TANJUNGPANDAN – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Tanjungpandan kembali menunjukkan langkah nyata dalam mendukung ketahanan pangan melalui pembinaan warga binaan.
Inisiatif ini tak hanya berfokus pada kebutuhan pangan di dalam lapas, tetapi juga berupaya memberikan kontribusi positif bagi masyarakat sekitar.
Di bawah bimbingan Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, total 1.500 bibit jagung telah berhasil tumbuh subur di area Blok Hijau dalam lapas dan dalam waktu dekat, penanaman sayuran sawi, ubi, serta jeruk kunci khas Belitung akan dilakukan di lahan edukasi dan asimilasi luar tembok lapas seluas 1,5 hektare.
Kasubsi Kegiatan Kerja Lapas Kelas IIB Tanjungpandan, Riski, mengungkapkan perkembangan yang menggembirakan dari program ketahanan pangan ini. Menurutnya, bibit jagung yang ditanam telah menunjukkan pertumbuhan yang diharapkan. Proses pemupukan pertama dilakukan sebelum penanaman, dengan menebar pupuk pada alur sedalam 10 cm di sekitar barisan tanam. Saat ini, tanaman jagung telah memasuki umur empat minggu dan dilakukan pemupukan lanjutan serta perawatan intensif untuk menjaga kesehatan tanaman menggunakan pestisida baik kimia maupun organik.
“Program ketahanan pangan ini kami lakukan bukan hanya untuk konsumsi internal, tetapi juga akan dijual kepada masyarakat dengan harga terjangkau. Diharapkan ini dapat membantu warga setempat memperoleh akses pangan yang lebih mudah,” ujar Riski.
Di lokasi asimilasi, Lapas Tanjungpandan juga bekerja sama dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sinar Jaya dalam membuka lahan baru. Berbagai sayuran dan tanaman unggulan seperti jeruk kunci akan dibudidayakan di lahan ini. Menariknya, hasil panen jeruk kunci tersebut akan diolah lebih lanjut menjadi produk sirup oleh warga binaan di ruang kreatif Blok Wanita. Inisiatif ini sekaligus mendukung Gerakan UMKM Bangkit di Kabupaten Belitung, mendorong peran aktif warga binaan dalam meningkatkan perekonomian lokal.
Kalapas Kelas IIB Tanjungpandan, Gowim Mahali, menyatakan bahwa Lapas Tanjungpandan kini bergerak menjadi lapas produktif yang memiliki dampak luas. “Kehadiran Lapas ini harus mampu memberikan kontribusi nyata tidak hanya untuk warga binaan, tetapi juga bagi petugas, keluarga, dan masyarakat sekitar,” tegas Gowim.
Lebih lanjut, Gowim menjelaskan bahwa program pertanian ini juga bertujuan untuk memberdayakan warga binaan dengan keterampilan bertani yang bisa berguna setelah masa pembebasan. Menurutnya, selain membantu memperkuat ketahanan pangan, program ini juga mengajarkan kemandirian dan tanggung jawab pada warga binaan. “Kami berkomitmen untuk terus mendukung akselerasi program pemerintah yang bermanfaat luas bagi masyarakat,” ujar Gowim.
Program ketahanan pangan di Lapas Tanjungpandan ini diharapkan tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan internal, tetapi juga menjadi contoh bagaimana lembaga pemasyarakatan dapat berperan dalam mendukung ketahanan pangan dan pembangunan ekonomi lokal secara berkelanjutan.*