TANJUNGPANDAN – Kabupaten Belitung, kaya akan potensi sumber daya alamnya, kini tengah menggali peluang untuk meningkatkan investasi dalam bentuk pengembangan hilirisasi seiring dengan upaya pengembangkan sektor pariwisata guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.
Kepala Dinas Perindustrian, Penanaman Modal, dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPPMPTSP) Kabupaten Belitung, Ronny Setiawan, S.T, MSi, menyampaikan hal tersebut dalam sebuah perbincangan dengan media di Tanjungpandan.
“Kami berupaya mengubah paradigma investasi daerah dari pengolahan barang mentah menjadi hilirisasi, untuk menciptakan dampak multi efek yang lebih besar,” ujar Ronny.
Belitung, dengan kekayaan sumber daya alam seperti perikanan, tambang, sawit, karet, dan mineral, memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
Namun, Ronny menyoroti bahwa model investasi yang masih terpaku pada barang mentah belum memberikan dampak signifikan bagi ekonomi daerah.
Kabupaten Belitung menjadi sorotan banyak investor yang tertarik pada potensi investasi di daerah ini. Salah satu sektor yang menarik perhatian adalah tambak udang, dimana terdapat potensi besar yang belum sepenuhnya dimanfaatkan.

Menurut data, dari 50 usaha tambak udang yang ada, sekitar 6000 ton langsung dikirim ke luar daerah. Hal ini memicu pertanyaan tentang bagaimana memperoleh nilai tambah dari produk tersebut.
“Dalam beberapa tahun ke depan, tentunya perencanaan untuk meningkatkan nilai tambah dengan konsep cold storage’,” ungkapnya.
Konsep ‘cold storage akan mengubah produk tambak udang menjadi barang jadi, dengan mengupas kulitnya dan meningkatkan manfaat ekonomi lokal dengan menyerap tenaga kerja.
“Dalam hal peningkatan nilai tambah lainnya. Dari peningkatan produksi tambak udang hingga 25000 ton, kita dapat memproduksi pakan sendiri. Bahkan, bila produksi pakan perbulan sebanyak 1000 ton sudah cukup untuk mendirikan pabrik pakan di Belitung,” tambahnya.
Selain itu, hilirisasi sektor pertambakan juga dilakukan dengan pembangunan hatchery (pusat pembenihan) benur udang, dimana pada tahun 2023 , benur udang yang masuk ke Belitung sebanyak 1 juta dan diperkirakan tahun tahun berikutnya akan saking meningkat hingga 4-5 kali lipat seiring peningkatan produksi udang vaname.
Selanjutnya, Potensi sumber daya sektor perikanan semakin menjadi fokus, namun masih banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal. Pada sektor ini juga diarahkan perhatian pada pengolahan ikan, sejalan dengan arahan pemerintah yang mendukung hilirisasi produk.
Dengan produksi ikan dengan perkiraan mencapai 55 ribu ton, ternyata hanya 15 ribu ton yang dikonsumsi secara lokal. Sementara itu, 45 ribu ton sisanya diekspor dalam bentuk mentah, tanpa melalui proses pengolahan yang dapat menambah nilai tambah.
“Kondisi ini menguntungkan eksportir namun tidak memberikan nilai tambah bagi daerah. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan pengolahan ikan secara lokal.
Salah satu langkah yang diambil adalah melalui pengalengan ikan, seperti pendirian pabrik sarden atau fasilitas pengolahan ikan lainnya. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk lokal dan menciptakan lapangan kerja baru.
“Dengan pengolahan ikan secara lokal, kita dapat menciptakan nilai tambah yang lebih besar bagi daerah serta mengurangi ketergantungan pada produk impor,” tambahnya.
Dengan potensi besar dalam sektor perikanan, Kabupaten Belitung berupaya untuk memanfaatkannya secara optimal demi mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat setempat.
Hilirisasi Sumber Daya Mineral
Selain itu, Kabupaten Belitung dicanangkan pembangunan industri hilirisasi sumber daya mineral, sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo yang mendorong pengolahan tambang menjadi produk setengah jadi.
Adapun Industri hilirisasi kaolin yang ditingkatkan untuk menghasilkan, diantaranya. Tepung kaolin dengan kualitas filler dan coating yang dapat dipergunakan diberbagai industri hilir seperti industri cat, kertas,kosmetik hingga barang-barang refractory. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan kualitas produk mineral yang dihasilkan.
Selain itu, lahan eks (bekas) tambang dan kaolin juga menjadi fokus dalam upaya transformasi menjadi nilai ekonomis yang lebih tinggi. Potensi besar dalam memanfaatkan lahan eks tambang untuk pengembangan berbagai sektor, misalnya dilahan eks tambang ini ditanam jenis varietas untuk dimanfaatkan pada berbagai kegiatan, seperti halnya untuk perternakan dan perikanan.
“Dengan pendekatan hilirisasinya akan terciptakan nilai tambah yang lebih besar bagi ekonomi daerah,” ujarnya.
Tentang sektor pariwisata, Ronny mengakui potensinya sebagai andalan daerah. Namun, ia menekankan pentingnya keseimbangan dengan pengembangan industri untuk menyerap tenaga kerja.
“Investasi dalam industri akan berdampak positif terhadap sektor pariwisata,” paparnya.

Untuk mendorong investasi, DPPMPTSP Belitung telah mengimplementasikan insentif dan kemudahan berusaha untuk berinvestasi.,
Ia menyebut memang ada perda yang mengatur yakni ada beberapa kemudahan dalam menanamkan usahanya seperti Kawasan Ekonomi Khusus pariwisata dikawasan Tanjung kelayang yang sudah berjalan dan kita kini berupaya untuk mengembangkan kawasan industri suge dalam upaya untuk mengangkat perekomian daerah.
Sementara itu, Target investasi yang dicanangkan sebesar 4,9 triliun telah ditetapkan pada tahun 2024, dengan harapan dapat mengangkat perekonomian daerah.
Menurutnya, Dinas DPPMPTSP Belitung akan mengupayakannya hal ini nantinya tercapai target, paling tidak bulan september ini baru tampak kelihatan porsi target dari hasilnya yang dicapai. “Dibandingkan tahun 2023, target investasi 3, 5 trilun dan alhamdulilah target tersebut terealisasi dan terlewati karena ada replating sawit.
“Dengan komitmen dan kerja keras, kami optimis dapat mencapai target investasi ini tahun 2024,” tegas Ronny.
Sebab itu, dengan langkah-langkah strategis ini, Belitung menatap masa depan sebagai magnet ekonomi baru yang berbasis pada pemanfaatan sumber daya alam dan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.*