Rabu 12 Mei 2017, adalah hari bersejarah bagi masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, karena hari itu kini kita punya pasangan gubernur pilihan rakyat.
Pak Erzaldi dan Pak Abdul Fatah dipilih rakyat secara langsung untuk memimpin Bangka Belitung untuk periode lima tahun ke depan.
Pelantikan tahun ini dibilang beda dengan tahun sebelumnya. Dulu dilantik dimana asal tempat pilkada Berlangsung. Sekarang tidak. Pasangan Erzaldi dan Abdul Fatah dilantik di Istana.
Bersama gubernur lainnya, dalam pilkada serentak dilantik oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Walaupun pelantikan hanya digelar serah terima jabatan (sertijab) dan Pengantar tugas Gubernur yang baru digelar di halaman kantor Gubernur Bangka Belitung. Itu dirasa sudah cukup.
Dan yang penting, terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur, adalah amanah bagi Pak Erzaldi maupun Pak Fatah,Sebagai gubernur dan wagub mereka berdua harus berada di barisan depan memakmurkan dan mensejahterakan masyarakat Bangka Belitung.
Kalau tidak, tiada gunanya kita berdiri menjadi provinsi yang telah diperjuangkan dengan penuh keringat dan air mata di masa lalu.
Kita tahu tantangan ke depan semakin berat. Berarti semakin berat pula tugas kedua pemimpin ini ke depan. Timah yang menjadi andalan utama Bangka Belitung cadangannya sudah menipis.
Dan itu sudah lama kita ketahui bahkan sebelum kita menjadi provinsi,Jadi alasan timah habis tak boleh jadi alasan untuk dijadikan ‘excuse’.
Kini harus mulai bangkit,Pariwisata kita sudah didepan mata. Dan yang dulunya mungkin dengan segala kendalanya, kini mulai tumbuh.
Tapi walaupun fluktuatif, trend pertumbuhannya menaik. Industri pariwisata ini mesti harus terus kita kembangkan. Ingat industri ini termasuk ‘quick yielding’ dan tinggi nilai ‘multiplier effect’nya dan menghidupi banyak orang.
Banyak orang bisa numpang hidup dari kegiatan pariwisata ini,Travel wisata bermunculan, Pelayan hotel,tukang masak restoran, pemandu wisata,supir transportasi wisata beserta keluarga mereka bisa makan.
Dalam memajukan pariwisata ini kita sudah punya Belitung sebagai daerah tujuan wisata nasional ketiga setelah Bali dan Lombok. Bahkan kini ditetapkan salah satu destinasi nasional.
Tapi Belitung tak bisa berdiri begitu saja dalam memajukan pariwisata Bangka Belitung. Objek wisata yang ada di Belitung dan Bangka itu saling mengisi. Di tangan tour planner yang piawai Belitung dan Bangka bisa dipasarkan bersama-sama.
Belitung dikenal dengan pantainya, sedang Bangka dikenal dengan objek wisata sejarahnya.
Melihat Belitung, memang puas dengan berbagai keindahan pantai dengan pasir putih, dan bebatuan yang eksostik dan menarik. Di Pulau Bangka, wisatawan bisa kita ajak menikmati kopi tubruk Bung Karno di Menumbing, yang tentu sambil makan bubur kacang hijau kegemaran H. Agus Salim dan menyeruput teh manis kegemaran Bung Hatta.
Begitupun Sahang dan karet jangan dilupakan. Harus diingat melalui dua komoditas inilah orang Bangka maupun orang Belitung bisa meningkatkan penghasilan dan kualitas hidup mereka, disamping memang timah menjadi andalan utamanya. Dan, berkat sahang dan karetlah banyak orangtua punya uang lebih sehingga bisa menyekolahkan anak-anak mereka ke Jawa.
Kalau selama ini kita di Bangka hanya menjual sahang dalam bentuk butiran, bisa kita tingkatkan nilai tambahnya, misalnya dalam bentuk bubuk dalam saset kecil ukuran sekali pakai. Dan tolong dipikirkan, agar harga ladanya jangan sampai anjlok, sebab, Petani Lada akan mati suri, bahkan menjerit.
Singkong dan menggale belum kita tengok, seberapapun gaplek yang tersedia kini habis diambil dari luar. Bukan untuk makanan ternak, tapi sebagai bahan baku BBN dan biofuel. Kenapa singkong tak kita kembangkan, bukan dijadikan sagak atau tapai, tapi kita bikin etanol. Dan memang kabarnya, singkong dan menggale mulai diberdayakan.
Dan tolong dijaga dan dikembangbiakan, sebab di berbagai wilayah Belitung pun ada pengembangan penanaman singkok dari sekelompok, maupun sebuah perusahaan yang akan mengembangkan. Dan ini mohon dilestarikan.
Soal ketahanan pangan, jangan dirisaukan. Kita banyak sumber pangan non beras. Ada jagung, keladi, kembili, ubi jalar, singkong, dan malah gadung yang katanya beracun itu, di tangan orang Bangka bisa disulap jadi penganan nyaman. Di antara kita tentu masih ingat kue Ganefo, yaitu baulu yang dibuat menggunakan tepung singkong. Dulu para orangtua kita bisa cari akal ketika terigu dari Australia tidak masuk lagi ke Bangka pada saat ramai-ramai ganyang Malaysia.
