SUARA INDAH DI MENARA

(Aku) pernah menyaksikan satu film yang berjudul “Bulan terbelah dilangit Amerika”, dialognya begitu religius, kadang sedikit romantik. Menariknya ada adegan di kota Paris—Menara Eiffel sang bintang mengumandangkan adzan dengan qiroah Syekh Mishari imam mesjidil Haram dikota Makkah Al Mukarram. Indah mengalun—seperti menikmati sakratul maut tanpa sakit sedikitpun.

Bilal bi Rabah, pasca wafatnya Rasulullah kesedihannya begitu mendalam, lalu ia pamit ke Abu Bakar As Siddiq untuk meninggalkan kota Mekkah dan memutuskan untuk tidak memutuskan untuk adzan. Lalu berangkatlah Bilal bin Rabah menuju negeri Syam untuk beberapa lama yang tidak ditentukan kapan ia kembali ketanah Mekkah. Pasca kepergian Bilal bin Rabah—kota Mekkah begitu sunyi dan sepi dari panggilan adzan dari sahabat nabi yang suaranya merdu sampai terdengar dalam syurga.

Suatu ketika, Bilal bin Rabah bermimpi ketemu Rasulullah SAW, dalam mimpinya Rasulullah berkata, wahai Bilal—kenapa engkau terlalu lama belum menemuimu. Ucapan Rasulullah itu membuat jiwa dan hati Bilal bin Rabah seakan tergoncang dengan derai airmata yang sulit ia bendung. Begitu ia rindu dengan Rasulullah yang selalu memandangnya saat ia mengumandangkan adzan. Peristiwa itu membuat Bilal bin Rabah tak kuasa menahan kesedihannya.

—-Dan Bilal bin Rabah pun memutuskan untuk menziarahi makam Rasulullah untuk melepaskan kerinduannya. Setiba di makam Rasulullah—Bilal bin Rabah pun menumpahkan semua kesedihannya. Sesaat kemudian Abu Bakar As Siddiq menepuk pundaknya dari belakang dengan mata sembab—lalu Bilal bin Rabah pun memeluk erat Abu Bakar As Siddiq dan menceritakan ihwal mimpinya ketemu dengan Rasulullah.

Dan tak lama kemudian, Abu Bakar As Siddiq meminta Bilal bin Rabah untuk mengumandangkan adzan, tetapi Bilal tetap menolak. Lalu cucu Rasulullah Hasan dan Husen mendekati Bilal bin Rabah dan meminta kepadanya untuk mengumandangkan adzan demi mengingat Rasulullah. Bilal bin Rabah pun menatap wajah Hasan yang mirip dengan wajah Rasulullah. Hasan pun berkata ; paman Bilal adzanlah untuk mengingat sang kakek. Dengan bercucur airmata pun, Bilal bin Rabiah pun berjalan menuju menara.

Bilal bin Rabah pun mengumandangkan adzan—suara merdunya terdengar seantero penjuru kota Mekkah. Seketika warga pun dan para sahabat mendengar adzan itu, lalu mereka berlarian menuju sumber suara adzan Bilal bin Rabah. Lalu diantara mereka ada yang berkata Rasulullah hidup kembali….
Rasulullah hidup kembali….dan kembali untuk kita. Kegembiraan mendengar suara adzan Bilal bin Rabah mengingatkan mereka pada Rasulullah saat masih ada bersama mereka.

Suara adzan Bilal bin Rabah—adalah pengingat sejarah kenabian, ketauhidan serta kerinduan. Adzan adalah syair terindah dari semua ajakan dan panggilan. Subhanallah ya Allah. Adzan telah banyak merubah seseorang dalam hidupnya. Hati yang keras seketika lembut bagai kapas, bahkan ada seorang pendeta dan peneliti dari Amerika pun kagum ketika suara adzan dikumandangkan. Sang peneliti itu pernah berkata ; seumur hidupku, aku baru mendengar lantunan yang indah dari menara mesjid dikumandangkan, itulah adzan katanya.

Ketika alunan musik, yang kita dengar, (mungkin) waktu kita habis menikmatinya. Tetapi kadang kita lupa (suara) adzan diperdengarkan namun kita (kadang) tak menikmatinya. Entah kita sibuk, atau apalah…namun kita berharap jangan sampai Allah SWT sibuk dan tak mengurus kehidupan kita…. Nauzubillah…

Semoga suara Bilal bin Rabah menjadi pengingat bagi kita dalam melanjutkan kehidupan ini. Dan semoga pula kita tak merawat ke-Tulian.

# CatatanRingan
Dari sejarah kita mengenal