Semangat Kolaborasi Digenjot di Kementerian Keuangan

Merubah mindset bahwa antar anak bangsa adalah kawan seperjuangan, bukannya pesaing apalagi lawan harus senantiasa terus kita lakukan. Berubah dari diri kita sendiri, bekerja sepenuh hati bersama-sama anak bangsa lain, membangun negeri kita menjadi besar sesuai cita-cita Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dan seiring nilai-nilai Pancasila, bersama menuju masyarakat yang adil dan makmur

Beberapa waktu lalu saya tidak sengaja membaca kesaksian seorang ekspatriat, WNI yang tinggal di USA. Saat menerima Report Card (Rapor) dari Ronald Reagen Elementary School, dia tergoda untuk menanyakan ranking kedua anaknya di kelas kepada gurunya karena di report card-nya tidak dituliskan ranking di kelas seperti pengalaman saat dia sekolah dulu di Indonesia.

Sang guru justru balik bertanya dengan terheran-heran, “Kalian orang Asia kok selalu nanya hal itu?”. Saya yakin maksud sang guru adalah ditujukan spesifik untuk wilayah Asia Tenggara karena Jepang dan Korea jelas sistem pendidikannya sudah bagus dan tidak seperti itu.

Sang guru melanjutkan,”Kalian ini senang sekali berkompetisi, bahkan dari usia dasar kalian sudah mengajarkan mereka ranking-rankingan untuk bersaing. Kami mengajarkan cooperation, kerjasama dalam team work, dan mereka harus cepat beradaptasi dalam lingkungan dan bersosialisasi. Mereka harus berteman sebanyak-banyaknya. Kami penting untuk mengajari mereka mengungkapkan pikiran dengan bahasa yang baik dan terstruktur serta sistematis alias punya story telling yang benar.”

Mindset Berkompetisi

Sang ekspatriat baru sadar tentang mindset yang sudah tertanam dan mendarah daging mengenai cara berpikir dan cara pandangnya dalam bersosialisasi, bergaul keseharian dalam bekerja maupun bermasyarakat pada umumnya. Itulah mengapa di kantor tempatnya bekerja sudah biasa dia mendengar kalimat,”How can I help you?”

Dari sekelumit cerita di atas kita mengetahui benar kondisi tersebut, didikan dari usia dini di negara kita yang sangat kompetitif baik di dalam lingkup kelas, lingkup satu sekolah, bahkan persaingan antar sekolah yang didengung-dengungkan selalu oleh Kepala Sekolah dan para guru kepada anak didiknya, bahkan para orang tua banyak yang suka memajang di sosial media hasil prestasi baik nilai maupun ranking di kelasnya, sehingga anak-anak Indonesia dari kecil sudah terdidik menjadi manusia-manusia yang gemar berkompetisi untuk selalu menjadi yang teratas, menjadi nomor satu dalam segala hal.

Ada yang berpendapat, bukankah hal itu sangat bagus untuk mem-push dan membiasakan anak-anak kita belajar dan berbuat yang terbaik sampai batas yang dia mampu lakukan karena ada persaingan dan apresiasi atas prestasi mereka? Tentu sisi positifnya selalu ada dalam sistem seperti ini, tapi dampak negatifnya juga banyak.

Sekarang kita berpikir sederhana saja, dalam lingkup kecil kelas saja, mungkin ada kira-kira 30 siswa, yang ranking 1 kan akhirnya hanya 1 siswa saja, tidak mungkin ranking 1 semua untuk 30 anak. Tentu ada 1 anak yang ranking 30, ranking terbawah di kelas itu. Apakah ini positif? Bisa saja, anak-anak didik menjadi berlomba-lomba belajar untuk mencapai prestasi lebih baik, tapi yang akhirnya tetap terpuruk di posisi 10 terbawah akan meradang. Dan lebih buruknya lagi sampai mereka dewasa akan terdistribusi dalam strata-strata pekerjaan di Indonesia ter-mindset dalam pekerjaan-pekerjaan strata tinggi dengan gaji tinggi dan pekerjaan-pekerjaan strata rendahan dengan gaji kecil.

Mental dalam Bekerja

Keadaan yang kita alami dari usia dini dalam sistem pendidikan di Indonesia selama bertahun-tahun menjadikan kita sangat individualistis, khususnya dalam lingkungan pekerjaan kita, lebih ekstrim lagi teman kerja kita anggap pesaing bahkan menjadi musuh dalam tingkatan keadaan tertentu. Tidak seperti di negara maju, perusahaan-perusahaan besar dipenuhi oleh para pekerja yang bekerja tim, saling bekerja sama memajukan perusahaan tempat mereka mengais rejeki, bukannya saling bersaing bekerja individualis untuk menjadi yang terbaik bahkan dengan saling menjatuhkan.

