TANJUNGPANDAN: Sebuah acara penting, di Hotel BW Suite Tanjungpandan, berupa konsultasi publik terkait penyusunan rancangan blok pengelolaan Taman Hutan Raya (Tahura) Gunung Lalang.
Acara yang diselenggarakan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Belitung pada Rabu, 11 September 2024 ini menjadi salah satu momen krusial dalam usaha pelestarian alam Belitung.
Acara kegiatan ini Dibuka secara resmi oleh Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Belitung, H. Bakri Hauriansyah, yang mewakili Plh Sekda Belitung, Nurman Sunanda.
Acara ini dihadiri oleh sekitar puluhan orang peserta. Mereka terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, mulai dari dinas terkait, perwakilan pemerintah pusat dan provinsi, organisasi perangkat daerah (OPD), Lembaga Adat Melayu Belitung, pemerintah desa, hingga tokoh masyarakat dan undangan lainnya.
Kehadiran para pemangku kepentingan ini menunjukkan bahwa penyusunan blok pengelolaan Tahura bukanlah upaya satu pihak saja. Ini adalah bentuk sinergi antara pemerintah, masyarakat adat, dan para pelaku lingkungan lainnya untuk menciptakan pengelolaan yang berkelanjutan.
Dalam sambutannya, Yasa, Kepala DLH Belitung, menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam proses ini. “Kami ingin memperoleh masukan dari instansi terkait dan masyarakat yang berada di sekitar kawasan,” ujar Yasa. Menurutnya, konsultasi publik ini merupakan langkah awal yang vital dalam menyusun blok pengelolaan Tahura yang sesuai dengan kondisi nyata di lapangan
.
Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Bupati Belitung Nomor 78 Tahun 2022, DLH bertanggung jawab penuh dalam pengelolaan Tahura, termasuk Gunung Lalang. “Penataan blok pengelolaan ini merupakan langkah awal dari tujuan jangka panjang dalam pengelolaan kawasan,” jelas Yasa.
Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci sukses pengelolaan Tahura. “Kami ingin menggali semua potensi terkait lingkungan untuk memulihkan fungsi lindung kawasan Tahura,” tambah Yasa. Dalam hal ini, pelibatan masyarakat dan komponen lainnya sangat penting untuk merumuskan strategi pengelolaan yang berpihak pada kelestarian alam.
Di sisi lain, Lembaga Adat Melayu Belitung, yang dipimpin oleh Achmad Hamzah, menyoroti pentingnya keterlibatan budaya lokal dalam pengelolaan Tahura.
“Kami sangat mengapresiasi upaya ini, dan berharap penyusunan blok pengelolaan ini mendapatkan perhatian dari semua pihak,” ungkap Achmad.
Achmad menyebut Tahura Gunung Lalang merupakan kawasan hutan yang kaya dengan keanekaragaman hayati, tidak hanya menjadi paru-paru pulau tetapi juga bagian dari warisan budaya dan kehidupan masyarakat Belitung. Oleh karena itu, pengelolaan yang bijak sangat diperlukan agar kelestariannya tetap terjaga untuk generasi mendatang.*