Semua bahasa adalah lisan–cara menyapa dan menegur adalah tindakan berbahasa terhadap obyek yang dihadapinya. Berbahasa yang baik menjadi kualitas dari pengucapnya. Pendengar adalah penikmat dari sebuah percakapan.
Dizaman Rasullullah, makan berbahasa demikian tingginya, syair² yang diungkapkan begitu mendalam—Al Barasanzi misalnya yang berkisah tentang sejarah kenabian Muhammad SAW. Syairnya demikian tinggi—–
Tetapi berbeda dengan Aku bin Abu Thali–b, sepupu sekaligus menantu dari Rasulullah, yang memiliki kecerdasan yang luar biasa. Sehingga disegani oleh kaum Quraisy. Ketika Ali bin Abu Thalib diangkat menjadi Khalifah keempat setelah Usman bin Affan, lalu dihadapan para sahabatnya ia berkata “sekiranya aku besok atau lusa, aku melakukan kekeliruan dalam kepemimpinanku maka tolong tegur aku, dan jangan takut kalau bisa tegur aku dengan pedang.
Dalam hati seorang sahabat berkata dalam hati, mana mungkin kami akan menegur dengan pedang kepada Amirul mukminin, sementara kami tahu bahwa Amirul mukminin memiliki pemahaman dan pengetahuan yang cukup untuk menjalankan roda pemerintahan.
Ali bin Abu Thalib—menghabiskan waktunya terus berfikir untuk ummat setelahnya. Dalam hatinya berkata “apa mungkin, aku dapat menyentuh dinding surga, bila aku sedikit saja salah memimpin”. Ali bin Abu Thalib terus melakukan muhasabah pada dirinya kalau² ia tak mampu menjadi pemimpin.
Namun Rasulullah pernah menyampaikan satu isyarat kepada seluruh sahabatnya, bahwa kalau engkau (kalian) besok ditakdirkan jadi pemimpin maka gunakanlah ijtihadmu (Fikri), pikiranmu memutuskan sesuatu setelah engkau telah melewati dalil Naqli (Al Qur’an dan hadist) serta ijma ulama yang ada.
Beranilah dikritik, sebab kritik adalah pengingat untukmu atas kebaikan—jangan.menolak kebaikan bila kebaikan itu sampai padamu.
Frase tersebut diatas bila di break down pada kondisi saat ini—ternyata tidak sedikit pemimpin menolak kebaikan atas kritik yang ada padanya. Dia lupa, bahwa kritik itu adalah pengingat untuknya. Bila ia dikritik dengan diksi atau kata², kadang pemimpin itu seketika emosi dan marah, bahkan bisa mengancam pengkritiknya.
Bagaimana kalau ia dikritik dengan pedang?,….semoga tidak ada pemimpin yang bunuh diri dengan cara mengambil pedang pengritiknya—lalu harakiri dihadapan rakyatnya.
Semoga tidak terjadi, dan Ali bin Abu Thalib telah memperkenalkan itu kepada.kita, arti sebuah teguran—–
# CatatanMalam
Dari sejarah kita mengenal.