BELITUNG TIMUR – Di antara kabar biasa yang lalu-lalang, terselip satu nama yang memancarkan inspirasi: Prof. Dr. Deasy Arisanty, S.Si., M.Sc., seorang perempuan tangguh yang meniti jejak dari kota kecil Gantung, Belitung Timur, hingga menyandang gelar Guru Besar pada usia 40 tahun. Tak hanya sebagai akademisi, ia juga menjadi simbol harapan dan kekuatan perempuan muda masa kini—satu dari Kartini masa kini yang patut diperhitungkan.
Lahir pada 20 Desember 1981, Deasy merupakan putri dari pasangan almarhum Bapak Madris, seorang pensiunan ASN Dinas Pendidikan, dan almarhumah Ibu Maimunah. Di kampung halaman yang sunyi namun penuh makna, ia mengukir awal dari perjalanan panjangnya. Lewat pesan singkat WhatsApp, Prof. Deasy mengonfirmasi kisah masa kecilnya yang penuh warna dan nilai-nilai pendidikan dari kedua orang tuanya.
“Pesan saya untuk generasi muda, agar tidak mudah putus asa, punya motivasi yang tinggi dalam meraih cita-cita,” tulisnya dalam pesan itu, Selasa (22/04/2022).
Perjalanan akademisnya adalah bukti nyata dari tekad dan semangat juang luar biasa:
SDN 7 Gantung (kini SDN 6 Gantung), lulus tahun 1993
SMPN 1 Gantung, lulus 1996
SMAN 1 Manggar, lulus 1999
S1, S2, dan S3 Geografi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (2010–2023)
Resmi menyandang gelar doktor pada tahun 2023, di usia 40 tahun
Ditetapkan sebagai Guru Besar dan Wakil Dekan Bidang Akademik FKIP ULM Banjarmasin periode 2023–2027
Capaian ini bukan sekadar pencapaian pribadi, tetapi juga kebanggaan bagi tanah kelahirannya.
“Saya sangat kenal dengan keluarga almarhum Bapak Madris ini,” ujar Pak Tani (65), seorang warga Tanjungpandan yang berasal dari Gantung.
“Almarhum adalah guru saya saat SD. Beliau sosok pendidik yang penuh semangat, dan semangat itulah yang saya lihat mengalir kuat pada anak-anaknya, termasuk Bu Deasy.”
Keteladanan tak pernah jauh dari akar. Sejak kecil, Deasy tumbuh dalam atmosfer rumah yang menjunjung tinggi pendidikan. Bukan hal mudah menembus batas geografis dan sosial dari Belitung Timur ke puncak akademik di universitas ternama tanah air. Tapi Deasy membuktikan: mimpi yang digantung setinggi langit bisa digapai, asal dijalani dengan konsistensi dan keyakinan.
Hari ini, Prof. Deasy bukan hanya seorang dosen. Ia adalah role model, inspirasi, dan wajah dari harapan bahwa siapa pun bisa berhasil, dari mana pun ia berasal.*