Dalam sejarah Islam dikisahkan seorang yang kharismatik dari kabilah hunaifiyyah yang bernama Sammamah. Ia telah banyak membunuh orang² islam. Dan suatu ketika Sammamah ditangkap oleh pasukan muslim.
Sammamah pun ditawan—dan Rasulullah mengatakan kepada pasukannya agar Sammamah di perhatikan dengan baik—mulai makanannya, minumnya dan semua keperluannya. Sammamah kalau makan begitu lahap bisa menghabiskan sepuluh makanan tawanan lainnya.
Hingga suatu saat Rasulullah menghampiri istrinya di bilik, lalu ia katakan, wahai istriku siapkan semua makanan.untuk Sammamah—dan saat itupun Rasul beserta istri dan keluarganya tidak lagi memiliki makanan, semua telah diberikan kepada Sammamah. Hidup Sammamah hanya tidur, makan,—makan tidur.
Suatu ketika Sammamah berkata kepada Rasulullah, wahai Muhammad, kenapa engkau tidak membunuhku, padahal aku telah membunuh banyak ummat islam, dan ini peluangnya ada—karena aku sudah menjadi tawananmu. Rasulullah hanya tersenyum. Berkali² Sammamah menanyakan itu, tetapi Rasulullah tetap tersenyum.
Hingga saatnya tiba, Rasulullah membebaskan Sammamah—membiarkannya hidup sebebas²nya. Maka bebaslah Sammamah, seperjalannya ia tiba² berhenti dibawah pohon, lalu ia kembali bertanya kepada dirinya sendiri, kenapa Muhammad membebaskanku, menjagaku dengan baik sebagai tawanannya, kenapa ia tak membalas dendam—padahal.aku telah banyak membunuh sahabat²nya. Dari pertanyaan² itu Sammamah kembali menemui Rasulullah, lalu ia bersimpuh dihadapan Rasulullah—dengan mata yang berbinar² ia memutuskan memeluk islam. Ia begitu lagum dengan ahlak Rasulullah.
Kisah singkat ini memberikan isyarat yang kuat pada kita, (khususnya) para pemimpin, bahwa tak cukup dengan kata² dan sederet kekuatan untuk membangun perubahan, tetapi perubahan harus mampu dibangun dari sikap dan ahlak yang tinggi. Dan Rasulullah telah menorehkan itu dalam semua struktur kehidupan ummat manusia.
Sang pembunuh pun takluk dengan senyum Rasulullah.
# Catatan_sepertigaMalam
dari sejarah kita mengenal.