BELTIM: Pemuda saat ini merupakan ikon di segala bidang begitu juga halnya di pesta demokrasi pemilihan kepala daerah sosok calon dari kaum milenial inilah yang diharapkan membawa perubahan bagi kemajuan daerah tersebut.
Meski umur tidak muda tapi pemikiran dari calon yang mempunyai background organisasi kepemudaan dan pro kebijakan bagi kaum milenial maka akan punya kans lebih besar untuk mencari suara.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menerbitkan aturan baru terkait tahapan dan jadwal Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada 9 Desember 2020. Hal itu mengacu Peraturan KPU (PKPU) Nomor 5 tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas PKPU Nomor 15 tahun 2019 tentang Tahapan, Program, dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota 2020.
Ini berarti perhelatan pemilihan kepala daerah serentak di Indonesia yang sempat tertunda karena pandemi covid-19 akhirnya mendapatkan titik terang dengan PKPU tersebut. Dan yang paling membanggakan bahwa putra-putri Indonesia yang menjadi bagian tim Adhoc di KPU Propinsi dan Kabupaten/Kota diaktifkan kembali untuk melaksanakan tugas kepemiluan ini di PPK dan PPS masing-masing daerah.
Berbicara mengenai Pilkada Belitung Timur di 2020 tentunya tidak terlepas dari trah keluarga Yusril Ihza Mahendra dan Basuki Tjahya Purnama yang dalam 10 tahun terakhir ini turut mewarnai kepemimpinan Pemerintahan Daerah di Beltim ini sendiri. Selain itu tentu ada figur dari birokrat, pengusaha, politisi dan praktisi hukum yang akan mencoba peruntungan di pilkada Belitung Timur nanti.
Masyarakat sudah bisa menerka siapa-siapa yang akan maju dalam kontestasi menuju Beltim 1 ini. Bicara politik di Bangka Belitung tentunya tidak terlepas dari PDIP yang memenangkan pileg disetiap kabupaten/kota yang ada di Babel, namun untuk Kepala Daerah tentu masyarakat punya selera yang berbeda pula.
Melihat tren 2020 ini banyak pemilih ataupun masyarakat menginginkan pemimpin dari kaum milenial untuk menjadi kepala daerah dimana lebih punya unsur daya tarik pemilih, kecerdasan intelektual diatas rata-rata dan gaya kepemimpinan yang tidak kaku. Selera pemilih dan masyarakat ini perlu edukasi dan peranan kaum muda yang ada di Belitung Timur untuk terlibat didalamnya.
Tidak bisa dipungkiri banyak anak muda Beltim yang terlibat dalam kepengurusan parpol saat ini tapi dalam pengambilan keputusan mereka tidak bisa dalam satu visi misi besar yang ingin diwujudkan. Kebanyakan lebih terpatron dari parpol mereka sendiri sebagai penentu kebijakan untuk memutuskan pilihan. Sebetulnya disinilah peran yang harus dimainkan oleh para milenial ini dengan kehadiran mereka dalam kepengurusan parpol untuk memberi masukan dan pemahaman kepada petinggi parpol untuk melihat kapasitas, popularitas, rekam jejak, dan keberpihakan dari calon untuk pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi, keadilan hukum bagi masyarakat lemah, kelestarian lingkungan dari pertambangan yang merusak alam dan kenyamanan serta kebebasan dalam beribadah dan mengeluarkan pendapat dimuka umum.
Fungsi sebagai agen of change (agen perubahan) harus betul-betul menjadi konsentrasi dari generasi muda beltim saat ini. Pemerintah daerah saat ini dalam penilaian biasa-biasa saja punya kelebihan dan kekurangan selama perioderisasi 5 tahun kemarin. Jangan menjadi pemuda yang terjebak ke politik praktis hanya untuk cari uang, pemikiran yang pragmatis dan tidak pernah memberi sumbangsih saran dan masukan yang positif untuk kemajuan kepada daerah.
Pemuda sebagai lokomotif perubahan tentu punya perencanaan, pemograman dan pelaksanaan dari aksi yang ingin dicapai. Pemuda harus punya konsep pemikiran yang matang dan utuh dalam memahami politik ini dengan memberi ide dan gagasan.
Disinilah akhirnya peran pemuda dapat berjalan dengan baik sebagai fungsi kontrol sosial terhadap kebijakan pemerintah daerah, jangan karena faktor satu parpol, kawan sekampung lantas kita hanya melihat calon itu saja tanpa kita tahu bahwa ada calon yang lain lebih punya kapasitas yang lebih mumpuni. Hilangkan itu didalam pemikiran seorang pemuda karena dapat dipastikan pemuda yang seperti itu tidak akan maju dan tidak terdaftar dalam sejarah sebagai pelopor perubahan tapi akan dikenang sebagai pemuda yang punya pemikiran pragmatis mengukur seseorang karena finansial dan gaya yang kaku.
Penulis yang juga Sekretaris MD Kahmi Beltim dan Wakil Ketua Keluarga Alumni Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Cabang Belitong berharap kolaborasi organisasi kepemudaan yang ada di Beltim punya pemikiran besar yang dituangkan dalam sebuah ide dan gagasan tanpa harus saling menjatuhkan calon masing-masing.
Dalam eksekusi tentu hasil akhirnya yang mengusung itu adalah parpol tapi lakukan peran kepemudaan itu dengan baik, kehadiran para milenial di Beltim ini bisa dirasakan manfaat bagi kemaslahatan masyarakat yang ingin Belitung Timur ini lebih baik lagi.