Home / Bangka Belitung / SANG PENAKLUK
1587773751749
Oleh : saifuddin al mughniy OGIE institute Research and Political Development Centrum Arete Institute, Anggota Forum Dosen Indonesia.

SANG PENAKLUK

Bagikan :

Diksi tersebut diatas sedikit ekstrim, tetapi maknanya tidaklah sama yang ada dalam pikiran kita, sebab ketika membangun diskursus penakluk kadang terlintas dibenak kita dan sebagian orang tentang makna diktator—sebagaimana dalam buku La Prince oleh Nicolo Machiavelli. Yang melihat pada sisi politisnya.

Karena itu, dalam sejarah selalu dikisahkan alur dan latar dimana peristiwa itu terjadi, dan siapa saja yang terlibat. Sehingga kalau kita merujuk pada kata sang penakluk—tentu banyak kisah dan sekian banyak perspektif. Tetapi tulisan ini akan menyuguhkan sejarah singkat “kejatuhan konstantinopel” yang ditaklukkan oleh seorang pemimpin muda yang berusia 21 tahun yakni Muhammad Sultan Al Fatih.

Kejatuhan Romawi Timur tidaklah mudah, sebab pasukan Romawi dikenal sebagai pasukan yang tangguh, beberapa negara di invasi dan ditaklukkan. Tetapi bukan kesultanan Ustmaniah. Diusia yang sangat mudah bukanlah hal yang kecil untuk melakukan peperangan dengan kekuatan pasukan 500 ribu orang yang mengepung kota Istanbul Turkey.

Walau dalam peristiwa 1453 sempat membuat sang sultan gundah dengan berbagai kekalahan yang ada. Hingga Muhammad al-Fatih hampir berputus asa, padahal ia adalah sosok yang cerdas, ahli matematika, sejarah dan kemiliteran. Kegundah-gulananya Muhammad al-Fatih, sang gurunya pun berpesan, kalau kau ingin mengalahkan musuhmu dengan jumlah pasukan, tentu kamu tidak bisa, lalu Muhammad al-Fatih berkata, lalu apa yang harus saya lakukan guru?,…sang guru pun sambil berdiri dan memegang tasbihnya lalu ia menjawab,…pimpinlah sholat tahajjud bersama pasukanmu, dan mintalah pada Allah agar dimudahkan menuju kemenangan.

Muhammad al-Fatih pun pada akhirnya memimpin sholat tahajjud dengan khusyu’ berlinang airmata meminta kepada Allah agar diberikan kemudahan untuk menaklukkan kota Istambul atau Konstantinopel. Dalam sejarah Islam, Rasulullah sudah memberi isyarat tentang kejatuhan Konstatinopel jauh sebelumnya Muhammad al-Fatih diangkat menjadi Sultan.

Penaklukan Konstantinopel adalah bukti sejarah tentang kekuatan Islam. Setidaknya kita perlu mengambil pelajaran didalamnya, bahwa kekuatan bukan hanya pada kuantitas, tetapi kualitas sangat mungkin dibutuhkan melalui energi ibadah—yang kemudian disebut sebagai nilai transendental. Sebab invasi atau perang dalam perbandingan 500 ribu melawan 5 juta tentu jawabannya absurd.

Tetapi absurditas itu dapat diretas dengan jalan kekuatan ilahiyah, dan Muhammad al-Fatih sudah melakukan itu—terbukti selama 50 hari kepungan kota Konstantinopel berhasil direbut dan ditaklukkan.

Jadi kuantitas bukanlah ukuran untuk menilai sesuatu itu kuat atau tidak, tetapi kualitas adalah kunci terbesar dalam mewujudkan kemenangan.

Dan Muhammad al-Fatih telah menorehkan itu, yakni—-SANG PENAKLUK.

# Catatan Malam
Dari sejarah kita mengenal