Jakarta, (19/7/23) – Kecerdasan Buatan (AI) telah menjadi topik yang semakin mendapatkan perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Tokoh terkenal dan pendiri Microsoft, Bill Gates, adalah salah satu dari mereka yang telah lama mendukung perkembangan teknologi ini. Baru-baru ini, Gates membagikan pemikirannya tentang beberapa kelemahan dan potensi AI dalam sebuah postingan blog yang panjang sebanyak 3.000 kata.
Dalam tulisannya, Gates mencermati dampak mengganggu yang mungkin timbul akibat perkembangan AI pada pekerjaan dan ruang kelas. Namun, di tengah hype dan histeria yang kadang terjadi terkait teknologi ini, Gates mengambil pendekatan realistis dan praktis. Ia meyakini bahwa AI adalah masa depan teknologi, namun bukan tanpa risiko. Meskipun demikian, Gates tetap optimis bahwa risiko tersebut dapat dikelola dengan baik.
Mengutip pengalamannya dengan inovasi sebelumnya seperti mobil, komputer, dan kalkulator, Gates menegaskan bahwa seperti halnya teknologi lainnya, AI juga akan mengalami tantangan pada awalnya. Namun, pada akhirnya, teknologi ini akan membawa manfaat yang besar dan membuat hidup lebih mudah.
Gates juga mengaitkan pemikirannya dengan pengenalan kalkulator dan komputer di masa lalu. Ia menyebutkan bagaimana pada awalnya para guru khawatir bahwa alat-alat tersebut akan menghalangi siswa dalam belajar. Namun, seiring berjalannya waktu, guru-guru tersebut menyadari bahwa teknologi ini bisa menjadi alat bantu yang berharga dalam proses pembelajaran. Menurut Gates, hal serupa juga berlaku untuk AI. Para guru harus merangkul teknologi ini sebagai alat pendukung pembelajaran, sehingga siswa dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan kemampuan menulis esai, misalnya dengan menggunakan bot ChatGPT.
Terkait kekhawatiran banyak pekerja tentang AI mengancam pekerjaan mereka, Gates menegaskan bahwa transisi ke era AI memang akan memerlukan dukungan dan pelatihan ulang bagi beberapa pekerja. Namun, hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas karyawan bersedia menerima pemotongan gaji jika itu berarti mereka bisa bekerja lebih sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa ketakutan akan hilangnya pekerjaan sepenuhnya mungkin tidak sepenuhnya beralasan.
Studi dari Goldman Sachs juga mengungkapkan bahwa teknologi AI generatif dan program penghasil teks seperti ChatGPT dapat berdampak pada sekitar 300 juta pekerjaan. Meskipun demikian, Gates menyatakan bahwa dampaknya tidak akan sebesar Revolusi Industri, melainkan lebih mirip dengan pengenalan komputer pribadi (PC). Sebagian pekerjaan mungkin akan berubah atau menjadi otomatis, tetapi tidak seluruhnya akan hilang.
Gates menekankan bahwa baik pemerintah maupun bisnis memiliki peran penting dalam mengelola transisi menuju era AI. Dukungan, pelatihan, dan adaptasi adalah kunci untuk memastikan pekerja tidak tertinggal dalam perubahan ini.
Profesi kerah putih seperti industri hukum, administrasi, dan keuangan diperkirakan akan paling terpengaruh oleh perkembangan AI, sementara pekerjaan kerah biru seperti konstruksi, manufaktur, dan perdagangan kemungkinan akan melihat dampak yang lebih terbatas.
Dalam kesimpulannya, Gates mengajak semua pihak untuk memiliki pandangan realistis terhadap perkembangan AI. Dengan dukungan, pemahaman, dan adaptasi yang tepat, AI memiliki potensi besar untuk membawa kemajuan yang signifikan di berbagai aspek kehidupan manusia.