MANGGAR – Di sebuah sudut kecil Nusantara, tempat ombak berkejaran di pesisir timur Pulau Belitung, langit malam bersinar lebih terang dari biasanya. Bukan karena bintang jatuh, tapi karena satu bintang telah naik ke puncaknya — Shabrina Leonar, putri asli Manggar, resmi menjadi juara Indonesia Idol Season 13.
Suara merdunya mengalun seperti angin yang melintasi pantai Nyiur Melambai. Setiap nada yang ia nyanyikan bukan sekadar irama, tapi gema dari kampung halaman, dari akar yang tertanam kuat di tanah Belitung Timur.
Lahir dan besar yang menamatkan sekolahnya sejak dari TK, SD, SMP hingga SMA di Manggar, Shabrina bukan sekadar talenta dadakan. Ia adalah hasil dari tempaan lingkungan yang dibesarkan dari Keluarga seni Sejak kecil. Suara lembutnya menghiasi dalam berbagai event show, hingga kini, suara yang sama memukau jutaan orang di seluruh Indonesia, dan mengangkat nama tanah kelahirannya ke tempat yang lebih tinggi.
Tak berlebihan jika kemenangan Shabrina disebut sebagai kemenangan bersama. Di warung kopi, di lorong pasar, di ruang kelas, dan di balik layar televisi rumah-rumah sederhana, wajah-wajah di Belitung Timur tersenyum bangga. Anak kampung mereka, gadis ini kini berdiri sebagai idola seantero negeri.
Dan Belitung Timur memang punya sejarah melahirkan insan-insan luar biasa. Andrea Hirata menuliskan kisah pelangi dari kampungnya, menjadikannya inspirasi dunia. Ahok, politisi tangguh, memulai karier dari kursi DPRD Beltim sebelum mengguncang panggung politik nasional, anggota DPR RI dari Wagub DKI hingga Gubernur DKI. Lalu ada Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, ahli hukum konstitusi, yang tak pernah lupa pada tanah kelahirannya meski berkiprah di lingkaran kekuasaan enam presiden republik ini, mulai dari Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati, Soesilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Prabowo yang kini menjadi Menko Hukum, Imigrasi dan Permasyarakatan RI.
Kini, Shabrina melanjutkan barisan nama besar itu—dengan suara, dengan ketulusan, dengan cahaya yang ia bawa ke panggung musik Indonesia.
Manggar mungkin kecil di peta, tapi berkali-kali ia membuktikan bahwa dari tempat sederhana, bisa lahir sesuatu yang luar biasa. Dan malam itu, saat nama Shabrina diumumkan sebagai juara, bukan hanya mimpi yang terwujud—tapi juga doa-doa yang selama ini bergema dari ujung timur Belitung. Karena kadang -kadang, dari tempat yang paling tenang, lahirlah suara yang paling mengguncang.
Sebab itu, Belitung Timur tak pernah kehabisan alasan untuk bangga. Dalam diamnya yang sederhana, ia terus melahirkan manusia-manusia luar biasa. Kini, Shabrina Leonar menjadi wajah baru dari harapan dan inspirasi. Sebuah bukti nyata bahwa meski lahir dari pulau kecil, mimpi besar bisa diraih.
Dan langit Indonesia, kini tak lagi sama—karena telah dihiasi oleh bintang dari Manggar.












