Workshop 03 Serekap : Mengalihkan Gadget

Jika dilihat dari struktur, tradisi nyerekap memancing anak menjadi seorang arsitek. Dari bentuknya, serekap atau pikat memang memancing imajinasi anak menjalin ilmu pengetahuan berkaitan dengan dimensi ruang dan interaksi alamiah.

“La kan tejatuk aku waktu masang serekap.” Pengalaman Satrio memasang serekap tak ia lupakan. Pun dengan posisinya sebagai narasumber workshop di Gedung Nasional (24/11) lalu. Ia tak sendiri ada Ashar Maulana, Azzan Ashari dan Irhan yang ikut menjelaskan bagaimana membangun kerjasama agar struktur, bentuk, bahan apit apit dan lidi bisa bisa menjadi sangkar.

Siswa SMA memperhatikan seraya bertanya, jenis burung apa yang bisa dipikat. Azzam menjelaskan bahwa sangkar bisa masuk dua sampai empat ekor burung pentis. ” burung ini kami pelihara bersama-sama. Satu sangkar dibuat selama dua hari,” tambah Irhan.

Jika dilihat dari struktur, tradisi nyerekap memancing anak menjadi seorang arsitek. Dari bentuknya, serekap atau pikat memang memancing imajinasi anak menjalin ilmu pengetahuan berkaitan dengan dimensi ruang dan interaksi alamiah.

Menurut Kepala Sekolah SDN 22 Sijuk Rini Prihartini, kebiasaan siswa ini bisa mengenalkan mereka terhadap alam dan dan lingkungan sekitar, terbiasa bekerja sama dan tak jarang membuat teman mereka di sekolah terhibur dengan cerita mereka. ” dengan serekap, kita juga mengalihkan perhatian anak dari kecanduan gadget,” ujar Rini.

Awalnya Satrio menawarkan untuk membawa burung pentis saat workshop namun yang lain ingin berkisah pengalaman saja dan mengenalkan jenis penting lewat tutur. Pentis juga dikenal dengan nama colibri yang dijadikan nama pesawat tempur .

” Ade pentis kelapak pentis dade mirang, pukoknye banyak kak. Dalam sarang dimasukkan burung pikat dan bunga-bungaan,” terang Ashar ketika siswa bertanya cara memikat burung dengan serekap.

Iwan salah satu orang tua yang mengantar anaknya sebagai narasumber juga berkisah pengalaman memikat.

” Tidak hanya pentis, burung besar seperti puncak bisa ditangkap dengan lapun (jaring berbentuk kantong), bisa juga dengan pulut (getah),” terangnya.

Untuk mengenalkan bahan dan proses, narasumber workshop dari SMPN 4 Tanjungpandan menjelaskan karakter apit apit yang dibutuhkan. Mereka memilih menjelaskan mengenalkan struktur dan bahan dibanding pengalaman berburu seperti siswa SDN 22 Sijuk tadi.

Dituturkan Rehan, apit apit yang tumbuh ditanah berair akan lebih besar. Lalu dipilih pohon yang sudah kering atau yang masih hijau tapi harus dikeringkan.

Dihadapan peserta workshop, satu persatu bahan, proses demi proses diterangkan agar yang melihat paham bahwa proses dan kerjasama tim itu penting. Narasumber Workshop Serekap memang lebih muda usianya dibandingkan dengan narasumber 9 workshop lain.

Tradisi menangkap burung dengan serekap di Tanjungpandan kini mulai langka. Tidak banyak anak lagi anak nyerekap lantaran terpikat dengan teknologi yang tidak membutuhkan gerak motorik dan interaksi di alam bebas (Fiet)