Sinergi Kampus dan Pemda: Mahasiswa UBB Hidupkan Literasi di Bangka Barat

Program magang ini bukan sekadar tugas akademik, melainkan gerakan nyata dalam membangun masyarakat literat. Mahasiswa, pemerintah, dan masyarakat bersatu untuk menjadikan perpustakaan sebagai pusat belajar, berkreasi, dan bertumbuh bersama

Muntok, Bangka Barat — Upaya meningkatkan indeks literasi masyarakat di Kabupaten Bangka Barat terus digiatkan melalui kolaborasi antara pemerintah daerah dan dunia pendidikan. Sejak 28 Juli 2025, tiga mahasiswa Universitas Bangka Belitung (UBB) jurusan Sastra Inggris semester 7, yakni Salsa Maya Adelia, Shifa Salsabila, dan Cindya Risma Oktafia, resmi menjalani program magang di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bangka Barat. Kehadiran mereka menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara kampus dan instansi pemerintah dapat menghasilkan dampak positif bagi pelayanan publik di bidang literasi.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Bangka Barat, Farouk Yohansyah, S.T., menyebutkan bahwa keterlibatan mahasiswa magang merupakan salah satu langkah strategis dalam memperkuat budaya literasi di daerah. “Kami ingin menjadikan perpustakaan sebagai pusat kegiatan masyarakat yang hidup dan interaktif. Dengan adanya mahasiswa, layanan kami jadi lebih kreatif dan mendekatkan literasi kepada semua kalangan,” ujarnya pada Selasa (07/10/2025).

Program magang ini merupakan hasil kerja sama antara Universitas Bangka Belitung dan Dinas Perpustakaan Bangka Barat yang bertujuan memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa sekaligus memperkuat kapasitas layanan publik. Bagi mahasiswa, program ini menjadi kesempatan untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di kampus ke dalam dunia kerja nyata. Bagi pihak perpustakaan, keberadaan mereka menjadi tambahan energi muda yang membantu dalam pengelolaan layanan dan kegiatan literasi.

“Kami ingin mengembangkan keterampilan literasi, bahasa, serta manajemen informasi yang relevan dengan bidang studi kami,” kata Salsa Maya Adelia.

Sementara Shifa Salsabila menambahkan, “Perpustakaan adalah ruang belajar yang luas. Di sini, kami tidak hanya belajar teori, tapi juga belajar melayani masyarakat dan melihat bagaimana literasi bekerja dalam kehidupan sehari-hari.”

Selama lebih dari dua bulan, para mahasiswa magang aktif membantu berbagai kegiatan, mulai dari layanan sirkulasi buku, penataan katalog, pendampingan pengunjung, hingga digitalisasi arsip. Tak berhenti di situ, mereka juga menghadirkan inovasi dengan menggagas kegiatan Eng-Laugh, sebuah permainan edukatif berbahasa Inggris yang ditujukan bagi pelajar SMP dan SMA di Bangka Barat.

Kegiatan Eng-Laugh ini terbukti sukses menarik perhatian siswa dan memperkaya suasana ruang baca anak di perpustakaan. “Melihat anak-anak tertawa, belajar, dan berani berbicara bahasa Inggris membuat kami ikut termotivasi. Kami merasa kegiatan seperti ini membuat belajar jadi menyenangkan,” ujar Cindya Risma Oktafia.

InCollage 20251007 203159858

Menurut Yuli, salah seorang pengelola perpustakaan, kehadiran mahasiswa magang memberi banyak manfaat nyata. “Anak-anak ini cepat belajar, ramah, dan penuh ide. Mereka membawa semangat baru yang membuat perpustakaan lebih hidup dan menarik bagi pengunjung,” tuturnya.

Dampak dari program magang ini mulai terasa di berbagai aspek. Ruang baca anak kini lebih ramai, proses digitalisasi arsip berjalan lebih cepat, dan pelayanan pengunjung menjadi lebih responsif. Para pustakawan pun mengakui bahwa perpustakaan kini lebih aktif dalam menggelar kegiatan literasi kreatif yang menarik perhatian masyarakat luas.

“Perpustakaan bukan lagi sekadar tempat membaca buku. Dengan adanya mahasiswa magang, perpustakaan berubah menjadi ruang interaksi, kreativitas, dan pembelajaran yang lebih menarik,” ujar Winda, pustakawan Dinas Perpustakaan Bangka Barat.

Selain memberikan pengalaman kerja, magang juga melatih mahasiswa dalam komunikasi publik, teamwork, dan manajemen informasi. Keterampilan ini menjadi modal penting bagi mereka untuk memasuki dunia kerja profesional setelah lulus nanti.

Keberhasilan program magang ini mendorong Dinas Perpustakaan Bangka Barat untuk menjadikannya program berkelanjutan. Rencananya, kerja sama dengan kampus akan diperluas agar semakin banyak mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan literasi daerah.

“Jika budaya membaca tumbuh, maka indeks literasi masyarakat Bangka Barat pasti meningkat. Itu harapan besar kami,” ungkap Farouk Yohansyah menutup pernyataannya dengan penuh optimisme.

Program magang ini bukan sekadar tugas akademik, melainkan gerakan nyata dalam membangun masyarakat literat. Mahasiswa, pemerintah, dan masyarakat bersatu untuk menjadikan perpustakaan sebagai pusat belajar, berkreasi, dan bertumbuh bersama.