Kebiasaan dan kondisi dari usia dini ini menjadikan kebiasaan bersaing dan individualistis sebagai budaya orang-orang Indonesia kebanyakan, untuk memperbaikinya menjadi terbiasa saling membantu, saling bekerja sama untuk menjadi maju bersama-sama perlu waktu dan usaha yang kuat. Banyak perusahaan besar di negara-negara maju yang bisa bertahan lama, eksis, bahkan bisa berkembang maju dengan pesat menjadi raksasa-raksasa di dunia karena dipenuhi dengan pekerja-pekerja yang mampu dan terbiasa saling membantu dan bekerja sama memajukan perusahaan, bukannya saling sikut dan bersaing menjadi yang terbaik secara individualistis untuk menjadi yang teratas, bahkan fokus untuk karir individunya meraih jenjang jabatan di atasnya.

Sinergi dan Kesempurnaan

Uraian saya di atas dalam beberapa kasus terjadi di organisasi tempat saya bekerja di Kementerian Keuangan. Banyak kegiatan yang merupakan tugas pokok organisasi di ranking, baik antar instansi vertikal yang satu tipe maupun antar individu pegawai.

Seiring dengan Nilai-nilai Kementerian Keuangan khususnya Sinergi dan Kesempurnaan, seharusnya kita memupuk kerja sama, saling membantu, dan selalu memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi. Bersama-sama kita memajukan organisasi menjadi selalu yang terdepan dan pelopor perubahan ke arah kesempurnaan dari semua unit-unit pemerintahan yang ada.

Antar instansi vertikal Kementerian Keuangan seharusnya dibudayakan saling bekerja sama, berkoordinasi, saling membantu untuk maju bersama, sehingga Kementerian Keuangan bisa mempersembahkan yang terbaik untuk kemajuan Bangsa dan Negara kita tercinta, serta seluruh rakyat Indonesia.

Mindset yang Benar untuk Kemajuan

Pemikiran kita dalam bekerja dan membangun negeri harus benar. Dari kecil kita semua mungkin terpapar sistem pendidikan yang mengutamakan persaingan individu seperti yang saya ungkapkan di awal, tapi kita semua tentu berharap yang terbaik untuk negeri tercinta ini.
Kita semua harus mampu bekerja bersama-sama, saling membantu, bergotong-royong untuk memudahkan pekerjaan sesuai budaya leluhur kita agar kita bisa maju bersama-sama. Sungguh sangat tragis jikalau bangsa yang besar ini dengan adat budaya sosial yang luhur harus terpuruk karena kesalahan mindset. Kita harus bekerja sama memajukan bangsa ini, kawan seiring adalah rekan, bukan pesaing apalagi lawan, kita tanamkan mindset ini dalam alam pikiran kita semua untuk kepentingan yang jauh lebih besar.

Dari Diri Sendiri dan Teladan Pimpinan

Untuk berubah ke arah yang lebih baik sesuai salah satu Nilai-niai Kementerian Keuangan yaitu Kesempurnaan tentu tidak bisa mengandalkan satu arah pihak saja. Harus bersama-sama secara top down maupun bottom up. Di manapun posisi kita, mau di jajaran paling bawah maupun pucuk pimpinan, mungkin presiden sekalipun, harus mau berubah terus ke arah yang lebih baik.
Kita berperan dengan mindset yang benar dalam bekerja dan membangun negeri sesuai peranan kita masing-masing di posisi kita. Apakah kita staf pelaksana di unit instansi pemerintah, apakah kita karyawan di suatu perusahaan, apakah kita Direktur, Menteri, Anggota Legislatif, atau Presiden, kita semua mempunyai peran masing masing dalam memajukan bangsa ini. Kita harus saling bekerja sama sebagai satu bangsa, dan semua itu harus kita mulai dari diri kita sendiri, jangan menunggu orang lain berubah.

Sekecil apapun peran kita dalam suatu unit organisasi, marilah kita berjuang bersama, tidak saling menjatuhkan, kita semua adalah saudara sebangsa, bukan pesaing apalagi lawan. Sebagai staf pelaksana kita harus bisa bekerja sama dan berkoordinasi dengan staf lain dan juga atasan kita dalam bekerja dan membangun negeri. Apalagi kita yang saat ini ada di pucuk pimpinan dan mempunyai peran besar untuk arah kebijakan pembangunan bangsa ini, kita harus bisa memberi teladan, mampu menggelontorkan kebijakan-kebijakan yang bisa memajukan bangsa ini dengan lebih tepat dan cepat, terutama dengan mengerahkan semua instrumen masyarakat dan organisasi yang ada untuk bekerja sama dalam membangun bangsa kita tercinta ini.

Merubah mindset bahwa antar anak bangsa adalah kawan seperjuangan, bukannya pesaing apalagi lawan harus senantiasa terus kita lakukan. Berubah dari diri kita sendiri, bekerja sepenuh hati bersama-sama anak bangsa lain, membangun negeri kita menjadi besar sesuai cita-cita Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dan seiring nilai-nilai Pancasila, bersama menuju masyarakat yang adil dan makmur.*)

*)Penulis adalah Sulistyo Hadi Utomo (Kasubbag Umum pada KPPN Tanjung Pandan)