MANGGAR: Puluhan petani dan penyuluh pertanian dari Kecamatan Manggar dan sekitarnya antusias mengikuti kegiatan Sekolah Lapang Pengembangan Budidaya Bawang Merah yang digelar oleh Bidang Penyuluhan Pertanian, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Belitung Timur.
Kegiatan yang berlangsung selama enam hari, mulai Senin (18/11/2024) hingga Sabtu (21/11/2024), dilaksanakan di Kebun Maturidi, Desa Padang, Manggar.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program “Yuk Ke Ume,” bertujuan memberikan pelatihan praktis dan teori kepada petani untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam budidaya bawang merah.
Kepala Bidang Penyuluh Pertanian, Suriana, menjelaskan bahwa kegiatan ini dirancang agar petani dapat belajar langsung dari pengalaman petani sukses dan penyuluh profesional.
“Sekolah Lapang ini memberikan pengetahuan tentang metode penanaman bawang merah yang tepat, mulai dari pengolahan lahan hingga teknik bertanam. Dengan prospek pasar bawang merah yang sangat menjanjikan di Beltim, ini menjadi peluang besar bagi petani lokal untuk meningkatkan penghasilan,” kata Suriana.
Saat ini, harga bawang merah di pasaran mencapai Rp40-45 ribu per kilogram, dan mayoritas masih diimpor dari luar Pulau Belitung. Hal ini menjadi motivasi bagi pemerintah untuk mendorong produksi lokal dengan memberikan bantuan bibit dan pupuk kepada peserta Sekolah Lapang.
Petambang Beralih Profesi Jadi Petani
Kisah menarik datang dari Syahrudin (52), warga Dusun Pancur II, yang sebelumnya berprofesi sebagai penambang timah. Penurunan harga timah memaksa Udin, sapaan akrabnya, untuk mencari sumber penghasilan baru. Kini, ia mulai serius menekuni bidang pertanian.
“Banyak ilmu yang saya dapatkan dari Sekolah Lapang ini, terutama soal pengolahan tanah dan teknik menanam bawang merah. Ini peluang besar bagi saya dan teman-teman yang ingin mencoba bertani,” ungkap Udin.
Meskipun baru mengenal dunia pertanian, Udin optimis bahwa budidaya bawang merah dapat menjadi solusi ekonomi yang lebih stabil dibanding tambang. “Hasilnya mungkin tidak secepat tambang, tapi lebih santai dan biaya operasionalnya juga lebih kecil,” tambahnya.
Ke depan, Udin berharap harga bawang merah tetap stabil sehingga petani lokal semakin semangat memasok kebutuhan pasar, khususnya di wilayah Belitung Timur.
“Semoga hasil kebun bawang kami nantinya bisa memenuhi kebutuhan lokal dan mengurangi ketergantungan dari luar daerah,” harapnya.
Dengan antusiasme tinggi dari para petani seperti Udin, program Sekolah Lapang ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sektor pertanian di Belitung Timur secara berkelanjutan. *sumber: (Diskominfo SP Beltim)