TANJUNGPANDAN: Anggota DPD RI dan MPR RI Dapil Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Ir. H. Darmansyah Husein, menggelar kegiatan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan atau Empat Pilar MPR RI di SMA Negeri 1 Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, pada Sabtu 17 Mei 2025.
Kegiatan ini disambut antusias oleh para siswa, guru, serta jajaran pimpinan sekolah. Hadir dalam acara tersebut Kepala SMAN 1 Tanjungpandan Yantimala, MPd, para Wakil Kepala Sekolah, Guru, dan sejumlah staf ahli anggota DPD RI seperti Afta Syiham, Raffi Iskandar, M. Zaldi, Noviarto, Nusi, Jasri, serta para pelajar.
Dalam sambutannya, Yanti Mala mengapresiasi kehadiran Senator Darmansyah di tengah-tengah pelajar. Ia berharap kegiatan ini dapat membuka wawasan siswa terkait pentingnya memahami nilai-nilai kebangsaan.
“Diharapkan siswa-siswi dapat memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam menghadapi tantangan arus globalisasi saat ini,” ujar Yanti.
Acara dipandu oleh moderator Yaenuri Sarjana Pendidikan dengan narasumber utama Insyinyur Haji Darmansyah Husein, didampingi oleh narasumber lainnya Eka Merry Krissanty Sarjana Pendidikan dan Rosa emiliana Sarjana Pendidikan yang merupakan guru PKN SMA Negeri 1 Tanjungpandan
Dalam pemaparannya, Darmansyah menekankan pentingnya internalisasi Empat Pilar Kebangsaan — Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika — dalam diri generasi muda. Ia menjelaskan secara mendalam tentang substansi dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tiap pilar, termasuk sejarah perubahan dan tantangan yang dihadapi bangsa.
“Empat pilar ini adalah pondasi utama yang menentukan kekuatan dan keberlangsungan bangsa. Jika generasi muda mampu memahami dan mengamalkannya, maka Indonesia akan tetap utuh dalam bingkai NKRI,” jelas Darmansyah.
Gali Wawasan Siswa
Dalam momen interaktif tersebut, Darmansyah mengajak peserta untuk unjuk kemampuan menghafal pembukaan UUD 1945. Siapa yang bisa menjawab dengan benar, akan diberikan hadiah langsung darinya.
Tanpa ragu, dua siswa bernama Salsabila dan Geven Hutasuit pun maju ke depan dengan percaya diri. Keduanya berhasil menghafal pembukaan UUD 1945. Aksi mereka pun disambut tepuk tangan meriah dari para guru dan teman-teman sekelas dan Darmansyah sembari memberikan hadiah simbolis kepada para pemenang kuis.
Selanjutnya, Darmansyah pun agar menghidupkan suasana dengan melemparkan pertanyaan reflektif kepada para siswa. Dua pertanyaan, di antaranya adalah: “Kenapa NKRI itu harga mati?” dan “Selain negara kesatuan, apakah ada bentuk negara lain?”
Pertanyaan ini langsung memicu semangat siswa untuk menjawab. Tiga pelajar dengan sigap mengangkat tangan dan menyampaikan pendapatnya di hadapan forum.
Senator Darmansyah pun mengapresiasi pemikiran kritis para siswa yang berani menyampaikan pendapat. Ia menyebut bahwa kemampuan berpikir terbuka dan berani berdiskusi merupakan bagian dari pembelajaran demokrasi dan penguatan nilai kebangsaan.
Narasumber Tambahan
Setelah pemaparan utama dari Senator Darmansyah mengenai keseluruhan isi Empat Pilar Kebangsaan, kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi pendukung oleh Eka Merry Krissanty sarjana pendidikan dan Rosa Emiliana Sarjana Pendidikan.
Eka Merry Krissanty Sarjana Pendidikan membawakan materi tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ia menegaskan bahwa apa yang disampaikannya merupakan pelengkap dari penjelasan Senator Darmansyah Husein Dalam paparannya, Eka menekankan pentingnya bentuk negara kesatuan bagi Indonesia sebagai strategi menjaga stabilitas nasional dan memperkuat identitas negara di tengah tantangan globalisasi.
Sementara itu, Rosa Emiliana Sarjana Pendidian menyampaikan materi mengenai Bhinneka Tunggal Ika, semboyan nasional yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.” Ia menjelaskan bahwa dalam konteks Indonesia yang majemuk — dengan keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan adat istiadat — semboyan ini adalah fondasi penting untuk menjaga kekuatan bangsa.
“Indonesia adalah negara multikultural. Tanpa semangat persatuan dalam keberagaman, kita mudah terpecah. Karena itu, Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar slogan, tapi nilai yang harus dihidupkan dalam kehidupan sehari-hari,” tegas Rosa di hadapan para siswa.
Dalam Sesi diskusi menjadi momen paling menarik, ketika sejumlah pertanyaan kritis mengemuka. “Bagaimana cara mencintai empat pilar kebangsaan secara nyata? Mengapa penting bagi generasi muda, khususnya anak Gen Z, untuk memahami dan mengamalkan empat pilar? Dan kenapa pelanggaran seperti korupsi masih saja terjadi, meski kita sudah punya wujudnya Pancasila?” menjadi beberapa topik yang mencairkan suasana dan memicu renungan mendalam.
Senator Darmansyah Husein mengapresiasi semangat kritis para siswa. Ia menekankan bahwa pemahaman terhadap Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar hafalan, tetapi harus menjadi landasan dalam bertindak sehari-hari.
“Anak-anak muda harus jadi motor penggerak perubahan. Ketika kalian paham nilai-nilai kebangsaan, kalian tidak hanya jadi pelajar cerdas, tapi juga warga negara yang tangguh dan ciptakan karakter yang bermoral,” tegas Darmansyah yang menutup pembicaraan seyogyalah tidak ada yang lain, bahwa negara kita adalah negara kesatuan Republik Indonesia yang berada dalam bingkai NKRI.*











