Hendak Serang Tanksi Militer Belanda, Pemuda & Pejuang Di Tangkap

MANGGAR: Aksi untuk mempertahankan kemerdekaan RI di berbagai daerah di pulau Belitung terus bergulir setelah dua bulan Indonesia merdeka. Kegigihan para pejuang Belitung terus bergulir guna menjaga keutuhan kemerdekaan RI. Karena itu, berbagai kejadian mulai, penyerangan markas NICA (Pasukan Belanda) hingga penculikan kerap terjadi hingga aksi pertempuran, guna mempertahankan kemerdekaan RI khususnya di Pulau Belitung.

Buku Sejarah Perjuangan Rakyat Belitung tahun 1924-1950, Di Manggar, para pemuda menahan laju masuknya Belanda dari wilayah Barat pulau Belitug ketika itu. Hal ini karena aksi pertempuran telah dimulai pada tanggal 25 Nopember 1945, di Air Seruk, Aik Merbau, Air Seru. Kondisi dengan aksi ini, memperkuat penjagaan para pejuang Belitung untuk berjaga-jaga.

Begitu pun di Mengkubang, telah mendapatkan kabar dari Deradja’, sebanyak 50 orang pemuda dengan pimpinan Mustar Dahlan. Mereka dibantu masyarakat dan peran lurah Mengkubang H Abdul Hamid, membuat barikade-barikade dengan menebang pohon di sekitar jalan serta membentangkan kawat-kawat telpon.

Di Kampung Pancur Manggar, dibawah komando Husin Machmud melakukan penebangan pohon-pohon untuk menghambat gerakan NICA yang diperkirakan akan datang dari arah selatan.
Di Kampung Baru, Achmad Mustafa segera berkumpul di Rumah H Mansyur yang merupakan seorang dukun bersiap-siap mengatasi segala kemungkinan yang bakal terjadi.
Di kampung Lalang, pimpinan Nawi Lurah Halil dan Nawawi Arief berkumpul di rumah Sadam untuk bersiap-siap melakukan perlawanan.

Dari berbagai hasil pertemuan dan rapat dari pejuang dan para pemuda tersebut, beberapa dari kelompok pemuda di wilayah Manggar telah bersepakat untuk melakukan penyerbuan ke Tangsi Militer Belanda yang bermarkas di Gunung Samak Manggar.

Namun, karena gerakan ini tercium oleh Belanda, maka pasukan militer Belanda lebih dulu melakukan penangkapan-penangkapan terhadap biang kerok gerakan tersebut. Adapun mereka yang ditangkap Belanda diantaranya Maswan, Mustar Dahlan, Kasim dan Sani.

Tapi dalam beberapa waktu tertentu mereka kemudian dibebaskan. Namun, Belanda menganggap mereka sangat berbahaya. Karena itu, hanya Mustar Dahlan dan Kasim yang tidak ditahan. Sementara lima orang yang ditangkap Maswan, Husin Mahmud, Salim Simin, Deradja dan Sani ditahan di rumah tahanan militer di Jakarta selama 10 bulan. *trawangnews.com