Sawah yang dulu dianggap tak mungkin bisa dibuat di Bangka dan Belitung sudah menjadi keniscayaan. Walau semula diprakarsai Jepang pada PD (perang dunia) dulu untuk memenuhi kepentingan serdadunya di Bangka dan Belitung, kini sawah ternyata sudah banyak dicetak di provinsi ini.
Anggapan bahwa tak mungkin bersawah di Babel pun terpatahkan dengan sendirinya. Dan beruntunglah kita punya saudara-saudara kita asal Bali yang bertransmigrasi ke Belitung ketika Gunung Agung meletus, dan saudara-saudara kita dari Sunda yang pindah ke Bangka maupun ke Belitung gara-gara Gunung Galunggung meletus.
Keduanya mewarisi kepandaian bersawah dan siap membagikan ilmunya kepada warga lokal. Jadi Pak Erzaldi dan Pak Abdul Fatah, jangan takutlah kita bakal dihantam krisis pangan, tinggal kita menggerakkan saja potensi yang ada.
Kebiasaan beume dan berladang pun belum hilang di masyarakat kita. Ini menandai kita masih bisa menikmati jenis-jenis padi klasik asal Bangka Belitung seperti padi uban dan lain sebagainya.
Tapi,tolong perlu dipetakan dan perimbangan wilayahnya agar mereka tidak punah dan hilang begitu saja.
Di laut pun kita kaya ikan. Dan semua tahu pasal makan ikan ini, kita di Bangka Belitung makan ikan berlauk nasi, bukan sebaliknya seperti kebiasaan orang Indonesia kebanyakan. Pokoknya tentang pangan jangan dipersoalkan.
Kemudian berkat pendidikan yang baik, kualitas SDM kita, harus diakui meningkat. Hadirnya UBB besar sekali manfaatnya dalam melahirkan sarjana-sarjana untuk membangun Bangka Belitung. Semogalah Bapak-bapak di UBB bisa melahirkan sarjana-sarjana yang berbekal mental pejuang untuk membangun Bangka Belitung.
Mereka bukan lagi sarjana dengan map berisi ijazah pergi ke sana ke mari mencari lowongan kerja. Sarjana-sarjana kelas ‘job seeker’ kini sudah tak musim lagi, tapi gantinya adalah sarjana yang bertipe ‘job creator’.
Pak Erzaldi dan Pak Abdul Fatah pun harus bisa menggunakan UBB atau lembaga perguruan tinggi Setara S1 maupun D3 di Bangka Belitung sebagai tangki pikir mereka membangun Bangka Belitung ke depan.
Walau SDA kita melimpah, tak ada gunanya kalau belum kita menfaatkan.
Memanfaatkannya perlu orang pintar. Jadi membangun SDM tak bisa dihindarkan.
Pak Erzaldi dan Pak Abdul Fatah harus memberikan tempat kepada temu-temuan kreatif masyarakat lokal ini. Malah beberapa bulan lalu, misalnya di Belitung dalam sebuah Forum Kabupaten Sehat telah terbentuk Bank Sampah.
Bank Sampah ini upaya untuk memberikan solusi terhadap permasalahan sampah, tentunya ini menjadi pemikiran pemerintah provinsi juga dan bukan hanya ditimpakan kepada pemerintah daerah.
Sebab, yang nama kebersihan tentu semua line. Apalagi Belitung dan Pemerintah Provinsi Babel salah satu sektor pariwisata ke depan menjadi lokomotif kedepan perekonomian Babel.
UMKM (usaha kecil menengah dan Mikro) pun perlu diperhatikan. Kini sudah bertaburan usaha kecil dan menengah di Babel, tentu juga ini menjadi perhatian. Bagaimana menggelontorkan kredit murah untuk UMKM ini.
Asal tahu saja mereka ini kaum pengusaha tahan banting yang jumlahnya ribuan di Bangka Belitung.
Contohnya, waktu Indonesia dilanda krisis yang sempat merobohkan ekonomi gelembung sabun yang dibangun Pak Harto, perusahaan raksasa berjatuhan satu per satu, sementara UMKM ini lolos dari jepitan krisis. Mereka ini pun tak cukup hanya dikasi modal, perlu di bina dan ditumbuhkan terus, dan diperbanyak jumlahnya. Bagaimana caranya, itu urusan Pak Erzaldi dan Pak Fatah lah. Mereka orang pintar, tahulah caranya.
Dan yang paling penting kepada Pak Erzaldi dan Pak Abdul Fatah, kita berharap mereka bisa merubah mindset masyarakat yang ‘mati gile’ beranggapan kita bakal mati tanpa timah selama ini. Sebaliknya mindset itu harus diubah, Bangka Belitung tidak akan mati tanpa timah.
Jadi sebetulnya banyak sekali yang diharapkan oleh masyarakat kepada Pak Erzaldi dan Pak Abdul Fatah. Sangat diharapkan mereka berdua bisa meletakkan dasar-dasar pembangunan yang kokoh untuk Bangka Belitung ke depan. Ini harapan dan boleh juga amanah Gubernur dan wakil gubernur pilihan masyarakat. Selamat Bekerja dan Mengemban amanah rakyat Pak! (trawangnews.com)