KELAPAKAMPIT: Perusahaan pengolah minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) diharuskan terlebih dahulu memenuhi kebutuhan produsen minyak goreng lokal sebelum mengirimkan produknya ke daerah lain.
Penjabat (Pj) Gubernur Kepulauan Babel, Suganda Pandapotan Pasaribu, menyampaikan hal ini saat kunjungannya ke PT Steelindo Wahana Perkasa (SWP) di Kecamatan Kelapa Kampit, Kabupaten Belitung Timur, Sabtu (16/9/2023) lalu.
Sebagai informasi, PT SWP juga merupakan perusahaan sawit yang memproduksi minyak goreng di Kepulauan Babel. Pj Gubernur menyatakan bahwa minyak goreng merupakan salah satu komoditas yang berperan dalam inflasi di Kepulauan Babel, terutama saat permintaan barang dan jasa tinggi dibandingkan dengan ketersediaannya.
“Pertimbangkan bahwa kita berada di provinsi kepulauan yang masih menghadapi kendala konektivitas dalam pemenuhan kebutuhan pokok. Oleh karena itu, jika ada produksi minyak goreng lokal di sini, kita harus memprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan lokal terlebih dahulu, tanpa harus mengimpor dari luar yang tentu lebih mahal,” ujar Pj Gubernur Suganda, seperti yang dilaporkan dalam laman resmi Babelprov pada Sabtu (16/9).
Di sisi lain, Pj Gubernur Suganda juga memberikan dukungan terhadap upaya PT SWP dalam mengembangkan industri sektor CPO hingga tahap hilirisasi. Ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan nilai tambah produk kelapa sawit melalui proses pengolahan sehingga dapat menghasilkan produk turunan dengan nilai jual yang lebih tinggi.
Menurutnya, peningkatan nilai tambah ini tidak hanya menguntungkan perusahaan, tetapi juga berpotensi menciptakan lapangan kerja dan menggerakkan ekonomi nasional. “Inilah yang harus kita dorong. Di Kepulauan Babel, telah ada perusahaan sawit yang tidak hanya menghasilkan CPO, tetapi juga produk turunannya. Hal ini merupakan hilirisasi yang sudah dilakukan di sini. Kita perlu mendorongnya sehingga produk turunan dari CPO dapat menciptakan produk jadi yang bernilai,” jelasnya.
Saat ini, PT SWP telah melangkah ke tahap hilirisasi dengan memiliki mesin pengisian minyak di pabrik pengolahan minyak sawitnya. Hal ini memungkinkan mereka untuk menghasilkan minyak goreng kemasan dengan merek terdaftar “Minyakita”. Selain itu, perusahaan ini juga telah mendirikan pembangkit listrik tenaga biogas untuk memenuhi kebutuhan listrik di perusahaannya. (*)