menyambut hangat semangat dari Moektamar ini. Ia mengapresiasi lahirnya sejumlah kesepakatan konkret, termasuk salah satunya dukungan untuk pendirian Fakultas Universitas Bangka Belitung (UBB) di Belitung dan kesepakatan lainnya. “Dan hari ini kehadiran tokoh nasional seperti Bang Muas dan rekan-rekan legislatif DPRD Babel dari dapil Belitung dan Beltim menunjukkan komitmen bersama. Semoga kekompakan ini terus terjaga,” ujarnya.

Anggota DPRD Provinsi Babel, Haji Muhtar Mutong menilai Moektamar ini sebagai momen kebangkitan jati diri Belitong. “Sejak 1947, baru sekarang setelah 78 tahun semangat ini dimunculkan kembali. Ini adalah embrio penting untuk masa depan. Meski Belitung terbagi dalam dua kabupaten, namun semangat kita tetap satu: Belitong bersatu,” tegasnya.

Ia juga menyoroti potensi besar Belitong dalam sektor sumber daya alam dan budaya yang belum tergarap optimal. “Kita butuh harmonisasi antara masyarakat dan pemerintah provinsi agar kekayaan alam ini memberi manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat,” tambahnya.

Sebagai penutup, Ketua Komunitas Diskusi 17 Belitong, Rizali Abusama, menyampaikan bahwa Moektamar Rakyat Indonesia jilid kedua ini mengusung tema Menyatu, Satu Pulau, Satu Belitong dan berjalan sukses. Ia menyampaikan bahwa penyelenggaraan Moektamar ketiga tahun depan akan dilanjutkan oleh pihak Belitung Timur (Beltim).

Sejumlah rekomedasi dari kegiatan ini agar setiap 13 Juli diperingati hari Integrasi Rakyat Belitong Pro NKRI, sebagai bukti sejarah agar dibangun monumen integrasi, perlu didirikan Yayasan Satu Pulau satu Belitung, peringatan 13 juli diperingati secara bergiliran baik pemda Belitung maupun pemda Beltim dan provinsi Babel, perlu dibangun smelter di pulau Belitong, pengelolaan dana CSR transparan dan bermanfaat bagi masyarakat, agar tiket pesawat bisa terjangkau, pariwisata perlu single branding Satu pulau satu Belitong, salah satu fakultas di Universitas Bangka Belitung ada di pulau Belitong, Kesetaraan di anggaran, jangan sampai usulan anggaran ke pusat baik belitung dan Beltim namun setelah dana keluar, pulau Belitong diabaikan, usulan HAS Hanandjoedin sebagai pahlawan nasional diberikan bantuan layak, pejabat tidak buat kegaduhan terutama rivalitas kepala daerah dan wakil kepala daerah karena masalah pribadi jangan dibawa kerana publik, sehingga tidak menjadi fitnah, mari membangun negeri dengan prinsip kesetaraan sebagai ruh provinsi Babel dan pulau Belitong tetap dengan visi satu pulau satu Belitong.*