BADAU: Sebuah inisiatif yang mempererat jalinan antargenerasi dan mengungkap pesona sebuah peradaban, telah hadir dengan diterbitkannya “Buku Kampong Badau”. Kolaborasi antara Yayasan Melati Tanjungpandan dan BUMDES Mitra Sejahtera Desa Badau menghasilkan karya yang memukau ini.
Pemrakarsa Niko Roland mengungkapkan bahwa buku ini menjadi jembatan informasi lintas generasi, membawa pengetahuan tentang sejarah dan potensi desa dari masa lalu hingga kini. “Manfaatnya tak ternilai,” tambahnya.
Sementara itu, Kades Badau Irawan Sumantri, sebagai tim pengarah, menyoroti pentingnya kehadiran buku ini dalam menggali sejarah dan mengenali potensi desa untuk berbagai kepentingan.
Sedangkan penulis, Haril M. Andersen, menyebutkan buku ini diterbitkan dalam dua bahasa. Yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang nantinya dapat berguna bagi masyarakat dalam dan luar negeri untuk mengetahui keberadaan potensi desa Badau. Sebagai informasinya, Desa Badau salah satu dari kampong tertua di Belitung, yang pernah ada dan memiliki nilai historis dari kisah kerajaan, zaman kolonial hingga era kemerdekaan, dan sampai saat ini layak diketahui khalayak ramai.
Dengan tebal 360 halaman dan 15 bab, buku ini menjelajahi sejarah hingga kehidupan masyarakat serta potensi desa yang menarik. Mendapat sambutan dari Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia, Abdul Halim Iskandar, buku ini diharapkan menjadi contoh bagi desa-desa lain di Indonesia.
Selamat atas terbitnya “Buku Kampong Badau”, sebuah karya yang menghidupkan sejarah dan potensi sebuah desa dalam satu karya yang memukau.*