Senator Darmansyah Husein Reses di Kawasan Wisata Pulau Kolong Desa Air Selumar, Ajak Warga Hadapi Perubahan Iklim dengan Aksi Nyata

SIJUK: Isu perubahan iklim menjadi sorotan utama dalam reses Senator DPD RI asal Bangka Belitung, Ir. H. Darmansyah Husein, yang berlangsung di kawasan wisata Pulau Kulong, Desa Selumar, Kecamatan Sijuk, pada Kamis 29 mei 2025. Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat yang antusias berdiskusi tentang tantangan iklim dan masa depan lingkungan di Belitung.

Kepala Desa Air Selumar, Mahdani menyambut baik kehadiran senator dalam kegiatan reses ke desa Air Selumar dan mengungkapkan harapannya agar aspirasi yang muncul dalam pertemuan ini dapat diterjemahkan ke dalam kebijakan yang berpihak pada masyarakat dan lingkungan.

Dalam sesi pembuka, Darmansyah Husein tidak langsung memberikan materi, melainkan lebih dulu mengajak peserta memahami arti perubahan iklim, dengan memunculkan pertanyaan.

Dalam kesempatan tersebut, Ibu Yeti, salah satu warga yang hadir, menjawab pertanyaan Senator yang menilai perubahan iklim terlihat dari makin seringnya cuaca ekstrem. Sementara peserta lain, Husno Wirata, menambahkan bahwa dampaknya dirasakan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari, seperti ketergantungan pada kipas angin dan AC akibat suhu yang semakin panas.

Senator Darmansyah menjelaskan bahwa reses ini menjadi momen penting untuk menyerap aspirasi terkait perubahan iklim. Ia juga menyampaikan rencana untuk mendorong regulasi berupa rancangan undang-undang pengelolaan tren iklim yang terintegrasi dengan pendekatan ekonomi ekologis.

“Kita semua harus ikut berkontribusi. Mulailah dari hal kecil, seperti menanam pohon, menjaga ekosistem, dan menghijaukan lahan kritis,” ujarnya penuh semangat.

Sorotan Warga: HTI, Tambang, dan Kawasan Konservasi

Dialog pun menghangat saat warga menyampaikan kegelisahan mereka terhadap sejumlah persoalan lingkungan. Sahanan, tokoh masyarakat setempat yang merupakan BPD setempat menyoroti ada konsesi Hutan Tanaman Industri seluas 20 ribu hektar tidak cocok diterapkan di Belitung karena keterbatasan lahan dan status pulau kecil. Solusinya, lahan tersebut sebaiknya dialihkan menjadi hutan kemasyarakatan yang lebih bermanfaat langsung bagi warga.
Sumardi, mantan kepala desa, turut menyoroti pengelolaan Bukit Peramun, destinasi wisata yang dikelola kelompok masyarakat lokal. Ia meminta perhatian terhadap kondisi sosial ekonomi 15 warga pengelola yang menjaga kawasan seluas 40 hektar tersebut.

Sementara itu, Marsidi, warga lainnya, menyoroti banyaknya lahan bekas tambang yang terbengkalai dan penuh lubang. Ia mendesak agar dibuat peraturan daerah yang melindungi bekas tambang agar tidak dikuasai oleh pihak-pihak tertentu.
“Lahan bekas tambang jangan jadi ajang rebutan. Perlu aturan tegas agar tidak disalahgunakan,” tegasnya.

Menanggapi hal ini, Darmansyah menyatakan berbagai hal yang merupakan kewenangan pusat, provinsi dan daerah akan dikoordinasikan sesuai dengan kewenangannya terkait aspirasi berbagai masukkan dan saran dalam acara reses ini.

Adapun Kegiatan reses ini menjadi bukti bahwa isu lingkungan hidup, terutama perubahan iklim, bukan lagi sekadar wacana. Masyarakat Sijuk telah menunjukkan kepeduliannya, dan Senator Darmansyah berkomitmen untuk membawa suara mereka hingga ke tingkat nasional.

Dengan semangat kolaborasi antara wakil rakyat dan masyarakat, harapan akan keberlanjutan lingkungan di Belitung bukanlah mimpi — melainkan langkah nyata yang sedang dimulai dari akar rumput.*