Perseteruan antara Gubernur Hidayat Arsani dengan Wakil Gubernur Heliyana bukan rahasia lagi. Kedua pemimpin Babel ini tidak akur. Kedua bersebarangan jalan. Entah apa penyebabnya tak jelas. Tapi paling itulah gambaran tentang kinerja provinsi yang diperjuangkan 24 tahun silam.
Itu baru soal tidak hamonisnya hubungannya dua pemimpin Babel. Belum lagi soal, bahwa provinsi Babel tak grand design (rencana besar). Hampir semua program pembamgunan di Babel sesuka atau semuanya Gubernur Babel saja.
Kemudian kualitas personalitas pemegang kendali di Babel tidak memenuhi standar secara nasional dan internasional. Sistem kemonikasi yang dibangun pun penulis dan kelangan presidium sebagai “komunikasi kampungan” tidak mencerminkan komunikasi yang beradab dan beradad. Sopan santun sebagai rumpun Melalyu pun hilang. Pokoknya kalangan Presidium malu dengan kualitas Provinsi Babel yang seperti itu.
Bahkan kini, tidak ada lagi uraian-uraian ilmiah yang sistematika pembahasannya runut dan logis. Kini semua pemimpin di Babel, melakukan kkmunikasi kayak obralan di warung kopi. Tanpa adab dan adat. Tak ada lagi yang dapat dibanggakan.

Apa jadinya kalau provinsi tanpa intelektualitas. Apa jadinya Babel tanpa perencanaan yang jelas dan matang sebagai produk kaum terpelajar. Kekayaan Babel yang sekarang ada, hanya akan habis “dirampok” secara sistematis oleh kelompok-kelompok yang penulis sebut sebagai “mafia kampung” yang berkolusi dengan pihak-pihak yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
DPRD Provinsi Babel pun mati angin. Tak mampu berbuat apapun. Mereka hanya diam membisu. Bahkan mungkin mereka juga menjadi bagian dari permainan “mafia kampung” yang kini terafiliasi dengan kelompok pengusaha Singapura.
Rencana “perampokan” kekayaan Babel secara sistematis ini akan berlangsung lama, jika DPRD diam membisu dan rakyat Babel juga tidur nyenyak di atas kasus tipis dari busa. Akankah tidur pulas itu akan berlangsung sampai esok pagi? Atau mungkin tidur dalam jangka waktu lama. Allah telah berfirman; “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya.” Bravo Babel.***Oleh: Safari Ans












